6 CHAPTER VI : TRAUMA

" Lu-ca-s?" Tanya Eve pelan dan terbata.

Pria itu tersenyum miris menatap gadis yang kini bergetar hebat dan menatapnya kosong. Apakah gadis itu rusak sebagai manusia? Itulah yang ditanyakan Lucas pada dirinya sendiri. Gadis itu memeluknya erat, berulang kali mengucap maaf, memohon ampun dan menatap Lucas dengan air mata.

Lucas tak pernah merasakan sesuatu seaneh ini dalam dirinya, terasa kesal, menyesakkan dan benci. Lucas memutus sihir yang mengikat Eve dan Madeleine. Setelahnya pria itu menatap datar pada wanita tua dihadapannya yang menatap dengan raut ketakutan.

" Rozan itu memang merepotkan, tidak suami, anak-anaknya bahkan anda sendiri." Ucap Lucas nyaris berbisik, sang Duke memancarkan aura mematikan dan kegelapan.

Bahkan Erudian beserta pelayan dan beberapa orang pengawal segera menunduk memberi hormat karena tekanan yang diberikan raja mereka yang tengah murka. Jantung Erudian berdegup kencang, bukan tanpa alasan sang kakak menempati posisi tertinggi bangsa asmodia dan menjadi raja mereka. Jika Asmodia adalah bangsa iblis yang memiliki keturunan darah raja iblis, maka diantara mereka ada satu yang melampaui semua iblis, dan iblis itu adalah sang Duke yang menempati gelar raja sekaligus Duke.

' Ini gila, bahkan dia baru mengeluarkan secuil kekuatannya," batin Erudian.

Lady Rozan yang menatap sekelilingnya menyadari keanehan yang menimbulkan rasa takut sehingga melingkupi hatinya. Bahkan matanya tak berani menatap balik manik ruby menyala dihadapannya.

" Ka-kau sudah mengambil Ash-ley dari-ku." Rozan terbata-terbata, wanita itu berusaha melawan tekanan dan ketakutan. Wanita paruh baya yang tampak sedang menggali kuburnya dengan menantang dewa kematian.

" Ah, putri mu yang mati bunuh diri bukan? Jalang lain yang gemar menempelkan kedua apel menjijikannya itu." Lucas mengingat seorang gadis berbadan bak gitar spanyol yang selalu menempelkan buah dadanya pada tubuh Lucas, sungguh menjijikan. Lucas menggeleng menghilangkan bayangan menggelikan itu dari benaknya.

" A-apa Jalang?! si-sialan kau. Padahal ke-keluarga kita bersahabat se-sejak da-dahulu. Seharusnya kau tau Rozan lebih baik daripada Lorraine dan apa katamu? Be-bertunangan dengan gadis a-adopsi le-lemah sepertinya"

" Jangan-jangan dia sudah memberikan tubuhnya padamu akh-" Sebelum menyelesaikan kalimatnya Rozan telah terangkat ke udara, kakinya tak lagi berpijak pada lantai. Rasa sakit menyeruak pada bagian tubuhnya. Wanita itu segera memuntahkan darah, manik biru Rozan bergetar menatap sang Duke.

" Rozan, aku tidak pernah menganggap kalian sekutu bahkan sahabat. Mungkin ayahku berteman dengan kakek moyang kalian, tapi aku?"

" Sama sekali tidak menganggap kalian apa-apa kecuali kerikil dijalan, sekalipun kalian bersahabat dengan Castiello aku tidak akan sudi menikahi putri jalangmu itu."

Selepas mengatakan itu tangan Lucas mencengkram erat kepala Rozan, yang mana pada detik selanjutnya telah hancur dan meninggalkan jejak darah seolah hujan baru saja mengguyur. Ruangan terasa menegangkan, tak ada yang berani mengangkat kepalanya, sampai suara jeritan Eve yang tetiba saja terdengar mengejutkan setiap orang termasuk Lucas yang segera setengah duduk dan memeluknya.

Lucas menggumkan kata-kata penenang, mengatakan semua sudah baik-baik saja dia disini dan meminta maaf. Lucas kian kebingungan saat nafas Eve tak lagi beraturan tak seperti sebelumnya.

" APA YANG KALIAN TUNGGU, KALIAN BUTA? SURUH JACK DATANG."

