1 01. Hold Me Tight

"Maaf kan kami nona,tuan Adiguna sudah tak dapat diselamatkan lagi, kami harap anda dapat bersabar menghadapi ini dan bisa mengikhlaskan kepergian beliau," ucap salah satu dokter yang baru saja keluar dari ruangan dimana ayah dari gadis malang ini berada.

  Bagai dihantam ribuan batu besar, dunia Natasya terasa sangat hancur dan tak bersisa. Pasalnya, baru saja beberapa bulan yang lalu ia telah kehilangan seorang ibu yang begitu berarti dalam hidupnya. Namun kini ia harus dihadapkan kembali dengan kepergian sang ayah yang begitu sangat ia cintai.

  "Ya, aku sudah menduga."

ucapnya lirih begitu juga dengan tubuhnya yang tak dapat lagi untuk ditopang dengan kedua kaki nya yang sudah bergetar mendengar berita kematian sang ayah. Sontak para asisten yang berada disamping kanan dan kirinya dengan sigap menahan tubuh lemah gadis itu.

   "Apa memang ayah dan ibu tak menyayangiku?Hingga mereka berdua meninggalkan aku seperti ini? Sendiri? Apa yang dapat kulakukan setelah ini? Tanpa adanya ayah dan ibuku Tuhan? Kenapa kau mengambil mereka?"

Ratapan kesedihan gadis muda itu tak ayal mampu membuat orang2 yang berada di depan pintu ruangan itu terisah dalam diam. Melihat nona kecil mereka harus mengalami penderitaan yang tiada akhir ini.

  "Apa aku terlihat sangat tidak pantas mendapatkan kasih sayang mereka??" ucapnya yang semakin lirih dan bersamaan dengan itupun dirinya telah hilang kesadaran dan sontak membuat orang-orang yang berada disana panik akan hilangnya kesadaran gadis muda itu.

'kenapa aku ditinggalkan ayah,ibu,aku ingin bersama kalian,aku ingin ikut dan tinggal di dunia kalian,kumohon..'

***

       Prilly tak dapat menyembunyikan kesedihan yang teramat mendalam yang ia rasakan dalam hidupnya setelah harus berusaha mengikhlaskan kepergian sang ibu untuk selama-lamanya.Namun,kini ia harus dihadapkan kembali dengan kenyataan bahwa sang ayah,satu-satu nya tujuan nya dalam menjalani hidup bahkan telah kembali juga ke sisi sang pencipta.Badai kehidupan tak kunjung berhenti menerjang hidupnya saat ini.

Diusianya yang baru memasuki 10 tahun ia sudah harus menjalani hidup seorang diri tanpa adanya ibu dan ayah dalam hidupnya.Sungguh malang nasib gadis manis ini.

Ia melangkahkan kakinya dilorong rumah sakit dimana sang ayah menghembuskan nafas terakhirnya.Perasaan tak menentu menghinggapi relung hatinya.Hidupnya kini telah hampa bahkan tak kan ada lagi tawa yang terlihat setelah ini mungkin,karna telah rapuhnya gadis kecil keluarga Adiguna itu.

Tanpa sadar kaki yang ia langkahkan membawanya pada sebuah taman dirumah sakit.Mungkin memang ia harus menetralkan dan menenangkan fikiran nya dengan duduk disalah satu bangku taman yang ada dirumah sakit ini selagi Joan yaitu pamannya sedang mengurus kepulangan sang ayah kerumah duka.

Bahkan ia pun saat ini tak sanggup melihat sang ayah yang bahkan tubuhnya tak dapat lagi bernafas.Ya..Tuan Adiguna ayah dari gadis manis ini telah beristirahat slemanya menyusul kepergian sang istri yang begitu sangat ia cintai.

Manik hazel nan lembut itu pun tak hentinya mengeluarkan cairan bening yng menandakan begitu berat kesakitan yang ia rasakan.

"kenapa kau ambil semuanya dri ku tuhan??kemaren kau ambil Bundaku,dan sekarang?kau panggil juga ayahku..apa salah ku tuhan??apa..??"lirihnya yang menyiratkan kesakitan dalam setiap katanya.

