webnovel

Honkai Impact: Deviation of Imagination (Indonesia)

Di luar Laut Quanta yang penuh kekacauan, di luar Pohon Imajiner yang sistematis, Eksistensi dari luar muncul membawa kekuatan dari makhluk transenden yang asing. Dan keberadaan anomali ini, akan membawa dunia di bawah genggamannya! --- Modifikasi Konten pada [15/4/23] --- [Disclaimer!]: Picture Belong to Artist. Honkai Impact Belong to Hoyoverse!

Skartha · Video Games
Not enough ratings
31 Chs

XXII. Chronicles of God's Land – II

Jiuling, atau yang juga dikenal sebagai Nine Realms, merupakan sebuah daerah yang dulunya merupakan tempat yang dipercayai sebagai lokasi dimana sang Kaisar Kuning Shenzhou, Ji Xuanyuan mengorbankan dirinya untuk mengalahkan Raja Iblis Chiyou.

"Di dalam catatan yang dimiliki dan dipahami oleh Schicksal, Kaisar Kuning menggunakan senjata berbasis Soulium dan juga memiliki Stigmata Legendaris di tubuhnya. Jika kita mampu memulihkan keduanya, teknologi Stigmata Artifisial akan berkembang lebih jauh." Himeko menjelaskan, saat dia memandang empat sosok anak muda yang duduk di seberang meja.

Mata wanita itu melihat dengan cermat tiga siswa, lalu ekspresinya segera berubah kesal ketika mencapai siswa terakhir. "Kiana, apakah kamu mendengarkan?"

"Hmm~" Kiana bergumam lalu mengangguk saat dia masih mengunyah setiap makanan di piring. Dia benar-benar jatuh cinta dengan hidangan di daerah itu dan sekarang adalah piring kesekiannya.

"Mayor... Jika lokasi yang HQ berikan benar, kita membutuhkan pakaian selam." Mei menoleh ke arah Himeko yang mengangguk pada komentarnya.

[Aku sudah menghubungi cabang Guangzhou, dan besok perlengkapan kalian akan siap.] Theresa yang berkomunikasi melalui perangkat di telinga mereka berkata.

Jiuling… sebuah nama yang tidak asing bagi Elias. Itu sudah lumayan lama sejak dia berada disana dan sekarang dia kembali, walaupun di zaman yang berbeda.

"Permisi! Aku pesan lebih banyak bakpao durian!" Kiana berkata kepada pelayan yang lewat, saat dia masih mengunyah makanan khas daerah sana, kue Ma Ti.

Di balik kesenangan yang ditunjukkan oleh Kiana, ada sosok yang diam-diam memeriksa dompetnya untuk melihat apakah dia masih punya persediaan uang yang cukup…

"Haisss… aku memang bilang aku akan mentraktir kalian, tapi dengan porsi ini…" Elias bergumam saat dia melihat setiap wadah kosong dari makanan yang sudah dibuang ke dalam ruang imajiner di dalam perut Kiana. Dan dia benar-benar curiga kalau Ikan Buntal di dalam Kiana diam-diam memanipulasi ruang untuk membuat dia bangkrut.

Untungnya, harta yang sudah dia kumpulan bisa dibilang tidak terbatas. Bahkan jika itu hampir habis, Elias bisa membuat lebih banyak lagi. Namun melihat seseorang bahagia seperti ini memang bukanlah kesalahan untuk menghabiskan banyak uang. Dia merasa seperti mentraktir anak perempuan… atau lebih cocok disebut sebagai cucu perempuannya sendiri… mengingat usianya yang melebihi grafik normal manusia.

"Hmmhh~ memang benar-benar menyenangkan sesekali di traktir oleh tuan muda kaya." Himeko bersenandung saat dia menyeruput cangkir tehnya. Berkat Elias dia tidak perlu membakar uang untuk mengisi lubang hitam berjalan di tim-nya.

"Bronya setuju dengan Mayor Himeko."