" Yes my lord."

Setelah memberi perintah itu Lucas segera pergi meninggalkan ruangan yang kacau karena darah yang ada dimana-mana, Helga dan beberapa pelayan juga pengawal mengikuti tuannya itu. Sementara yang lain tinggal menolong Erudian mengobati Madeleine yang juga dalam keadaan tak cukup baik. Suasana mencekam dan mengerikan menyelimuti mansion, bahkan Erudian telah banjir keringat karena menahan aura sang kakak dan menyembuhkan luka luar Madeleine.

****

Lucas membuka pintu kamar Eve dan masuk tergesa-gesa disusul Helga yang segera memasang pelindung sebagai bentuk pertahanan guna berjaga-jaga apabila terjadi serangan yang lain.Saat hendak meletakan Eve diranjang, gadis itu tiba-tiba terbatuk hingga mengeluarkan isi perutnya, Lucas memandang kacau gadisnya itu, dirinya tak pernah melihat Madeleine seperti ini. Sang Duke ikut duduk ditepi ranjang dan merapal beberapa mantra untuk menyembuhkan luka luar ditubuh Eve, kemudian giliran Helga untuk menggantikan pakaian sang nona. Helga melepaskan mantel Lucas yang entah sejak kapan telah dipakai untuk membalut tubuh Eve.

Helga terbelalak saat menemukan sekujur gaun yang dikenakan Eve penuh bercak merah, jika tuannya itu tidak menyembuhkan luka-luka pada tubuh sang nona mungkin normal nya gadis itu akan mati kehabisan darah. Tak perlu waktu yang lama Eve telah berganti pakaian, Lucas kembali duduk disamping Eve menggenggam tangan sang lady dan mengusap dahi yang masih saja berpeluh.

" Apa yang terjadi?" Seorang pria berambut senja tiba dengan langkah tergesa, nafasnya terengah-engah bukan karena berlari namun karena tekanan aura Lucas yang sepertinya sedikit meluap.

Pria itu adalah Jack, dokter keluarga Castiello, pria berparas tak kalah tampan ini pun seorang iblis yang bekerja di rumah sakit Kaintress. Sihir penyembuh dan pengetahuannya sebagai dokter membuatnya diangkat langsung oleh Lucas sebagai dokter pribadi, selain karena keahlian sang dokter juga sang Duke merasa sedikit nyaman memiliki sahabat nya itu untuk mengurus nya.

" Sejak kapan dia seperti ini?" tanya Jack sembari dengan cekatan memeriksa keadaan gadis sahabatnya itu. Pria itu membuka tas yang tadi dibawanya dan mengeluarkan sebuah botol kecil berbahan kaca dengan cairan berwarna bening. Kemudian Jack menyuntikkan pada sang lady yang sesaat setelahnya tampak jauh lebih tenang. Yang terjadi selanjutnya merupakan hal yang cukup mengejutkan karena Jack meninju Lucas dengan sangat keras.

Helga menunduk dan mengalihkan pandangannya karena sang pelayan merasa tidak sopan melihat tuannya yang baru saja menerima bogem mentah dari dokter pribadinya.

Lucas hanya terdiam meskipun sempat sedikit terhenyak karena tidak menyangka sahabatnya itu akan marah padanya. Jack menyibakkan poni rambutnya yang menghalangi pandangan, pria itu merasa Duke dihadapannya ini adalah makhluk paling idiot yang pernah ditemuinya.

" Kita bicara ditempat lain." Putus Lucas sepihak dan segera melangkah keluar kamar yang langsung disusul oleh Jack. Dan disinilah mereka sekarang duduk diruang belajar Eve masih terdiam menikmati suasana yang cukup mencekam. Jack melirik Lucas yang terlihat tengah menenangkan gejolak dalam dirinya, tentu saja karena kekuatan yang melimpah dalam diri Lucas meluap.

Jack menghela nafas sebelum memulai membuka suara menghadapi sang Duke sekaligus raja dari bangsa nya itu. " Gadis itu, tunanganmu dimana kau bertemu dengannya?"

