23 Aku bukan dia!!!

Sebagai pembuka, author mau minta maaf dulu, mungkin beberapa hari ini ada keterlambatan update, karena author nya lagi ada masalah.. huuuuuu… uuu.. ~_~ di tipu orang puluhan juta.. doa in ya semua kakak-kakak… mudah-mudahan dia menderita 7 turunan bawa uang orang kabur..

ya allah.. mulutku jahat.. tp aku gak rela.. dia senang-senang pake duit hasil nipu… T_T… itu duit nyarinya susah..

ya sudah.. mari kita kembali ke laptop

==================================================================

"Mulai hari ini, kamu resmi menjadi milikku!" bisik Jeni usai berjabat tangan dan mengecup singkat pipi Alexio.

Alexio terdiam, matanya menyipit tajam menatap Jenisa, ia sungguh tidak suka gadis itu mencuri kesempatan. Dengan senyuman sinis ia pun mengelap pipinya menggunakan tisu yang baru saja ia tarik selembar dari sebuah kotak dengan cover hitam membungkusnya di atas meja kerjanya.

"Lain kali, jangan lakukan hal gegabah secara tiba-tiba. Karena aku tidak suka!" ucapnya dengan perasaan jijik

"Gegabah? Kau sudah menjadi milik ku Alexio. Mengapa kau masih ketus kepadaku? aku bahkan terus membela mu di depan ayah ku!"

"SATU! aku tidak meminta itu. DUA! ku beri kau kesempatan untuk mendekati ku bukan untuk mencuri kesempatan, TIGA! aku bukan lah pria yang bisa di sentuh sembarang wanita, alih-alih aku melakukan seleksi secara terbuka, aku malah langsung memilih mu saja untuk menjadi satu-satunya wanita yang berkesempatan untuk mendekatiku. Itu saja seharusnya sudah cukup untuk membuat mu merasa bangga dan istimewa! jadi.. jangan coba-coba melakukan Trik murahan kepadaku! berpikir cerdaslah mencari tau apa yang aku suka dan tidak suka! jangan bertingkah seperti jalang dan membuat ku menghancurkan kontrak kita sebelum di mulai!!!" Jawab Alexio ketus penuh penekanan.

Jenisa menggeram menahan amarah. Sepertinya, rencananya tidak akan berjalan semudah yang ia duga.

Alexio pun berjalan keluar dari pintu ruang kerjanya. Sementara Jeni masih berdiri tegak di posisinya dengan tubuh yang bergetar hebat karena semua penghinaan yang Alexio tujukan padanya.

"Kau tunggu saja Alexio! aku akan membuatmu bertekuk lutut di hadapan ku! dan bila saat itu tiba, aku akan memperlakukan mu tak lebih dari sekedar hewan peliharaan!" ucap Jeni menatap pintu yang telah kosong, kemudian ia pun keluar dari ruangan itu, kembali memasang wajah ramahnya yang selalu berhasil menjadi topeng favoritenya.

***

Riswan baru saja tiba di halaman parkir castle milik Alexio, ia bergegas ke sini karena tiba-tiba ia di hubungi oleh Buk Yuni yang terdengar sangat panik. Setelah mendengar Nyonya muda nya jatuh di kamar mandi, tanpa pikir panjang lagi, Riswan pun memutar arah tujuannya, yang tadinya ia hendak berangkat ke rumah sakit, karena ada jam praktek pagi ini, di putuskannya untuk mengubah jadwal praktek lebih lambat dari biasanya.

tok.. tok.. tok.. Seorang pengawal mengetuk pintu "Dokter Riswan sudah sampai ibu kepala pelayan" ucap seorang pengawal yang menjaga pintu kamar Odele. Odele dan bu Yuni yang mendengar itu pun menoleh ke asal suara.

"Silahkan masuk Dok." ucap bu Yuni yang langsung hendak berdiri dari sisi kasur tempat ia duduk menemani nyonya mudanya, namun Odele malah menahan tangan keriput wanita tua itu hingga membuat bu Yuni pun menoleh ke arahnya.

"Aku belum mengenakan pakaian buk.. tidak adakah dokter wanita?" bisik Odele

"hmmm.. itu karena kondisi anda nyonya.. lebih baik begini dulu.. dan masalah dokter, dokter wanita itu tidak ada untuk saat ini nyonya, tapi bisa di rundingkan nanti ketika tuan pulang" balas bu Yuni. Ia mengerti Odele tengah merasa tak nyaman.