"Hn…"

Bronya masih seperti Bronya yang biasanya, dan disisinya Mei agak tidak nyaman untuk ikut-ikutan makan menggunakan uang Elias dengan Kiana yang pastinya menghabiskan 80 persen lebih tempat di dalam struk pembelian.

Laki-laki itu memperhatikan gelagatnya dan menoleh ke arah Kiana, "Kiana, lihat Mei. Apakah kamu tidak ingin menyuapinya?"

Mei memandang Elias dengan tidak senang, saat Kiana merespon dengan bersemangat. "Oh! Mei-senpai, cobalah bakpao ini, sangat enak! Aku akan menyuapimu oke… aaa~~"

Elias menonton pemandangan indah antara dua gadis yang akrab satu sama lain sedang bersuap-suapan dengan nyaman. Ini benar-benar membawa perasaan nostalgia pada masa lalunya saat dia masih menjadi seorang Kapten Pengamat yang sederhana. Kiana Kaslana dan Raiden Mei, dua gadis yang disatukan berkat masa lalu mereka berdua yang memiliki suatu keterkaitan.

Waktu berjalan dengan cepat dan satu hari telah berlalu. Hari ini, adalah hari dimana misi Squad V dan tes Murata Himeko dimulai. Menggunakan pakaian renang yang telah disiapkan oleh Schicksal cabang Guangzhou, lima orang anggota dari Squad V menyelam menuju dasar laut.

Mata Kiana dengan cerah memperhatikan pemandangan laut yang masih terjaga keasliannya. Dengan cahaya matahari yang cerah menembus air, menciptakan sebuah pemandangan bawah air yang sangat jelas.

"Wah… cantiknya." Kiana menengadahkan tangannya pada seekor ubur-ubur putih. Melalui alat komunikasinya, Himeko segera memanggil si Putih, "Kiana, apa yang kamu lakukan? Kita harus bergegas!"

Tanpa menunggu lama, Kiana melepaskan ubur-ubur putih itu dan segera mengejar rombongannya yang telah berada di depan.

Mata Elias menyapu setiap tempat untuk mencari tanda-tanda yang menunjukkan bahwa tempat itu sebelumnya adalah daerah Jiuling. Sayangnya, setelah lebih dari dua ribu tahun, dia tidak mungkin bisa menemukan hal seperti itu. Pastinya, hal-hal itu sudah menyatu dengan koral dan tenggelam oleh zaman.

Dia masih ingat dengan lanskap tanah di sekitar pesisir saat itu dan tampilan di tempat itu dengan gambaran yang ada di masa lalu persis sama. Namun dengan sebuah tempat yang agak asing…

Pergerakan mereka segera terhenti ketika sebuah mulut goa yang berbentuk aneh dan menyeramkan terlihat dari kejauhan.

Bronya memandang layar hologram yang ada di hadapannya sebelum beralih ke arah Himeko, "Mayor. Ada reaksi energi Honkai yang kuat dari dalam goa. Lokasi dan tampilan sama persis dengan yang diartikan oleh Departemen Intelijen kami. Kemungkinan bahwa ini merupakan Nine Realms adalah 34,2 persen."

"Oke, ayo bergerak!" Himeko menyatakan. Dengan keputusan sang Mayor, keempat anggota timnya mengangguk padanya, menandakan bahwa tidak ada masalah diantara mereka.

Setelah kelompok itu memastikan kemurnian udara di dalamnya aman, mereka melepaskan helm penyelaman yang mereka gunakan dan melakukan sedikit bereksplorasi di sekitar tanpa terpisah jauh.

"Whoah! Tempat ini sangat BESAR!" Seruan Kiana menggema, hingga kejauhan. Gua itu memiliki ukuran yang besar dengan lingkungan yang gelap dan lembab.

Himeko dengan ekspresi serius memperhatikan pengukur konsentrasi energi Honkai yang bisa menjadi kabar baik dan juga kabar buruk. "Konsentrasi energi Honkai sangat-sangat tinggi di gua ini. Tempat ini mungkin adalah Jiuling."

"Itu kabar bagus, Mayor Himeko." Mei berkomentar.

