webnovel

Kupu-Kupu Berterbangan

Tiga hari setelah mengunjungi rumah anak dan menantunya, kini ibunda Nara berniat untuk mengunjungi rumah besannya. Semalam dua wanita itu sudah saling mengirim pesan dan membuat janji untuk bertemu di rumah orang tua Rayhan. Dan sore ini, setelah suaminya selesai pulang bekerja, dirinya dan sang suami bergerak menuju rumah orang tua menantu mereka. Sesekali mereka ingin membicarakan anak-anak mereka, tidak apa-apa, 'kan?

Mobilnya baru saja terparkir di pelataran rumah berwarna putih. Pun kedua orang tua Nara akhirnya keluar dari sana, berjalan menuju pintu utama rumah ini. Sang suami menekan tombol bel yang terletak tepat di sebelah pintu. Menunggu beberapa menit sampai akhirnya kepala keluarga keluar guna menyambut kedatangan besannya. Sembari menunggu ibunda Rayhan menjumpai tamu, kedua orang tua Nara duduk dengan senyuman tipis.

"Bagaimana kabarnya Pak Adi dan Bu Devi?" tanya ayah Rayhan.

Walaupun pernikahan Nara dan Rayhan masih terbilang baru, namun para orang tua sudah menjadi lebih dekat. Bisa dibilang, lebih dekat daripada hubungan antara Rayhan dan Nara. Terutama ibunda Nara dan Rayhan, namanya juga wanita, pasti ada saja hal yang mereka bicarakan.

"Kami sangat baik. Hanya saja, terkadang istri saya merindukan putrinya," jawab Ayah Nara.

Lepas lima menit berlalu, akhirnya ibunda Rayhan keluar dengan tangan yang menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Dengan senyuman ramah dirinya menghampiri tamu dan suaminya yang sudah menunggu di ruang tamu. Duduk tepat di sebelah sang suami, ia merasa cukup senang dengan kehadiran besannya. Sudah lama tidak berbicara secara langsung. Dan anehnya, ibunda Rayhan seketika mengajak ibunda Nara untuk berbicara di lain tempat. Hal itu juga membuat para suami agak bingung, namun tetap membiarkannya.

Di halaman belakang, dua orang wanita yang sama-sama tersenyum bahagia. Mereka berdua sudah setuju untuk bertemu untuk membicarakan perihal kemajuan kedekatan anak-anak mereka. Ini seperti rencana awal ibunda Nara setelah mengunjungi rumah baru Rayhan dan Nara. Wanita itu rasa, besannya ini juga harus mengetahui perihal malam pertama kedua anak mereka yang sudah terjadi.

"Aduh, gimana ini, saya jadi tidak sabar," kata ibunda Rayhan yang sangat bersemangat mendengar cerita ibunda Nara.

Sempat terkekeh kecil sebelum memulai ceritanya, ibunda Nara menggenggam kedua tangan wanita di depannya. "Saya sendiri juga cukup terkejut saat tangan saya merasakan ada celana dalam milik Nara dan kaos Rayhan yang terletak pada sandaran sofa," ibunda Nara memberi jeda, ia segera menarik nafas untuk melanjutkan ucapannya. "Saat saya dan Rayhan menyiapkan sarapan, barulah Rayhan mengaku. Tapi, setelah itu saya menyuruhnya untuk mengajak Nara mandi bersama," tambahnya disertai dengan ketawa kecil lantaran membayangkan raut wajah bahagia Rayhan kala itu.

"Lalu, bagaimana dengan tanggapan Rayhan setelahnya?"

"Dia langsung berlari dengan senyum diwajahnya,"

Betapa senangnya ibunda Rayhan setelah mendengar cerita dari besannya ini. Perutnya penuh dengan kupu-kupu yang berterbangan. Kendati yang melakukannya adalah anak-anak mereka, namun kedua ibu ini jauh merasa lebih senang. Apalagi bagi ibunda Rayhan, dirinya sampai tidak menyangka jika putranya yang sangat dingin itu bisa berubah saat bersama Nara. Ah, hatinya merasa juga ingin melihat kebahagiaan di wajah sang putra.

