webnovel

Honkai Impact: Deviation of Imagination (Indonesia)

Di luar Laut Quanta yang penuh kekacauan, di luar Pohon Imajiner yang sistematis, Eksistensi dari luar muncul membawa kekuatan dari makhluk transenden yang asing. Dan keberadaan anomali ini, akan membawa dunia di bawah genggamannya! --- Modifikasi Konten pada [15/4/23] --- [Disclaimer!]: Picture Belong to Artist. Honkai Impact Belong to Hoyoverse!

Skartha · Video Games
Not enough ratings
31 Chs

XX. Demon Fox of Nagazora

Di kantor kepala sekolah Akademi St. Freya. Theresa Apocalypse, duduk dengan ekspresi serius saat dia menyimak sambungan komunikasi di dalam laptopnya.

[Entitas kelas Herrscher.]

"Itu tidak mungkin!" Theresa berteriak saat dia sulit mempercayai informasi baru yang diberikan oleh departemen sains mengenai kota Nagazora.

"Hanya ada satu Herrscher yang bisa eksis di setiap bencana Honkai. Sudah jelas siapa Herrscher ketiga dari Nagazora, dan dia ada di dapurmu sekarang!" Wanita bertubuh mungil itu berseru ke arah orang yang berada di balik jaringan komunikasi.

Ini sulit… dia tidak bisa begitu saja mengabaikan kabar ini, tapi akan berbahaya kalau mengecek sesuatu yang memiliki level bahaya seperti itu tanpa di-cover. Sementara Himeko masih terluka, hanya dia satu-satunya Valkyrie dewasa veteran yang mampu melawan Herrscher.

Theresa memandang salib emas raksasa yang terletak di sisi kantornya, Oath of Judah terlihat siap digunakan. "Baiklah, serahkan kepadaku. Aku akan mengurusnya. Sendirian."

Dia bangkit dari tempat duduknya, membawa Judah dan berangkat menuju ke Nagazora dengan pesawat pengintai.

[Dewa sialan! Bagaimana mungkin dia mengubahku seenaknya menjadi benda kecil seperti ini?!]

Yae Sakura dengan tenang mendengarkan setiap ocehan dari rubah merah kecil berekor satu yang bersantai di bahunya.

Memikirkan bahwa rubah iblis yang mengacaukan satu desanya dapat dengan mudah diurus hanya dengan satu lambaian tangan dan langsung menjadi sekecil ini. Bahkan…

[Apakah kau senang wanita?! Bisa mendapatkan kebahagiaan kembali seperti ini… sementara pelaku yang menyengsarakanmu mendapatkan kesengsaraan.] Rubah iblis benar-benar kesal, membuat Sakura tersenyum melihat tingkahnya yang sangat jauh berbeda dari yang ditunjukkan di masa lalu.

"Tidak usah marah-marah begitu, Kami-sama meminta kita untuk saling akrab satu sama lain, sekarang tidak ada dendam diantara kita." Sakura hanya menjawab dengan santai, membuat rubah iblis itu mengoceh sekali lagi.

Sementara Sakura mengabaikannya secara alami, dia segera bersembunyi di balik reruntuhan bangunan saat perhatiannya terfokus pada sosok kecil dari orang yang dirindukan oleh Yae Sakura.

"... Kallen… tidak. Keturunannya…"

Rubah merah di bahunya ikut melirik pada sosok yang diperhatikan oleh Sakura. Lalu menyeringai sisi bibirnya. "Oh, wanita itu lagi. Sepertinya itu keturunannya." Rubah itu melompat ke hadapan Sakura. "Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?"

"..." Sakura memikirkan kata-kata yang diberikan oleh Kami-sama sebelumnya yang menjadi tugas sucinya sekarang.

Dia melirik ke arah rubah kecil di hadapannya, menjawab, "Kita akan memperhatikannya untuk sekarang. Kami-sama sudah memberikan kekuatan yang hebat kepadaku dan menyelamatkan Rin, jadi aku akan memanfaatkannya dengan maksimal dan menyelesaikan tugasku."