Elias meletakkan tangannya di dagunya. 'Tentu saja ini bukan Jiuling yang sebenarnya… lagipula, Jiuling yang sebenarnya sudah kita lewati tadi.' Dia berpikir dalam diam, tidak berkomentar apapun pada ucapan Himeko.

Berbeda dari yang lain yang fokus pada misi dan lokasi, Kiana yang ada di samping Mei memperhatikan suatu keanehan pada salah satu anggota timnya. Dia mulai bertanya-tanya, "Himeko kelihatan sangat serius dengan misi ini. Dia biasanya akan langsung minum-minum saat sampai dirumah. Tapi setelah kita mengambil misi ini, dia meneliti hingga larut malam setiap hari."

"Kiana, kamu ini…" Himeko memandang Kiana dengan tidak percaya, ekspresinya menunjukkan seolah dia sudah pasrah pada takdirnya.

[Kawan-kawan, kita masih ada di dalam misi. Lakukan pertengkaran kalian nanti ketika sampai dirumah.] Theresa dengan cepat menyela dari alat komunikasi.

Himeko menghela nafas menenangkan dirinya dari lubang hitam berjalan itu. "Baik. Aku akan melepaskanmu kali ini."

Melalui alat komunikasi, Theresa kembali berbicara, [Baiklah, Mayor, aku akan menjelaskan kembali tujuan misi ini. Jelajahi gua itu. Buktikan bahwa ini memang benar-benar Nine Realms. Jika itu benar, kamu perlu menemukan pedang Xuanyuan dan Stigmata yang hilang.]

"Dimengerti!"

[Aku juga menemukan seorang penasihat untuk misi ini.]

"Penasihat?" tanya Himeko penasaran.

Disaat itu juga, suara bersemangat seorang gadis terdengar dari alat komunikasi. [Sudah lumayan lama, Mayor Himeko! Biarkan aku memandumu melalui misi ini.]

"Fu Hua." Himeko berkata dengan kejutan, tapi kalau dipikir-pikir, normal untuk membuat Fu Hua menjadi penasihat di misi ini. "Kalau begitu…"

"Ukh– bukankah ini adalah Ketua Kelas yang merepotkan?" Kiana yang mendengar suara itu langsung berkomentar saat dia mengingat berbagai macam kejadian merepotkan yang selalu berawal dari Ketua Kelas.

[Fu Hua lahir di China. Dia sangat akrab dengan legenda Ji Xuanyuan dan budaya China.] Theresa menjelaskan. [Tanyalah jika kamu punya. Bergegaslah!]

Theresa menutup komunikasi miliknya dan mereka berempat bersama satu penasihat dari jauh mulai bergerak menyusuri gua yang gelap, lembab, dan besar itu.

"Mei, apa yang kamu pikirkan tentang Ketua Kelas?" Kiana bertanya kepada gadis berambut hitam yang berada di sampingnya.

"Ketua Kelas… maksudmu Fu Hua?"

"Ya, perempuan kaku itu."

Mei menjawab setelah berpikir sejenak, "Fu Hua adalah siswa terbaik di kelas setelah Elias. Dia melalui setiap tes Valkyrie lebih awal dari yang lain. Dia adalah Valkyrie Rank A, kita bisa belajar banyak darinya."

"Tapi… tapi dia selalu mengomel padaku." Kiana tidak terima, tapi itu malah membuatnya mendapatkan ceramah lain dari Mei…

"Aku ingat semua itu karena kamu sendiri, Kiana." Mei membuat jeda, sebelum menyebutkan setiap hal yang sudah dilakukan oleh si pembuat onar paling terkenal di seluruh penjuru St. Freya, "Kamu menginstal "Sbeam" di ruang kendali Hyperion… dan bahkan membuat hot pot di kelas…"

Kiana menjadi kesal karena dia malah mendapat ceramah dari malaikatnya. "Sudahlah! Kamu selalu saja di pihaknya, Mei! Hmph!"

Si Putih itu segera berjalan menjauh dengan cepat dari sisi gadis berambut hitam berusaha mencari seseorang untuk mengubah topik obrolan.