1 Part 1

Tiga hari yang lalu, tepat sebelum Bayu mengajakku untuk berbicara empat mata, aku mengatakan bahwa aku menyukai seorang laki-laki blasteran yang tidak sengaja kami bertemu dan dekat melalui salah satu projek kampus.

Sekarang, aku sedang mengatakan hal itu kepada Bayu, laki-laki yang kukenal sejak kuliah, tentang siapa itu Timothee.

Dialah laki-laki blasteran yang aku sukai sejak pertemuan pertama kami. Dia tinggi, putih dan matanya cokelat.

Kami dalam divisi yang sama di acara ulang tahun kampus kami yang digelar setiap tahunnya.

"Iya, aku  ngerasa tuh.. aku suka sama Timothee," ucapku.

Bayu berhenti tepat dibelakang dan tertinggal karena aku masih tetap berjalan.

Melihat dia berhenti, aku ikut berhenti.

"Ada apa?" tanyaku padanya.

Dia terdiam dan kedua bola matanya yang cokelat berputar seakan memikirkan sesuatu.

Aku hanya bisa melihat dan menunggu responnya.

"Tidak apa-apa. Dia orang yang satu projek sama kamu kan?" ucap Bayu.

"Iya, yang pernah aku ceritain ke kamu. Nah, dia orangnya."

Aku melanjutkan langkahku, namun tetap fokus dengan ceritaku.

"Gimana menurut kamu?"

Aku berhenti, kurasakan ada yang kurang dan melihat ke belakang. Ternyata Bayu masih tetap berhenti di belakang.

"Kamu kenapa sih Bay?" Aku mundur dan menghampiri dia yang masih terdiam di tempat tadi.

Aku mengerutkan keningku dan menunggu respon dari dia. Dia tetap diam seperti patung, tidak berkata apa-apa.

"Kenapa?" ucapku dan menepuk salah satu lengannya.

Dia melihatku tepat setelah aku menepuk lengannya. Dengan muka serius dan kedua matanya menatapku lekat, dia akhirnya membuka mulutnya.

"Aku perlu bicara sama kamu, berdua. Sekarang!"

Aku terkejut dan mengerutkan bibirku. Kenapa nih anak tiba-tiba?

"Okay, sekarang kita lagi ngomong berdua kan.." Aku menjawabnya dengan nada santai.

Bayu melihat sekelilingnya, entah apa yang dia cari.

Sekarang, tepat di trotoar kampus, kami berdua saling menatap.

Aku menunggu apa yang hendak dibicarakannya padaku.

"Sha, kamu dengar baik-baik ya. Lihat mata aku." Bayu meletakkan kedua tangannya di bahuku dan menatapku.

Aku hanya bisa mengangguk dan menunggunya berbicara.

"Aku suka sama kamu Sha." Dia mengucapkannya begitu tegas.

Ucapannya membuatku terdiam, mataku berputar seperti pikiranku dan mulutku tertutup rapat tidak tahu harus berkata apa.

Aku menatap ke bawah memastikan bahwa aku masih sadar, masih berdiri di atas aspal sekarang.

"Hah… kamu bercanda pasti," ucapku.

Aku tertawa kecil namun terlihat sangat dipaksakan.

"Gak, aku gak bercanda. Lihat aku!" ucap Bayu saat aku memalingkan pandanganku ke salah satu pohon di sana.

Aku melihatnya, dia masih tetap memegang bahuku dan menatapku.

"Aku menyukaimu, Shalom." Bayu mengucapkannya dengan jelas dan tegas.

Aku semakin panik. Mataku berputar kembali, bingung apa yang hendak aku sampaikan.

Aku memutuskan untuk berbalik badan dan pegangannya lepas dari bahuku.

Aku hendak melarikan diri, namun Bayu sudah terlebih dahulu memegang salah satu tanganku.

Dia melangkah ke depanku dan sepenuhnya ada di depanku menatapku.

"Kamu jangan berpikir untuk kabur sebelum membalas ucapanku Sha."

Aku berpikir sejenak, "Okay, lalu?" ucapku padanya. Aku memang betul-betul tidak tahu harus bilang apa.

"Terus?" Bayu mengangkat salah satu alisnya, dan balik bertanya padaku.

"Aku harus bagaimana Bay?" tanyaku.

"Yah itu terserah kamu, kamu mau bilang apa atau hati kamu mau apa. Semuanya tergantung kamu. Aku tidak akan memaksakan kehendakku," ucap Bayu santai.