Yae Sakura mengepalkan tangannya, bertekad mengakhiri satu-satunya entitas yang menyemburkan aura Honkai paling banyak di kota itu. Ini adalah tekad yang sudah dia tunjukkan kepada sang dewa. Mengakhiri Herrscher yang telah membuat umat manusia menderita.

Dengan kekuatan dan kelincahan yang sudah ditingkatkan oleh fisik dan kekuatan barunya, Yae Sakura berlari di atas gedung-gedung tinggi sembari mengawasi Pseudo-Herrscher yang berada di gedung Akademi Senba.

Sakura berhenti di ujung sebuah gedung, memperhatikan keturunan Kallen yang memiliki fisik seperti bocah 12 tahun, lalu pada gadis yang terikat pada sulur tumbuhan. "Dia sama sepertimu Jigokumaru. Seorang Herrscher."

[Hmph! Walaupun kami sama, tapi dia terlalu lemah bagi kami yang berasal dari masa lalu. Jika kau menyebut makhluk selemah itu Herrscher, harga diriku hancur! Dan jangan memanggilku dengan nama aneh itu.]

Sakura mengangguk pada pernyataan tinggi dari rubah itu. Namun seperti yang dikatakan oleh rubah itu, bahkan jika Jigokumaru tidak memiliki kekuatan penuhnya saat berada di Yae Mura, dia masih lebih kuat daripada Pseudo-Herrscher yang sedang dilawan oleh bocah itu.

Nafas Sakura tercekat, ketika melihat pemandangan yang hampir sama dengan Kallen sang terkasih. Salib emas raksasa itu mengeluarkan satu set lembing emas yang sangat mewah… Namun…

[Hah?]

"Huh?"

Kok dia ditusuk Herrscher itu dengan mudah? Sakura dan Jigokumaru hanya bisa terdiam melihat pemandangan yang tidak terduganya serius.

[Erm… sepertinya Dewa Asing benar. Dunia ini terlalu damai sampai-sampai Herrscher pun tunduk dibawah kaki manusia…]

Sakura memandang Theresa yang terluka di bagian perut. Itu tidak kelihatan parah, tetapi— "Ada racun di serangan Pseudo-Herrscher itu. Dia akan kehilangan kesadaran sebentar lagi."

Jigokumaru memandang wanita muda itu, [Seharusnya sekarang adalah waktu yang tepat jika kau ingin menolongnya, kan.]

Sakura menarik keluar katana di pinggangnya, ekspresinya yang tenang telah berubah menjadi lebih tajam dan serius, siap memotong musuh-musuhnya dengan pedang. "Ya!"

Suhu dengan cepat turun disekitarnya hingga di bawah nol derajat Celcius dan menciptakan es yang membekukan lingkungan di sekelilingnya.

Sakura melesat dengan kecepatan tinggi. Tanpa mengetahui apa yang akan terjadi padanya, Pseudo-Herrscher mendekatkan sulur dan tangannya kepada Theresa sebelum lengan dan sulurnya itu terpotong oleh satu tebasan pedang.

"Ah—!!" Herrscher itu terkejut, dia melompat mundur dengan cepat untuk menghindari serangan lainnya. Tangan dan sulur yang dikendalikan terpotong begitu saja tanpa bisa beregenerasi kembali karena membeku hingga ke titik dia tidak bisa mengendalikan energi Honkai di tangannya yang terpotong.

Matanya melirik ke arah Theresa—yang kali ini bersama dengan seorang pendatang baru. Seorang miko merah muda dengan rubah merah kecil melingkar di lehernya.

"Herrscher lain!?! —Pengkhianat!! Kenapa kau menolong manusia itu?!!" Kemarahan meledak dari unek-unek Herrscher Tanaman itu, tetapi Sakura tidak menghiraukannya dan dengan tenang menghilang membawa Theresa yang tidak sadarkan diri.

[Tidak kusangka kau tidak langsung membunuhnya.] Jigokumaru bertanya-tanya ketika Sakura tidak langsung mengakhiri hidup Herrscher bahkan ketika dia bisa melakukannya dengan mudah.

