webnovel

Adalah Malam Ini

Suara derit pintu dan sedikit gebrakan yang timbul akibat tangan kekar berurat milik Rayhan mendorong sedikit lebih kuat. Tangan satunya tidak bisa ia gunakan lantaran tengah memeluk pinggang sang istri. Ditengah-tengah acara pagutan berlangsung, masing-masing tangan mereka melakukan tugasnya, melepas apa yang melekat pada tubuh pasangan mereka seraya berjalan mendekati ranjang.

Menyisakan masing-masing dari mereka helaian kain terakhir. Rayhan menggendong tubuh istrinya ke atas ranjang, tangan kiri berada di belakang kepala Nara dan tangan kanannya berada di punggung sang istri. Perlahan turun mencari celah agar bisa masuk ke dalam tank top putih milik istrinya itu. Nara juga tak tinggal diam, tangannya bergerak melepas sabuk hingga resleting celana Rayhan.

Perlahan Rayhan mulai menidurkan Nara, pandangannya sempat terarah pada perut rata Nara yang sudah terlihat setelah tangannya berhasil masih ke dalam pakaian Nara. Melepas tank top itu dan menyisakan bra berwarna merah. Tangannya kembali pada punggung lembut itu, melepas kaitan bra yang bahkan cukup hanya dengan menggunakan dua jarinya. Lantas bergerak menuju dadanya mencari titik sensitif Nara.

Laki-laki itu menaikkan kedua tangan Nara ke atas bantal—tepat di atas kepala Nara—menahannya hanya dengan satu tangan, ia kembali meraup bibir kenyal sang istri, menciumi semua area yang bisa ia jangkau. Hingga beberapa menit, tangannya turun ke pusat tubuh Nara. Dirasa cukup, dirinya baru melepas celana yang sudah dibantu dibukakan oleh Nara. Miliknya sudah terlalu keras saat harus menunggu istrinya benar-benar terangsang.

Ia tersenyum miring saat melihat celana dalam Nara nampak basah. Tanpa basa-basi, tangannya juga melakukan tugas untuk yang itu. Ia akan sedikit menggoda sang istri di permainan malam ini. Setidaknya, ini adalah ganti rugi saat Rayhan harus panik setelah dua kali kehilangan Nara. Selagi bermain, sesekali dirinya melihat wajah sang istri yang memerah dan kedua tangan yang menarik seprai serta bantal. Suara-suara itu juga sudah sejak tadi lolos begitu saja dari mulut mereka. Karena Rayhan sejak tadi masih menggoda, membuat Nara memanggil namanya beberapa kali. Hingga pada akhirnya Rayhan melakukan permainan utamanya.

Malam ini menjadi malam panjang nan panas bagi pasangan ini. Dimana mereka melakukanya setelah menikmati waktu-waktu berdua di luar hotel sejak pagi tadi. Keduanya saling menginginkan, hingga tidak mempersulit semua kegiatan mereka, termasuk kegiatan saat ini.

Dilihat dari stamina mereka saat ini, keduanya masih memiliki energi untuk melakukannya dalam waktu yang cukup lama. Tak nampak adanya rasa lelah dari sang laki-laki maupun perempuan, keduanya hanya menikmati apa yang mereka lakukan. Bahkan, disela-sela mereka menambahkan kalimat-kalimat menggoda, yang mana membuat mereka berdua semakin gencar.

Detik, menit, dan jam berlalu begitu saja, mengabaikan sepasang insan yang masih menempel satu sama lain guna menyelesaikan hajatnya hingga tuntas. Pun berhenti setelah melewati tengah malam. Keduanya berbaring dengan nafas yang memburu, dengan Nara yang berbaring di atas lengan Rayhan. Kepalanya diusap lembut penuh afeksi, bahkan menyeka keringatnya—walaupun mereka berdua sama-sama berkeringat.

"Terima kasih," ucap Rayhan, ia juga tersenyum tipis saat mengatakannya.

"Maaf, karena tidak bisa mengenakan pakaian yang Mas Ray belikan," balas Nara dengan terengah.

"Tidak apa-apa," jedanya, Rayhan menelan ludahnya sebelum kembali berbicara. "Kau bisa mengenakannya saat di rumah," pungkasnya.

