10 CHAPTER X : MENUJU TENGAH MALAM

Tiba-tiba saja angin berhembus kencang hingga Eve pun turut terhempas dan menubruk sesuatu yang keras serta hangat. Hidungnya dapat mencium aroma menenangkan itu lagi, Disanalah ia menemukan sosok yang seolah-olah baru saja menjawab teriakannya. Lucas kini telah mendekapnya, manik merah rubynya tampak berkilat marah, sirat dingin dari raut tampan disertai tatapan yang kian tajam diberikan kepada si pirang diseberang mereka.

" Selamat atas pertunanganmu pak tua Castiello," sapa Devian sembari tersenyum lebar memberikan ucapan dengan melambaikan tangannya yang justru mendapat tawa dari sang Duke.

" Terima kasih Yang Mulia karena telah repot-repot mampir kemari untuk menyapa saya beserta tunangan saya. Anda sangat murah hati sekali." Jawab Lucas selepas tawanya mereda, Eve hanya mengintip adegan saling sapa itu dari balik tubuh tinggi Lucas.

Air mata masih mengalir membasahi pipinya, tubuhnya pun masih bergetar hebat, pria Asmodia itu masih tak mengerti mengapa dirinya merasa sangat kesal dan marah saat ini selepas melihat gadisnya itu hendak disentuh orang lain.

" Pak tua Castiello padahal aku akan memberikan oleh-oleh lho tapi kau justru datang, semua jadi berantakan." Pangeran Devian menggelengkan kepala diikuti helaan nafas pelan dan bibir tipisnya yang melengkung menunjukkan kekecewaan.

" Tidak perlu repor-repot pangeran. Saya tidak perlu oleh-oleh kekanakan dari seorang bocah." Balas sarkas Lucas tetap dengan menyunggingkan senyum yang terlihat menyebalkan dan memuakkan untuk Devian.

" Saya tak memerlukan apapun dari anda Yang Mulia, termasuk oleh-oleh murahan dan menjijikan itu." Tawa sang pangeran pecah untuk kesekian kalinya mendengar penolakan keras dan kasar dari sang Duke, lagi-lagi si iblis itu bersikap angkuh hanya karena ia memiliki kekuatan dan kekuasaan.

" Kenapa pak tua? Apa karena gadismu yang menangis ketakutan?" Pertanyaan yang diajukan sang pangeran membuat Eve yang merasa dirinya disebut-sebut muncul dari balik lengan Lucas berusaha mendengarkan lebih jelas selepas tangisnya reda.

" Astaga, aku hanya memberikan hadiah yang diinginkan setiap wanita dari ku. Tidak semua wanita dapat mengecap rasaku lho." Pangeran Devian memainkan rambut pirangnya itu yang kian berantakan karena diterpa angin. Manik abu-abunya mencuri pandang pada gadis berambut perak yang bersembunyi dibalik sang iblis. Lidahnya berdecak malas melihat ada seseorang yang bahkan jauh lebih memilih perlindungan dan kenyamanan dari makhluk kegelapan tak berhati.

" Sepertinya begitu saja sapaan dariku, lagi pula aku hanya kesini karena Yang Mulia Ratu meminta ku hadir sebagai perwakilannya." Lucas masih terdiam ditempat yang sama namun tangannya kelewat cekatan saat sebuah surat terbang ke arahnya, Devian tersenyum sembari menaikkan alisnya setelah merapikan sedikit debu dan membenahi jubah kebesarannya itu.

" Dan itu titipan dari Ratu, kau pasti sudah tau apa itu ya kan? "

Surat berwarna hitam berstempelkan simbol kerajaan itu ditatap lekat si pemilik manik ruby, sang Duke sangat mengerti apa yang terjadi ketika sang Ratu Britania telah mengirimkan sepucuk surat untuknya. Eve yang cukup penasaran dengan surat yang dimaksud turut mengintip.

" Jangan bilang kau belum memberitahukan pada Lorraine bagaimana dan apa saja kerja kotormu itu?" Lagi sang pangeran melontarkan pertanyaan sarkas kesekian kalinya bagi Lucas yang bahkan tak pernah mengindahkan setiap ucapan si bocah pirang. Sang pangeran berdecak mulai jengah dengan kedua sosok dihadapannya.

" Hei, Lorraine aku tau kau jenius tapi otakmu itu tak akan selamanya bisa membuka lapis demi lapis apa yang ada dibalik iblis dihadapanmu itu. Kau hanya belum mengetahui nya saja segelap dan sebusuk apa tunanganmu itu." Eve terdiam mencoba mencerna setiap ucapan pria bersurai pirang yang kini telah berbalik dan meninggalkan pasangan itu.