Riswan cukup merasa penasaran dengan ekpresi Odele yang tampak bersembunyi di balik tubuh kepala pelayan wanita tersebut, dengan tenang, ia pun mendekat ke arah bu Yuni guna mencari tau, di lihatnya Odele tengah terbaring dan memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan, dengan selimut yang menutup hingga ke dagunya, Odele sungguh terlihat imut dengan wajah memerah dan salah tingkahnya menahan malu.

Dengan berbicara melalui isyarat mata dengan bu Yuni, Riswan pun bertanya, "ada apa dengannya?" bu Yuni yang mengerti dengan isyarat tersebut pun menjawab dengan isyarat pula "dia malu karena dokter yang akan memeriksa adalah laki-laki, dan dia belum berpakaian." bisiknya di akhir tanpa bersuara, hanya menggerakkan bibirnya saja. Beruntung Riswan dapat menangkap setiap kata demi katanya. Hingga ia pun tersenyum lucu.

"Bu.. bantu aku ya.." ucap Riswan, Odele pun seketika memalingkan wajahnya kembali secara perlahan-lahan untuk menatap ke arah Riswan yang langsung menatapnya dengan senyuman. "Bisa bu Yuni membantuku untuk membuka bagian yang terlukanya saja?" tambahnya.

"Oh tentu" jawab bu Yuni mengerti.

Odele pun kembali melepas tangan keriput bu Yuni yang sedari tadi ia pegang erat. Bu Yuni pun mulai membuka selimut yang menutupi tubuh Odele, lalu menyelipkannya ke dalam handuk yang tengah ia kenakan hingga sampai di pinggulnya, Lalu bu Yuni pun menyingkap bagian bawah handuknya saja, hingga tampaklah bungkusan perban anti air yang masih tertempel erat di pinggul Odele yang belum lama selesai di Operasi. Sementara itu, Riswan tengah memutar tubuhnya menghadap ke belakang.

"Sudah dok.. silahkan.." ucap bu Yuni

Riswan pun berbalik, tampak Odele tengah memeluk bantal di dadanya hingga wajahnya pun ikut tertutup. Riswan semakin di buat gemas melihat tingkahnya. 'Bagaimana bisa kamu terperangkap di sini? sudah jelas, Alexio telah salah tangkap orang.. kamu, aku yakin bukanlah dia.' Gumam Riswan sembari mendaratkan bokongnya di sisi tepi kasur tepat di sebelah Odele.

"Bagaimana keadaan mu? mana yang sakit?" tanya nya.

Odele pun mengintip dari balik bantal yang menutupi setengah tubuhnya ke atas.

"ta.. tadi sakit.. tapi sekarang sudah tidak.." jawabnya terbata. Sungguh Odele sangat terlihat imut, hingga terbersit dalam hati Riswan ingin mencubit pipinya.

"Baiklah.. kalau begitu, kita buka saja perbannya untuk mencari tau sudah sejauh mana kemajuan penyembuhan mu." ucapnya lagi dan Odele hanya mengangguk pelan beberapa kali sembari kembali menyembunyikan wajahnya lagi di balik bantal. Riswan hanya bisa tersenyum lucu dan menggeleng gemas melihat tingkah Odele.

"Katakan jika sakit, mengerti?"

"He em.." masih bersembunyi di balik bantal.

Beberapa detik berlalu, perban pun telah berhasil lepas keseluruhan.

"Bekas jahitannya baik-baik saja.. dan sudah mengering.. berarti, bu Yuni berhasil melayani mu dengan baik, kamu juga meminum obat mu secara teratur. Ini bagus.. penyembuhan mu sepertinya akan lebih cepat dari yang aku duga." Riswan menghentikan ucapannya sejenak. Entah bagaimana, ia tiba-tiba memiliki ide untuk mengetes keyakinannya.

"Dengar.. jangan teledor dan malas-malasan seperti dulu.. jika kamu sakit, biasanya selalu mencari alasan untuk meminum obat, yang akhirnya membuat kesembuhan mu jauh lebih lama."

"Aku bukan dia!!!" protes Odele langsung, ia tidak perduli orang yang ada di hadapannya ini akan percaya atau tidak.

==========================================================

jika berkenan.. boleh sampaikan beberapa patah kata di kolom riview ya readers.. terimakasih..

avataravatar
Next chapter