Lucas tampak berpikir sejenak kemudian menyandarkan punggung nya pada sofa bludru hijau kesukaan Eve. Jack yang melihat reaksi sahabatnya itu seketika mengetahui pria ini baru saja menyembunyikan sesuatu darinya. Sahabatnya itu memang tak memiliki emosi dan sering melakukan segalanya sekedar untuk mencoba hal-hal baru. Namun Jack merasa apa yang dilakukan Lucas cukup melebihi batas, pria itu tiba-tiba saja mengumumkan akan bertunangan dengan sepupu dari Lorraine. Dan tunangannya adalah seorang manusia biasa.

Lagi-lagi Jack menghela nafas kesekian kalinya mencoba menyusun kata-kata untuk tidak membuatnya bertemu ajal lebih cepat dan meninggalkan istri-istrinya.

" Apa yang terjadi gadis itu disebabkan karena kejadian yang menakutkan dan membuatnya tak bisa lepas dari bayang-bayang juga perasaan negatif di dalamnnya."

" Aku hanya memberikan dia suntikan penenang, trauma yang sangat mendalam dan membekas dalam diri nya itu berdampak pada kondisi jiwa juga fisiknya."

Lucas segera menatap Jack cukup terkejut karena sahabatnya yang brengsek itu baru saja menyebutkan trauma dan penenang. Dirinya memang mengetahui ada yang salah pada diri gadisnya itu, namun dia tidak mengetahui Van Alen akan memberikannya sebuah trauma cukup besar.

" Dia akan merasakan mual, sesak dan jantungnya seolah dipacu seperti kuda balap. Keringat dingin, kepala yang terasa berat bahkan pingsan atau muntah. Gadis ini mengalami hal berat Luc." Jack memberikan pengertian lagi kepada Lucas, mau bagaimana pun dirinya adalah seorang dokter. Ini seolah telah menjadi makanan utama dan keseharian sehingga keinginan untuk menyelamatkan seorang gadis merupakan nalurinya.

" Apa yang harus dilakukan?" Sebuah pertanyaan lolos dari mulut Lucas akhirnya. Jack kini turut menyandarkan tubuhnya, membiarkan kedua tangannya bertumpu pada lengan sofa.

" Biarkan dia bercerita dan mengeluarkan semua yang ada didalam hati nya. Berikan dia rasa aman juga nyaman jadis tunanganmu itu akan mendapat ketenangan. Setidaknya itu untuk sekarang."

"Cukup mudah," Sergah Lucas enteng sehingga pria itu berdiri hendak meninggalkan ruangan namun langkahnya berhenti saat sihir Jack hampir mengenai paras tampannya.

" Manusia itu sangat rapuh, mereka akan tergelincir, jatuh kemudian hancur berkeping-keping. Sama hal nya dengan Eve, dia bukan seorang bangsa Asmodia atau Elf. Gadis itu manusia, aku tidak tau apa rencana licik mu itu."

" Namun karena kau yang membawa gadis 'rusak' pada lingkaran maut ini, kau harus bertanggung jawab Castiello."

" Oh satu lagi jangan biarkan dia menemui pemicu yang akan membuat trauma itu kembali."

" Pemicu ? apa maksu-" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba saja Jack telah pergi meninggalkan kediaman sang Duke dengan sebuah catatan kecil untuk menghubunginya jika Lucas setuju memberikan sesi terapi untuk Eve. Lucas mendengus dan membakar kertas itu.

" Dasar Incubus[1] sialan, aku tau itu, bodoh "

*****

Eve mengerjapkan mata nya berusaha menyesuaikan cahaya lampu yang menyusup masuk. Hal pertama yang dilihatnya adalah wajah sumringah Lucas menyambutnya, Eve segera menjatuhkan dirinya pada pelukan Lucas dan menangis keras. Menumpahkan segala luka dan rasa sakit itu, meraung dan berteriak hingga menyebabkan dirinya sesenggukan. Lucas menepuk punggung Eve pelan menenangkan gadis yang tengah histeris itu dengan ucapan menenangkan.

" Tidak apa, semuanya akan baik-baik saja. Kau sudah baik-baik saja." Berulang kali Lucas mengucapkan kalimat ini dan membisikannya lembut ditelinga Eve.