Sakura menggelengkan kepalanya. Di satu sisi, dia ingin membalas kekejaman yang telah diberikan Honkai kepada dunia ini, tapi disisi lain—

"Aku ingin melihat, bagaimana keturunan Kallen bertarung dengan peninggalan yang dibawa oleh Kallen—dan, aku ingin mewariskan apa yang ingin kuberikan pada keturunannya," jawab Sakura.

Jigokumaru mengangguk pada rasa emosional perempuan itu. Dia tidak terlalu mengerti, tapi dia mewarisi perasaan yang dimiliki oleh Sakura dan wadahnya ribuan tahun yang lalu—jadi setidaknya dia tahu tentang itu.

[Dengan bantuan Dewa Asing, seharusnya mewariskan kekuatan inti menjadi lebih mudah. Walaupun aku tidak suka mengakuinya, tapi dewa bukanlah sosok yang sembarangan mengingat dia bisa berinteraksi dengan dunia nyata dengan leluasa.]

Sakura tersenyum pada rubah mungil itu, "Oho, jadi kamu diam-diam mengakui Kami-sama. Hmm… kalau tidak salah, Kami-sama menyebutmu… Tsundere."

[Grrr…] Jigokumaru menggeram. [Aku bukan Tsundere! Mentang-mentang dewa, seenaknya saja dia memberiku julukan!]

Wanita muda bertelinga rubah itu tidak bisa tidak senang pada setiap pertemuannya dengan orang-orang terkasihnya, dan dia bahkan mendapatkan rekan baru, seorang mantan musuhnya di masa lalu. Segalanya berkat sang Kami-sama. Mungkin… inilah yang disebut dengan "rezeki yang datang setelah cobaan"?

"Oh," Sakura melihat tangan gadis muda yang terbaring itu mulai bergerak. "Dia sudah mulai mendapatkan pikirannya. Seharusnya sekarang adalah waktunya untuk mewarisi 'tanda' yang disebut oleh Kami-sama, kan."

"Benar. Hanya kekuatan Herrscher yang bisa menyembuhkan racun Herrscher, jadi mulailah. Aku akan mengawasi dari sini."

Theresa samar-samar melihat sosok merah muda yang memiliki telinga hewan yang panjang. Sosok yang terlihat surreal itu menyelamatkan dan merawat dirinya yang terluka.

Pikirannya membayangkan sosok keponakannya yang ceria dan bersemangat… putri dari sahabatnya, Cecilia. Benar… bahkan jika itu bukanlah putri sahabatnya yang sebenarnya, dia tetaplah Kiana Kaslana keponakannya.

"... Kiana… aku… akan selalu melindungimu…"

Racun yang diberikan oleh sang Herrscher masih tersisa di dalam tubuhnya, membuatnya kehilangan kesadarannya sekali lagi. Hal terakhir yang dia lihat adalah sepasang mata yang bersinar di sisi sosok merah muda itu.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu, Theresa Apocalypse terbangun dalam keadaan yang sangat sehat. Dia tidak lagi merasakan sedikitpun racun dari Herrscher. Tidak ada tanda-tanda dari orang yang menyelamatkannya—kecuali hanya ada satu hal, kelopak bunga sakura.

Saat melihat kelopak bunga di tangannya itu, Theresa tidak bisa tidak merasakan perasaan kuat yang terkandung di dalamnya.

Sang cucu Apocalypse menggenggam kelopak sakura itu, dan bertekad menyelesaikan masalahnya dengan sang Pseudo-Herrscher.

Theresa memandang dengan geli Pseudo-Herrscher yang mencoba menghancurkan Judah. Konyol sekali… Herrscher saja kesulitan bertahan, apalagi Pseudo-Herrscher.

"Cukup banyak menghabiskan tenaga, 'kan. Gadis muda."

Theresa berjalan dengan tenang menghampiri senjata andalannya, memandang si Herrscher setengah matang. "Senjata ini diciptakan dari logam khusus bernama Soulium yang memang tercipta untuk melawan Herrscher seperti dirimu."

Dia kemudian menyadari sesuatu dan mulutnya membentuk 'O'. "Oh, apakah aku sebelumnya memanggilmu Herrscher? Salahku. Kamu hanyalah setengah matang, seorang Pseudo-Herrscher! Aku akan memberimu permen kalau kamu bisa menggores senjataku."

