webnovel

Home of Ardor

Hidup itu sebuah perjudian dan hal tak terduga dapat terjadi. Entah dari mana sosok itu datang, dia yang selalu berada dibalik bayang kegelapan tiba-tiba muncul ke permukaan. Dia yang semula hanya memperhatikan kini justru membawa Sang gadis terkutuk, Evelyna De Lorraine berdiri di sampingnya. Dan berjalan beriringan menjadi sosok kutukan yang lain. Menyebabkan sang Lady terjatuh dalam pesona Sang sosok kegelapan yang ditakuti. Seorang antagonis yang lain, sang penguasa sekaligus iblis dunia juga Britania Raya. Bagaimana akhir dari kisah Eveylna De Lorraine beserta sosok kegelapan yang dicintai nya? Apakah mereka akan berhasil menemukan arti sejati dari rumah serta menggapai kembali emosi mereka yang telah lama hilang meninggalkan tempatnya?

AudreanaIvy · Fantasy
Not enough ratings
182 Chs

CHAPTER XLVIII : SEKILAS KISAH MASA LALU

Lilith Yeva De Castiello, wanita berdarah murni dari kaum Asmodia yang sempat disebut oleh Ibu Eve dalam ingatan saat pelariannya. Jika hipotesa Eve tidak meleset, maka wanita bernama Lilith yang disebutkan dapat menyelamatkannya adalah sosok rupawan nan menawan yang ada di hadapannya.

Lalu fakta yang lain dan lagi-lagi mengejutkannya, Lilith adalah Ibu dari Lucas. Yang mana artinya ia merupakan calon Ibu Mertuanya.

"Mo-mohon maaf atas ketidaksopanan saya," ujar Eve cepat sembari membungkuk dalam. Bagaimana bisa ia terlihat begitu bodoh di hadapan calon Mertuanya, hati kecilnya seakan hendak menangis meminta maaf kepada Lucas karena sikapnya yang memalukan.

Lilith tertawa pelan, astaga calon Mertuanya saja tertawa mengeluarkan suara begitu merdu. Bagaimana jika ia bernyanyi? Mungkin para burung akan tertidur.

"Jangan terlalu kaku, kau sangat manis. Lucas begitu beruntung memiliki calon Istri secantik dan sebaik juga lucu sepertimu," puji Lilith yang kini menarik tubuh Eve untuk kembali berdiri. Kedua iris mereka saling bertubrukan bertukar pandang, hingga Eve terkejut saat menemukan wanita berparas ayu di hadapannya meneteskan air mata.

"Aku berharap dapat melihat kalian secara nyata di altar pernikahan," lirih Lilith mencoba mengulas senyum.

Eve menggeleng pelan dan memeluk tubuh wanita yang jauh lebih tinggi darinya, meskipun sempat ragu namun akhirnya ia tetap melakukannya.

Lilith sedikit terkejut, namun dirinya tetap membalas pelukan sang Calon Menantu. Ia merasa sedikit lebih tenang karena meninggalkan Putranya bersama gadis sebaik Eve.

"Oh, cukup waktu kita tidak banyak. Aku harus segera menjelaskan banyak hal padamu."

Alis tebal Eve mengerut, tak mengerti maksud mengenai penjelasan apa yang hendak disampaikan padanya. Lilith membimbing Eve untuk mulai berjalan, dan pemandangan di sekitarnya pun berubah. Ruangan kosong berwarna putih itu berganti dengan pemandangan hamparan hutan lebat, begitu gelap dan cukup menakutkan.

Eve dapat merasakan kakinya terasa tergelitik oleh rerumputan basah hutan. Mereka melangkah dalam menuju bagian terdalam hutan, dimana cahaya matahari tak dapat menembus rimbunnya dedaunan.

Aroma anyir menyambut Eve, bukan hanya itu ia pun dapat merasakan tengah berada di atas genangan air. Sayangnya, genangan yang berada di bawahnya bukanlah air hujan atau air sungai biasa.

Tubuh gadis bersurai perak itu membeku saat menemukan bahwa yang berada di bawah sana adalah cairan kental merah. Tangannya melepas genggaman Lilith menutup mulutnya dengan kedua tangan tak mempercayai apa yang ada di hadapannya.

Seorang lelaki dengan rambut hitam panjang tengah berdiri di atas tumpukan tubuh. Tangannya yang berwarna hitam tengah mencabut benda merah kenyal dari salah satu tubuh pucat tak berbentuk.

Eve sangat mengenal sosok asing itu, sekalipun memiliki wujud yang berbeda 360°. Namun, gadis bersurai perak itu sangat mengenali sepasang ruby kesayangannya. Bibir tipis yang tengah tertawa mengerikan, raut rupawan mempesona sekalipun dilumuri cairan kental merah. Tanduk serta sorot mata yang sama.