Hening yang tersisa keduanya masih saling diam selepas pangeran Devian meninggalkan teras balkon, mereka sibuk dengan benak mereka masing-masing hingga sang pria terlebih dahulu segera melepas dekapannya dan memeriksa keadaan tunangannya itu. Evelyna sedikit terkejut saat Lucas menyentuh pipinya yang dingin itu menatap si pemilik manik ruby.

" Maaf, karena aku tidak segera kembali dan justru membuat masalah dengan pangeran. " Evelyna mencicit pelan, kepalanya tertunduk bibirnya ia gigit untuk menahan rasa takut serta gelisahnya. Lucas memperhatikan setiap gerakan sang tunangan yang juga memainkan kedua tangannya.

" Tidak apa-apa, kau memiliki alasan pasti hingga pangeran kesal seperti itu." Lucas menghela nafasnya kecil dan mengusap jejak air mata dipipi porselene sang lady , benak serta batinnya tengah berkecamuk entah karena apa terasa membingungkan. Eve kini memandangi amplop hitam ditangan Lucas merasa penasaran tugas apa yang diberikan sang Ratu padanya.

" Anu Lucas, amplop itu..."

Belum sempat menyelesaikan perkataannya Lucas tiba-tiba sudah mendekapnya kembali, membuat Eveylna menubruk bidangnya dada sang Duke. Ia hanya terdiam kemudian ia mengerti, sang Duke tak ingin membahas amplop hitam itu entah karena apa namun Lucas tengah berusaha mengalihkan topik. Eve berusaha melepaskan dekapan hangat itu dan mendongak melihat wajah pria yang kini telah resmi menjadi calon suaminya, kata-kata siang tadi sang ibunda terngiang dibenaknya. Sebuah petuah untuk selalu mempercayai sang Duke apapun yang terjadi karena pasalnya ia bukanlah manusia oleh karena itu pasti memiliki sisi yang berbeda.

" Tidak apa-apa, ayo kembali ke dalam aku kedinginan." Tangan putih dan lentik sang lady terjulur untuk mengusap pipi pucat sang pria berusaha memberitahukan bahwa dirinya baik-baik saja. Lucas tersenyum kecil dan mengangguk, pria itu kemudian menarik tangan mungil yang tengah mengusap wajahnya pelan menggenggamnya untuk menyalurkan kehangatan pada si pemilik.

" Eckart."

Lucas memanggil seseorang yang ternyata telah menyusul tuan besarnya itu dan berdiri tak jauh dari balkon tempat mereka, pria berambut pirang panjang dan manik merah redup itu berjalan mendekat guna menjawab panggilan sang tuan. Pria yang juga berkebangsaan Asmodia itu berlutut sembari menunduk memberi hormat,

" Bubarkan pesta sekarang, minta Erudian dan Madeleine menutup pestanya. Kami akan bersiap untuk acara tengah malam ini."

" Baik, Tuan besar." Eckart pun beranjak dan hendak meninggalkan kedua tuannya namun kembali menghadap kearah tuannya saat ia mendengar namanya kembali dipanggil.

" Aku lupa segera kembali kesini dan antar Eve untuk bersiap aku akan menunggu kalian didepan." Tambah Lucas kembali memberi perintah yang segera dijawab dengan anggukan baru setelahnya sang kapten benar-benar melangkah pergi. Bukannya melangkah masuk namun keduanya masih terdiam meski tak lagi dalam posisi saling berbagi kehangatan. Suara lemah lembut itu memecah keheningan diantara mereka menyebabkan sang pria bersurai legam mengalihkan pandangannya pada manik zamrud emerald itu.

" Maafkan aku Lucas."

" Maaf karena aku sudah lancang, aku membalas ucapan pangeran dan lagi menanyakan tentang amplop itu." Eveylna menunduk kedua tangannya bertautan satu sama lain, menggenggam erat. Sepasang manik emeraldnya nampak enggan membalas tatapan pria rupawan dihadapannya. Perasaannya terasa berat dan tidak nyaman seolah dadanya tengah ditekan sekeras-kerasnya.

" Aku hanya tidak suka orang yang kusayang, terlebih penyelamatku dicaci maki seperti itu. Padahal sebenarnya ia tidak tau apapun tentang Lucas." Lanjut Evelyna pelan dan dingin bahkan tak tersirat emosi sedikitpun. Lucas yang sedari tadi hanya diam mendengarkan lagi-lagi merasa sesuatu yang aneh menyusup disela-sela dadanya.

" Mereka selalu seperti itu, orang-orang dengan segala keangkuhan mereka karena menganggap diri mereka baik. Mengutuk orang lain padahal mereka.."