-

-

-

Nara baru selesai memasak untuk makan malam dirinya dan juga sang suami. Ia melihat jam yang sudah menunjukkan waktu dimana sebentar lagi Rayhan sampai rumah. Sembari menunggu kedatangan Rayhan, dirinya memilih untuk mandi terlebih dahulu. Pasalnya, jika ia Rayhan sudah berada di rumah, waktu untuk mengurus dirinya sendiri itu jadi berkurang, karena harus melayani sang suami. Begitu ia menutup semua makanan di atas meja makan, barulah Nara meninggalkan dapur.

Menit awal dia mandi, Nara masih merasa sangat santai. Namun entah kenapa dipertengahan, ia seperti merasa Rayhan sudah pulang. Dengan segera ia menyelesaikan acara mandinya dan bergegas keluar dari kamar untuk menyambut sang suami. Hanya menggunakan handuk yang terlilit di tubuh dan rambutnya, Nara membuka pintu kamar guna menghampiri Rayhan. Sayangnya, ia malah mematung di tempat ketika melihat dua wanita paruh baya berdiri di tengah-tengah ruang tamu.

"Mama, Ibu," Nara menghampiri dua ibunya dengan sedikit rasa malu.

Wajah kedua orang ibu itu tersenyum dan bingung secara bersamaan. Mereka memang tahu, jika ini sudah jam pulang Rayhan, namun mereka belum melihat adanya mobil Rayhan di garasi rumah ini.

"Apa mobil Rayhan sedang di bengkel? Kenapa tidak ada mobilnya?" tanya ibunda Nara.

"Lalu, apa kalian sedang bermain?" tanya ibunda Rayhan.

Nara hanya melihat kedua ibu itu bergantian. "Tidak. Mas Rayhan belum pulang. Setelah selesai masak, aku ingin membersihkan diri," jawab Nara.

Merasa puas, ibunda Nara menyuruh putrinya untuk segera memakai pakaiannya. Bagaimanapun juga, nanti akan ada ayahnya dan ayah Rayhan yang akan memasuki rumah ini. Tidak mungkin Nara menemui dua laki-laki dewasa yang bukan suaminya dengan penampilan seperti itu—kendati itu adalah ayahnya. Sedangkan dua wanita itu memilih untuk duduk di ruang tamu, menunggu semua orang akan berkumpul di sini.

"Bu, melihat Nara seperti tadi, saya berpikir jika Nara pasti sering menyambut Rayhan dengan balutan handuk seperti itu, ya?" tanya ibunda Rayhan.

"Kita tidak tahu, bu. Namun, jika memang itu benar, pasti mereka sudah mulai terbiasa," timpalnya, pun keduanya terkekeh bersama.

Di sana mereka cukup lama menunggu, dibandingkan dengan para suami yang tengah memarkir mobil, Nara justru lebih cepat kembali. Entahlah, mereka juga tidak tahu apa yang dilakukan suami mereka di luar rumah.

"Papa dan Ayah belum masuk?" tanya Nara saat duduk di samping ibunya.

Begitu Nara mendapat jawaban dari gelengan ibunda Rayhan, dirinya segera bangkit dan berjalan keluar untuk mengajak kedua ayahnya memasuki rumah. Baru akan memanggil, dia melihat jika kedua ayahnya itu tengah berbincang dengan suaminya. Pantas saja Nara tidak mendengar suara mobil Rayhan memasuki rumah, ternyata sengaja di parkir di depan rumah, lantaran mobil ayahnya menghalangi gerbang.

"Papa, Ayah, Mas Ray, ayo masuk. Mama dan Ibu sudah menunggu," ajak Nara yang berjalan menghampiri sang suami untuk membawakan jas dan tasnya.

Keempatnya berjalan menuju ruang tamu, Nara menyuruh kedua ayah itu untuk bergabung para ibu, lantaran Nara harus mengurus Rayhan terlebih dahulu. Saat berada di dalam kamar, Rayhan yang tengah melepas dasinya itu langsung melontarkan pertanyaan pada sang istri.

"Kau mengundang mereka?" tanyanya dengan nada lembut.

"Tidak," Nara menggeleng, ia melihat ke arah ranjang. "Handukku saja masih berada di sana, karena terburu memakai pakaian sebelum menemui mereka," pungkasnya.

Rayhan mengangguk beberapa kali, ia menerima handuk yang baru saja diberikan oleh Nara. "Ya sudah, temani mereka terlebih dahulu. Aku akan menyusul setelah selesai mandi," ucapnya yang berjalan menuju kamar mandi seraya mengusap pucuk kepala Nara.