"Aku… Aku tidak tahu harus gimana." Aku mengalihkan pandanganku. Aku sedikit panik.

Bayu seakan berpikir sejenak dan mengalihkan pandangannya juga.

"Gini deh, kamu suka gak ngobrol sama aku?"

"Suka," jawabku cepat, karena memang aku suka ngobrol sama dia, apapun itu.

Pikirannya lebih terbuka dan seringkali aku terkejut dengan sudut pandangnya itu.

"Kamu suka makan berdua sama aku?"

"Suka, kamu kan sering traktir…" Aku tersenyum kecil.

"Haah," balasnya dan tersenyum juga.

"Kamu pilih jalan sendiri atau bareng aku?"

"Bareng kamu lah, kan gak seru kalau jalan sendiri."

"Nah, ya udah berarti kamu suka sama aku."

"Lah, kok gitu." Aku mengerutkan keningku, kurang setuju dengan gagasannya itu.

"Itumah memang pertanyaan yang jawabannya pasti kamu," lanjutku.

"Ya udah, kamu milih aku atau Timothee?"

Aku terdiam, mencerna pertanyaannya itu.

Aku kan baru bilang kalau aku suka Timothee, dia gak ngeh apa? Tapi aku juga gak mau lepas hubungan dengan Bayu, dia itu teman terbaikku.

"Hei… apa jawabannya?" tanya nya.

"Eh, apa tadi pertanyaannya?" Aku panik.

"Kamu milih aku atau Timothee?" Bayu mengulang sekali lagi pertanyaannya.

"Mmmm, aku…" Aku tidak bisa menjawab, mereka berdua sama-sama penting buatku. Aku harus jawab apa?

"Kelamaan… ya udah besok aja jawabnya. Udah sore nih, pulang yuk. Nunggu jawaban kamu itu membuat aku semakin lapar. Ayok…," ucap Bayu dan menarik tanganku.

Kami pun melanjutkan perjalanan kami pulang.

Sepanjang perjalanan, aku berpikir keras.

Siapa yang harus aku pilih? Aku baru banget ngerasain suka sama seseorang eh nih anak udah main bilang suka aja sama aku, kan bikin bingung.

Aku berpikir dan berpikir kembali, sama aja, jawaban yang akan aku sampaikan besok pasti sama dengan sekarang.

"Oke.. Aku tau jawabannya." Aku berhenti dan begitu juga dengan Bayu berhenti, mungkin karena ucapanku.

"Sok, apa neng?" Dia berlagak Sunda. Benar dia memang orang Sunda.

"Aku…."

"Iya…"

"Aku… A..ku.. Aku lapar, ayo kita makan," teriakku dan berjalan mendahului Bayu.

"Dasar..." Bayu mengikutiku dari belakang.

Sekarang kami berdua berjalan berbarengan dan tenang seakan tidak ada yang terjadi.

Bisa gak ya? Bener gak ya keputusan ku ini? Aku masih memikirkan apa yang harus aku jawab.

"Oke, sekarang aku tau." Aku memegang lengan Bayu dan kami berdua masih tetap berjalan.

"Jangan bercanda lagi deh, udah besok aja," balas Bayu.

"Gak, gak bisa besok. Siapa yang tau kalau tiba-tiba, jauh-jauhlah ya, kalau misalnya aku menghilang ditelan Bumi, atau kamu yang menghilang ditelan Bumi? Kan berabe, penasaran seumur hidup."

"Oke, terus apa?"

"Aku memutuskan untuk…"

"Iya…" Bayu berhenti dan menunggu jawabanku.

"Untuk ikut denganmu." Akhirnya aku menyampaikannya juga.

"Ikut kemana?" Ekspresi Bayu kebingungan.

"Aaaa, maksud aku itu… hmm.."

"Iya?" Bayu menyipitkan matanya, menunggu jawabanku.

"Itu loh…" Aku panik. "Itu deh pokoknya," lanjutku.

Aku berjalan mendahului Bayu.

"Sip aku tau," ucap Bayu dan memegang tanganku.

Dia tersenyum kepadaku dan kami pun berjalan bersama. Lalu sekarang bagaimana? Bisakah aku pacaran dengan teman dekatku? Terus ntar kalau putus gimana? Bisa seperti dulu lagi gak? Apa gak usah pacaran aja? Apa aku tolak aja? Aku bingung, tapi ya sudahlah, bodo amat. Jalani aja dulu. Urusan putus belakangan.

avataravatar
Next chapter