" Eveylna." Suara bariton Lucas membuat Evelyna terhenyak dan tanpa sadar menatap lurus sepasang manik ruby menyala, matanya hendak tertutup saat tangan besar Lucas mendekat. Tidak seperti yang ia kira, tangan itu mengusap wajahnya menyalurkan kehangatan.

" Terimakasih karena sudah membela diriku yang bukan manusia ini, namun maaf saja aku bukan makhluk lemah yang perlu dikasihani seorang gadis kecil tak berdaya sepertimu."

Satu kalimat yang menculas hati Evelyna hingga membuatnya hanya terdiam tak memberikan respon apapun atau membalas ucapan sang pria. Bahkan gadis itu sampai tak menyadari Eckart telah kembali dan hendak mengantarkannya, ia tersentak saat tangan Lucas menyentuh puncak kepalanya.

" A-ah baiklah, sekali lagi maafkan aku ya." Balas Eve akhirnya, gadis perak itu segera memberikan senyumnya dan membalikkan tubuhnya berjalan meninggalkan balkon diikuti dengan Eckart yang mengawalnya. Lucas masih memperhatikan sosok gadisnya itu hingga hilang diujung lorong. Pria bersurai legam kemudian mendecih pelan dan dilanjutkan helaan nafas kasar.

Tangannya terulur mengacak rambut frustasi, ia merasa salah dengan setiap rasa yang tiba-tiba menyeruak kemudian senyuman yang diberikan gadis bermanik zamrud itu entah bagaimana sangat tidak ia sukai, bahkan ia tak ingin melihatnya.

" Wah wah ada yang baru saja mematahkan hati sang nona muda sepertinya."

Erudian duduk diatas pagar balkon dengan senyum miring memandang kakak tercintanya yang tengah merutuki sesuatu merupakan suatu hal yang langka baginya. Lucas yang merasa terusik itu mendelik tajam pada sang adik yang justru terkekeh menggelengkan kepalanya.

" Gadis kecil itu hanya tak bisa diam saat melihat sosok yang dicintainya itu dicaci maki, itu hal normal. Ingat, terlebih lagi ia adalah kucing sakit-sakitan yang kau pungut."

Erudian menyesap wine digelas yang sedari tadi dipegangnya, manik ruby itu menerawang jauh ke dalam cairan berwarna kemerahan. Hal yang sama dilakukan Lucas yang juga sibuk menatap gelapnya langit malam Wiltshire.

" Entah apa yang kau pikirkan dan rencanakan kak, tapi nasi sudah menjadi bubur, kau yang menyulut api kau juga yang bisa mengendalikannya. Jack padahal sudah berpesan gadis itu sudah 'rusak', ia bukan manusia normal."

" Berhentilah, aku tau apa yang aku lakukan. Gadis itu hanya mengisi tempat dan aku hanya menjalankan tanggung jawab serta peranku sebagai pemimpin juga pasangannya." Balas Lucas kelewat dingin masih dengan posisi yang sama menerawang jauh dalam benaknya. Erudian menghela nafas pelan , ia takut kakaknya itu telah melupakan apa itu emosi namun bagi gadis kecil seperti Evelyna yang bahkan baru saja menginjakkan kaki menuju dunia luar itu terlalu kejam dan menyedihkan.

Bagaimana tidak? baru saja ia merasakan apa itu jatuh cinta, namun sialnya gadis ayu itu justru jatuh pada dekapan iblis Tak berhati seperti Lucas.

"Baiklah terserah, aku hanya ingin mengingatkan kakakku yang bodoh saja dalam hal percintaan." Dengus Erudian sebal menjawab jawaban ketus sang kakak.

Perpindahan pergerakan Erudian setelah manik ruby pria disampingnya itu mengkilat, dirinya yang semula duduk diatas balkon segera meloncat dan berlutut sembari menunduk .

Bagaimana pun ia cukup tau untuk menjadi professional dalam tugas nya menjadi adik dan tangan kanan seorang Duke.

" Saya akan memulai laporan terkini, ia akan datang mungkin saat acara tengah malam nanti dan belum ada pergerakan yang aneh setelah kabar pertunangan anda."

" Merepotkan jika ia sampai datang." Gumam sang Duke yang masih saja melihat gelapnya langit entah apa yang tengah mengganggu benak sang iblis rupawan hingga ia bahkan tidak mendengar Erudian yang hendak pergi. Namun segera saja ia mendelik tajam dan menggeram saat mendengar ucapan adik kurang ajar nya tepat sebelum pria berambut legam panjang itu menghilang berteleport.

" Jangan lupa meminta maaf pada gadismu dasar tua bangka."

Sial.

avataravatar
Next chapter