"Ya ampun, rupanya kau masih hidup." Pseudo-Herrscher itu melirik ke arah Theresa, "Aku tidak tahu bagaimana caranya kau selamat dari racunku, tapi untuk berani kembali kesini… kau benar-benar bodoh."

"Hnn—!! Itu karena aku sedang lengah saja!" Urat nadi keluar dari kepala sang Kepala Sekolah. Dia memandang sang Pseudo-Herrscher lalu menyatakan, "Sudah cukup bicaranya gadis muda! Kali ini kamu akan benar-benar dimusnahkan!"

"Fufufu… sungguh kata-kata yang kuat untuk seekor tupai. Hmph!" Herrscher setengah jadi itu melesatkan sulur berduri miliknya ke arah Theresa.

Dengan menggunakan teknik lompatan Apocalypse yang hebat, Theresa dengan mudah menghindari serangan sulur yang datang ke arahnya dan disaat yang sama, dia mampu melancarkan tendangan ke perut Pseudo-Herrscher.

"Apocalyptic Kick!"

"Ukh!" Pseudo-Herrscher itu terdorong mundur karena serangan yang tidak diduga-duga lumayan kuat untuk seseorang dengan tubuh sekecil itu.

Theresa dengan santai mendarat di sisi Judah. "Hah! Lamban! Aku bisa dengan mudah menghindari semua serangan sulur punyamu itu. Wlee! Racunmu sama sekali tidak bisa menyentuhku."

Pseudo-Herrscher itu menggerakkan giginya, sebelum sesaat kemudian menunjukkan senyuman seolah-olah sudah menang. "Hehehe… aku mengakui bahwa kau memiliki sedikit kemampuan, tapi tidak masalah…"

Duri-duri merah di sulur Pseudo-Herrscher itu perlahan-lahan mulai bertransformasi. "Keberadaan Herrscher sebelumnya menghalangi aku untuk menyerap energi disekitar, tetapi tiba-tiba saja dominasinya yang lebih kuat menipis untuk suatu alasan."

"Aku telah menguras semua energi di tempat ini!! Dan sekarang aku memiliki kekuatan yang setara dengan dewa!! Mati! Dan matilah!"

Dengan sombongnya, Herrscher setengah jadi itu langsung menjelaskan apa yang dia lakukan, sebelum aroma manis keluar membuat Theresa tersentak. "Sialan, memakai aroma untuk menyebarkan racun! Huh, tubuhmu benar-benar bau—!"

Sulur datang dengan cepat, tetapi sebelum Theresa dapat merespon, sulur itu segera mengikat tubuhnya. Herrscher setengah jadi itu segera mendekati Theresa yang sudah terikat tidak berdaya.

'Hnnn… kenapa aku jadi lengah sampai-sampai kalah dengan bau badan!'

Theresa mencoba melepaskan dirinya dengan kuat, tetapi dengan keberadaan racun di udara, itu hanya akan membuat kematiannya menjadi semakin cepat.

"Hahaha… teruslah berusaha teman kecil dan itu akan menjadi lebih mudah untuk kita berdua."

Sang cucu Apocalypse masih dengan sekuat tenaga mencoba melepaskan dirinya, sebelum kesadarannya mulai menghilang karena racun dan juga ikatan yang semakin erat, Theresa melihat sepasang mata tajam yang memandangnya dari kegelapan.

[—Bunuh!]

Keadaan segera berubah saat itu juga, bersamaan dengan transformasi tubuh Theresa yang sangat jelas.

"Hah?!" Pseudo-Herrscher Herrscher itu terkejut saat dia kehilangan sisa tangannya yang lain. Dia menggerakkan giginya dan berkeringat dengan keadaan yang segera berubah bersama dengan perubahan tubuh gadis yang didominasi.

Telinga rubah merah muda muncul di atas kepalanya bersama dengan munculnya rona merah di ujung rambutnya.

Saat keturunan Kallen menyeringai, gigi taringnya yang panjang terlihat jelas dan matanya memandang sang Pseudo-Herrscher dengan tajam seperti seorang predator sebenarnya.