"Lucas ..." Eve berucap begitu lirih penuh akan sirat kepedihan. Lilith memilih untuk tetap memperhatikan gadis muda di hadapannya, masih saja bungkam dengan sebelah tangan yang mengepal.

"Ini adalah awal dari segalanya. Takdir terkutuk yang melilit Lucas."

Eve tak merespon ucapan Lilith, ia lebih memilih memandang raut tampan sang Duke yang penuh akan rasa frustasi.

Lilith mengambil pasokan oksigen lebih banyak, ia merasa membuka kisah terdahulu akan memerlukan begitu banyak tenaga baginya, "Lucas adalah Putra sulungku dan Lucifer. Lucifer sendiri ia bukanlah iblis murni biasa, ia adalah malaikat yang terusir dari surga dan tiba di bumi."

"Lucifer yang tiba di bumi menjadikannya makhluk terkutuk sekaligus kuat, demi menjalankan hukumannya Lucifer menciptakan Asmodia dari tetes darahnya."

"Dan aku adalah bangsa Iblis Asmodia pertama yang ada."

Eve membalikkan tubuhnya menjadi menghadap Lilith. Wanita itu tersenyum sembari memandang mendungnya langit.

"Kemudian para Asmodia yang lain tercipta, dan demi melangsungkan keturunan murni Lucifer yang akan mewarisi setiap tetes kekuasaannya, kami menikah," imbuh Lilith dengan sedikit rona di pipi pucatnya. Iris legamnya berkilat layaknya onyx yang tertimpa sinar.

"Lalu lahirlah Lucas dan Erudian. Saat itu kehidupan Asmodia dan kami bisa dibilang begitu indah, Lucifer memimpin Asmodia dan aku menjadi Ibu bagi Putra-putra dan setiap Asmodia."

Lilith berhenti sejenak, cukup lama. Bahkan ia memejamkan matanya seolah tengah mempersiapkan sesuatu. Eve tak dapat memandangnya, gadis bersurai perak itu lebih memilih memperhatikan jari jemari kakinya yang bermain dengan rerumputan.

"Hingga Kerajaan-kerajaan berniat menghancurkan Asmodia, karena mereka menganggap kami sebagai ancaman."

"Sebuah bom waktu yang dapat meledak kapan saja," tutur Lilith melirih. Bibir penuh meronanya digigit keras, bayangan menyakitkan itu kembali terbuka.

"Lucifer mencoba melindungi kami semua, bahkan termasuk para Penyihir yang menjadi buruan."

Manik obsidian Lilith tak lagi menunjukkan kasih, amarah, kesedihan, bahkan keputusasaan terpancar jelas di sana. Tentu saja, itu hal wajar ia marah karena Keluarga serta Bangsanya menjadi incaran para manusia. Untuk sesaat Eve merasa malu karena ia terlahir dari bangsa rakus dan egois.

"Asmodia, Penyihir, bahkan para Elf mungkin memiliki kekuatan yang jauh melebihi dari para Manusia. Namun manusia adalah makhluk mengerikan."

Lilith mencengkram erat sisi gaun beludrunya, "Mereka memanfaatkan segalanya, bermain-main dengan kasih demi mendapatkan kami. Dan berhasil ..."

"Dengan kehancuran kaum Elf terlebih dahulu dan para Penyihir. Hingga akhirnya Asmodia pun tersudutkan, di sisi lain Lucifer tak diperbolehkan menyakiti makhluk hidup."

Dan akhirnya Lilith tak lagi memandang ke arah manapun kecuali sepasang sepatu berwarna ruby kesayangannya. Sepatu yang dibuat khusus untuknya, benda favorit buatan tangan sang Suami.

"Britania menawarkan perlindungan dengan syarat kami akan menjadi bayangan mereka." Lilith tersenyum berkat kemurahan hati sang Ratu mereka dapat menyelamatkan diri, kenyataan yang pahit sekalipun mereka bangsa yang kuat. Namun mereka tak memiliki tanah yang dijadikan sebagai 'rumah'.

"Sejak saat itu Lucifer pun menerima gelar sebagai Duke dari wilayah Nottingham, segalanya pun berjalan lancar."

Lagi-lagi wajah Lilith kembali muram, iris obsidiannya terpejam mencari ketenangan sebelum melanjutkan dongeng masa lalu ini.

"Kerajaan lain kembali menghasut, kaum Penyihir disudutkan karena keberadaan Ryuna yang mengungkapkan sebuah ramalan."

Eve teringat paras ayu yang lain, penuh ketenangan dan keanggunan menampilkan kebijaksanaan sekaligus jenaka.

"Ryuna pasti sudah menceritakan bukan kisahnya? Jadi, aku akan menceritakan sebelum ia memutuskan untuk mengambil jalan mengorbankan dirinya sendiri."

"Itu semua berawal dari apa yang saat ini sedang kau lihat ..."