-

-

-

Pagi menjelang, dimana nampak seorang laki-laki dan perempuan yang masih meringkuk di balik selimut tebal berwarna putih. Sang suami memeluk tubuh istrinya, bibirnya berada tepat di sebelah rungu sang istri.

"Sayang," panggilnya dengan suara serak. "Apa ponselmu berbunyi?" tanyanya masih dengan suara yang sama.

Terdengar suara gesekan antara rambut dengan bantal, Nara sedang menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Rayhan. Kendati begitu, rungunya mencoba untuk mendengar lebih jelas suara apa yang mengganggu di pagi hari ini. Hingga detik setelahnya, Nara membuka mata dengan lebar, ia juga seketika terduduk. Pun hal itu membuat Rayhan turut menyadarkan dirinya.

"Dimana ponselku?" tanya Nara dengan panik setelah memeriksa nakas yang kosong. Padahal, ponselnya teru berbunyi.

Rayhan baru saja mengubah posisinya ikut terduduk, ia menunjuk ke arah tas Nara yang tergeletak di lantai belakang pintu. Dengan cepat wanita itu turun dari ranjang bersama dengan selimut untuk menutupi tubuhnya. "Astaga, Nara," katanya saat selimut sudah sepenuhnya dikuasai oleh sang istri. Lantas, ia menggunakan bantal untuk menutupi tubuh bawahnya yang terekspos.

Wanita itu langsung mengambil ponselnya dari dalam tas guna menjawab panggilan ibu mertuanya yang sudah lebih dari sepuluh panggilan. Dirinya bersandar pada dinding saat menerima panggilan itu, dan mengabaikan sang suami untuk beberapa menit hingga Rayhan merasa bosan sendiri. Ia sampai mengambil celana kolornya yang semalam ia lempar begitu saja. Lantas dirinya menghampiri Nara yang baru saja selesai menerima panggilan.

"Siapa?"

"Ibu,"

"Ibu ini tidak sabaran. Aku juga sedang dalam proses pembuatan produk," ucapnya lirih.

"Produk apa?" tanya Nara.

Rayhan menatap lekat manik sang istri yang nampak polos, ia juga tengah memainkan lidahnya sebelum pandangannya turun pada selimut yang dikenakan sang istri. Tepat setelah berdecak, Rayhan langsung membopong tubuh istrinya kembali ke ranjang. "Produk yang akan kita buat bersama," jawabnya bersamaan menyibak selimut dari tubuh Nara. "Ayo, lakukan lagi," tambahnya.

Rayhan sudah kembali menyerang istrinya, mencium bibir hingga turun pada dada sintal sang istri. Dia juga memberikan banyak tanda kemerahan di sana, bahkan tangannya juga bermain di sana. Namun, saat akan memberikan sedikit gigitan kecil pada leher sang istri, secara mendadak Nara menahan dadanya.

"Mas, kamar kita berantakan. Harus segera dibereskan," kata Nara.

Tubuh yang sudah berada di atas istrinya itu terdiam beberapa saat, pandangannya turun pada tubuh bagian bawahnya. "Tapi, tubuhku tidak dapat menahannya lagi. Jangan buat suamimu ini tersiksa sendirian," balasnya yang langsung kembali pada serangannya.

Dia merasakan tangan Nara yang kembali menahan dadanya, hingga ia harus kembali melepas ciumannya. "Apa lagi?" tanya sang suami.

Kedua tangan Nara berhenti pada kedua sisi pinggang Rayhan. Wanita itu menatap lekat kedua manik sang suami sebelum mengeluarkan suaranya. "Celana Mas Ray belum dilepas," katanya.

Rayhan sempat terdiam beberapa detik. "Kalau begitu, lepaskan," titahnya dengan senyuman miring di wajah tampannya itu.

Mengikuti perkataan sang suami, kedua tangan mungil Nara mulai bergerak menurunkan celana yang dikenakan oleh suaminya. Dan tepat setelah benar-benar terlepas, dengan brutal ia mencium suaminya hingga memutar posisi mereka—Nara berada di atas tubuh Rayhan.

"Kau yang akan memimpin?" tanya Rayhan. Tak ada kalimat apapun dari Nara, mereka hanya saling menatap. Hingga dalam waktu satu detik wajah yang tersenyum milik Rayhan berubah menjadi wajah penuh dengan keseriusan. "Lakukan yang kau mau," sambungnya.