Kali ini, sang Kepala Sekolah mulai mendominasi pertarungan dengan kekuatan barunya! "Tenang saja gadis. Semuanya akan segera berakhir begitu aku menggunakan senjataku."

'Ce- cepat?!' Pseudo-Herrscher itu baru menyadari keberadaan Theresa sudah berpindah dengan sangat cepat yang berawal dari belakangnya dan sekarang sudah berada di sisi Judah.

Theresa menyentuh Judah, melantunkan sebuah kalimat: "Oath of Judah! Dengarkan aku dan menggemalah dengan jiwaku! Tunjukkan taring dari Soulium dan tariklah senjata berdarahmu!"

Sisi-sisi Oath of Judah terbuka saat dia mulai berubah menjadi merah muda mengikuti transformasi Theresa, menunjukkan bukan tombak, tetapi katana merah muda.

Dengan kekuatan tak terlihat, katana tertarik dari sarungnya dan mulai melesat, menusuk seluruh tubuh Herrscher dengan mulus tanpa sedikitpun gangguan.

"..."

Dengan berakhirnya nyawa sang Pseudo-Herrscher, keberadaannya mulai menghilang dan berubah menjadi abu. Meninggalkan Theresa yang sudah berubah kembali menjadi sedia kala.

Dia mengambil alat komunikasinya dan menghubungi St. Freya. "Musuh sudah dimusnahkan, segera kirim jemputan di koordinat yang kukirim."

[Dimengerti, Kepala Sekolah!]

Theresa menutup panggilan, matanya melirik pada lokasi tempat Pseudo-Herrscher yang sebelumnya berada… yang tertinggal hanyalah abu bekas tubuh sang gadis muda.

"..."

Tubuh Theresa oleng saat keseimbangannya menghilang, kakinya segera kehilangan kekuatannya, dan seluruh tenaga di tubuhnya meninggalkan dia tergeletak tidak sadarkan diri.

Sore hari setelah penjemputan kembali Theresa yang tidak sadarkan diri secara tiba-tiba ke St. Freya, kota Soukai.

Murata Himeko bersandar dengan lega di bangku guru miliknya. Huh… efek pertarungannya dengan Herrscher beberapa bulan yang lalu masih terasa di tubuhnya, membuatnya merasa seperti sedang sakit encok di seluruh tubuhnya.

Pada akhirnya, Theresa lah yang mengurus Herrscher di Nagazora sendirian. Dia tidak meragukan wanita itu karena dia sangat mampu mengingat senjatanya adalah salib raksasa. Kepala sekolahnya mampu menghabisi Herrscher hanya dengan menjatuhkan salib itu di atas kepala Herrscher dan langsung K.O.

Laporannya sudah selesai dan Theresa pun sudah kembali dengan luka yang tidak fatal. Ini adalah waktu yang tepat untuk pulang dan bersantai!

Dia bangkit dari bangkunya dan berangkat pulang ke rumahnya. Satu-satunya yang masih berada disana selain dirinya adalah guru sejarah yang merupakan seorang pria. "Welt-sensei, saya akan duluan. Kerja bagus."

"Mengerti, Murata-sensei. Kerja bagus untuk anda juga." Pria itu melirik ke arah Himeko membalas salamnya, sebelum kembali pada monitor komputernya.

Dia melihat pria itu menghela nafas pada sesuatu yang ada di layar monitornya, sebelum Himeko pergi pulang. Himeko berpikir seharusnya pria itu sedikit bersantai dengan semua kekacauan yang diberikan oleh tugas-tugas tertulisnya Kiana.

Himeko memandang dapur rumahnya yang… gosong porak poranda seperti baru saja mengalami kebakaran. Matanya melirik pada sosok seorang gadis yang duduk di lantai ruang utama pada posisi seiza dan gadis lain yang berdiri di samping seorang laki-laki. Himeko menghela nafas, "Huh… gadis-gadis dan naksiran mereka."

Dia juga benar-benar perlu beristirahat karena gadis ini.

[20/04/23] +1 Chapter untuk anda.

Skarthacreators' thoughts