Pandangan Eve kembali terjatuh pada sosok Lucas yang dalam wujud berbeda. Tampak menawan dan mengerikan, sekaligus indah karena sepasang sayap hitam besar dan lebarnya mempesona. Sosok yang baru saja menebas setumpuk tubuh prajurit Kerajaan-kerajaan yang ia tak ketahui identitasnya.

"Lucas terjatuh dalam jebakan salah satu malaikat."

"Lucifer sebagai Raja para Iblis akan membawa bencana, sehingga ia harus dijatuhkan. Dan ia menghancurkan Lucifer di depan mata Lucas."

Dan akhirnya bulir bening yang sedari tadi ditahan Lilith tak lagi dapat dibendungnya. Ibu para Asmodia meneteskan air mata, "Lucifer dilenyapkan keberadaannya demi menyelamatkan nyawa seorang anak setengah Asmodia yang menjadi kelinci percobaan dan Erudian ."

Lilith berjalan perlahan menuju bayangan terakhir sosok Putranya yang dapat diingatnya, membelai perlahan pipi pucat si Sulung penuh rindu.

"Karena Lucifer harus membunuh salah satu Earl yang hendak membunuh mereka, tentu saja ia tak dapat berdiam diri."

" ... Lucas mengamuk melihat Ayahnya menghilang di hadapannya, sehingga ia menghabisi seluruh keluarga sang Earl termasuk pengawal dan siapapun yang berusaha menyentuh Adik-adiknya."

Eve terdiam, ia tak tau harus memberikan respon seperti apa. Dadanya ikut merasa sesak karena tak dapat membayangkan bagaimana rasanya melihat pria terkasihinya dihukum tepat di hadapannya.

Kejam.

"Sayangnya Lucas harus menerima takdir yang sama. Hukuman dijatuhkan, sehingga wujud Iblisnya berubah menjadi sosok menakutkan tak memiliki emosi. Lucas hanya memiliki kekejian yang tertinggal."

Lilith menunduk dalam. Ibu para Asmodia itu terisak, isak tangis seorang Ibu yang merindukan serta mengasihi takdir keji Putranya. Sorot matanya penuh amarah karena tak dapat menerima anaknya dipermainkan.

Wanita bersurai kelam itu kembali memandang sosok gadis manis nan lugu di hadapannya. Oracle muda yang diselamatkan Sahabatnya dengan nyawa sebagai harga.

Sama halnya dengan dirinya yang memilih menyelamatkan anak-anaknya.

Lilith berjalan perlahan membelai pipi putih porselene Eve, "Kemudian Ryuna melihat kesamaan takdir kalian, dan kami memilih mengubah takdir kalian ... menghubungkannya dengan benang merah."

Eve merasakan sesak untuk kesekian kalinya, mengapa banyak sekali nyawa yang berusaha menyelamatkannya?

Ia bahkan tak pernah mengharapkan untuk dilahirkan, keberadaannya tidak pernah diinginkan siapapun. Namun kenapa mereka justru memperjuangkannya?

"Eve, karena aku dan Ayahmu mencintai kalian. Bahkan, jika seluruh dunia menentang kalian, kami tetap mencintai kalian."

Lagi, air mata itu membasahi pipi porselen Eve. Manik zamrudnya berkaca-kaca akibat menahan air matanya menganak sungai.

"Bergantunglah pada Lucas, dan bersandarlah padanya. Begitu pula dengannya, katakanlah hal yang sama pada anak itu."

Perlahan tubuh Lilith berkilauan tampak tembus pandang, ia kehabisan waktu.

"Eve, selamatkan Lucas. Apa yang terjadi bukanlah salahnya, Lucifer dan aku melakukan itu semua semata-mata demi Putra kami."

"Ia dicintai, tak ada yang membenci atau menyalahkannya. Kami mempercayai ia akan menjadi Pemimpin sekaligus pelindung tidak hanya bagi Asmodia."

Eve mengangguk pelan, bendungan itu pecah tangisnya telah menganak sungai. Lilith menyapu air mata calon Istri Putranya, sungguh ia dan Lucifer pasti akan sangat tidak sabar menanti Putra mereka membimbing gadis bersurai perak ini menuju altar. Mereka berharap dapat menimang setiap cucu dari Putra-putra mereka.

Ah,Tuhan sungguh begitu menyakitkan.

"Rumah itu kalian sudah memilikinya, kalian berdua adalah rumah itu sendiri. Pulanglah dimana pun kalian berada," tutur Lilith lembut dan lirih seolah ia tengah berbisik.

"Maaf waktu ku tak banyak, ini pun aku harus memohon pada Khronos[1]. Sekarang bangun dan selamatkan Lucas Putriku."

Dan setelahnya ruang dimana Eve berpijak runtuh bersamaan dengan tubuh Lilith yang menghilang menjadi butiran debu. Wanita itu tersenyum begitu manis, Eve bahkan dapat melihat ucapan terakhir Ibu para Asmodia Itu meskipun ia tak bersuara.

'Terimakasih ...'

[1] Khronos atau sang Dewa Waktu