Kini gadis itu tampak jauh lebih tenang, Lucas menarik dirinya dan memeriksa wajah sembab Eve yang penuh air mata dan tersenyum kecil. Jemari Eve memainkan ujung piyama hitam Lucas dan sesekali menarik ingusnya membuat Lucas menahan tawanya karena merasa lucu. Eve yang mendengar kekehan Lucas segera menusuk perut keras pria dingin itu.

" Kau sudah merasa lebih baik?" Eve hanya mengangguk menjawab pertanyaan Lucas. Keduanya terdiam cukup lama hingga Lucas menarik tangan kiri Eve dan menyibakkan lengan gaun tidurnya. Eve berjengit kaget saat manik ruby Lucas menelisik bekas luka sayat dipergelangannya, membawa rasa malu karena dirinya cukup sering menyakiti dirinya sendiri.

" Apakah sakit?" Tanya Lucas sembari mengusap pelan bekas luka yang tampak sudah membekas pada kulit putih porselene si gadis. Eve tersenyum kecut dan menggeleng.

" Tidak sama sekali aku justru merasa lega saat melakukan semua ini." Jemari lentik Eve menyusuri bekas luka seolah tengah merasakan setiap rasa yang tertinggal disana, begitu hampa, menyedihkan, memilukan namun juga melegakkan.

" Saat mata pisau mengiris kulit dan membuka luka, maka darah akan mengalir. Bukannya takut, aku justru merasa lega."

" Ah, ternyata aku masih hidup. Meskipun aku merasakan segala kehampaan luar bias aini, aku masih hidup dan darah ini lah buktinya." Lucas mendengarkan dengan perasaan sedikit aneh karena entah mengapa dirinya hanya ingin Eve menghentikan semua yang dilakukannya itu.

Eve menghapus jejak air mata dipipinya, mencoba menahan air matanya turun lebih deras. Dirinya berjengit saat Lucas mengecup bekas luka dipergelangan tangannya dengan sangat pelan. Eve dapat merasakan sensai menyengat dan rona merah mendera wajahnya.

" Kau hidup Eve. Aku ada disini sekarang semuanya akan baik-baik saja, kau tidak harus mengiris setiap ujung kulitmu ini, aku yang akan membuktikan bahwa kau hidup." Lucas tersenyum dan meraih wajah Eve menatap manik Zamrud yang tampak seperti telaga, menenangkan sekaligus menyejukkan.

" Aku-aku takut. Aku takut bayangan itu kembali, mereka kembali. Aku adalah kutukan Lucas, aku bahkan sebuah keberadaan yang tak diinginkan. Aku melakukan banyak kesalahan aku-" Ucapan Eve terpotong saat ia merasakan bendak kenyal dan lembut tengah mendarat dibibirnya. Lucas baru saja membungkamnya dengan sebuah kecupan yang cukup lama, menyebabkan ribuan kupu-kupu berterbangan diperutnya. Lucas telah membuka matanya dan menemukan raut Eve yang benar-benar memerah, hal baru yang ternyata telah menjadi pemandangan kesukaannya sekarang.

" Aku tidak akan bosan mengatakan ini padamu Eve. Aku adalah rumah mu yang baru, aku akan menjagamu dan menjadi tempat mu pulang."

" Jangan bercanda soal kutukan karena aku adalah raja dari segala kutukan kau tau, membawa mu ke sisiku bukan hal berat untukku. Jadi jika mereka kembali panggil aku, dan aku akan menemukanmu, menyelamatkanmu."

Eve tersenyum lebar, air matanya kembali turun. Lagi dan lagi dirinya merasa segala bebannya berkurang satu demi satu, dia dapat memungut kepingan dirinya kembali. Dan merasakan indahnya dicintai juga mencintai.

" Yah, tetapi jangan berharap lebih jika yang menyelematkanmu adalah seorang iblis menyeramkan, dan bukan lah seorang pangeran berkuda putih." Lucas tertawa renyah dengan menyeka air mata gadis itu, mereka saling menghangatkan diri juga bersandar malam itu. Eve baru saja melepaskan sebuah rantai yang membelenggunya dan membulatkan tekadnya kembali bahwa mulai detik ini dirinya bersumpah akan mencintai sang Duke kegelapan tak peduli apapun yang terjadi.

[1] Roh iblis jahat yang gemar mengunjungi wanita dimalam hari untuk berhubungan seksual dengan mereka.

avataravatar
Next chapter