"apa kalian tak menyayangiku??hingga pergi begitu saja meninggalkan aku didunia yang kejam ini tanpa adanya sandaran??apa ini semua??aku tidak sanggup tuhan..."runtuh kembali pertahanan yang semula ia bangun agar air mata tak melimpah kembali,Mengingat seharian ia tak berhenti mengalirkan cairan bening tersebut dari pelupuk mata indahnya.

Hingga sebuah usapan lembut di bahunya,menyadarkannya bahwa ia masih memiliki seseorang yang masih mau menjadi sanggahan dalam hidupnya.

Ya!dia adalah Joan,paman kandungnya yang begitu menyayanginya bahkan selalu menjaganya dari kecil.Ia tak mengalihkan pandangannya ketika usapan lembut itu terasa dipundaknya,justru tangisnya semakin deras merasakan usapan itu.

Ia tahu joan juga sangat terluka dengan kepergian ayahnya,mengingat joan adalah adik kandung ayahnya. Joan beralih mengambil duduk disamping gadis malang itu dan merengkuh tubuh yang lemah itu.Tangisnya pun pecah saat melihat tuan putri satu-satunya dalam hidupnya,hancur bertepatan dengan kepergian kakanya. Baginya Prilly layaknya princess yang selama ini menerangi hidup nya terutama sang kakak, Adiguna.

"jangan sedih sayang,paman disini dengan mu,kamu gak akan merasa sendirian.Paman janji akan selalu jaga kamu.Karna hanya kamu lah,satu-satunya hal berharga yang masih tersisa dari ayah kamu.paman janji sayang,paman akan selalu disamping kamu.."joan tak mendapat balasan dari gadis yang berada dalam pelukanny itu.

"jangan diam seperti ini Prilly,"lirih nya yang sudah tak mampu lagi membendung air mata kesakitannya melihat ponakan yang ia sayangi ini menderita diusia nya yang masih belia ini.

"aku lelah paman,"satu kalimat lirih itu akhirnya keluar dari bibir tipis Prilly namun sorot mata kepedihannya semakin membuat siapapun yang melihatnya sakit apalagi joan sendiri.

"tuhan mempermainkan takdirku dengan mengambil papa dan mama dari hidupku,"tuturnya semakin bergetar yang ditimbulkan dengan kelukaan yang kini tengah melandanya.

"Tidak Prilly sayang,itu tidak benar,justru karna tuhan terlalu mencintai mama dan papa kamu,makanya tuhan mengambil mereka sayang.kita gak ada yang tau takdir nak,"ucap Joan seiring guncangan tubuh nya yang tak dapat menahan isak tangisnya yang memilukan.

"aku ingin mama dan papa.."rintihan kesakitan dari sang ponakan semakin semakin membuat joan mengeratkan pelukannya pada prilly yang kini telah tenggelam bersama tangis dan kesakitannya.

"tenaglah sayang,paman akan selalu ada disini untukmu,kamu gak akan menghadapi ini sendirian"janji yang dilontarkan Joan dan mengelus surai indah sang ponakan.

****

1 minggu berlalu.

Hari ini Prilly kembali menjalani aktifitas nya sebagai seorang siswi disalah satu sekolah dikota ini.Joan memintanya untuk kembali menjalankan rutinitasnya sebagai seorang murid setelah melihan kondisi Prilly yang sudah sanggup menuntut ilmu dan joan berharap dengan kembalinya Prilly ke sekolah akan bisa mengurangi kesedihan prilly saat bertemu dengan sahabatnya di sekolah nanti.

"embum!" Teriak seorang bocah seumuran dengan Prilly.Gadis itu tau,siapa pemilik suara itu dan siapa lagi kalau bukan ali sahabatnya yang paling tampan.Baginya! entahlah dengan yang lain.

"oh Ali,ada apa?"sahutnya dengan ekrpresi datar yang sejujurnya tak disukai oleh bocah didepannya itu

"ekspresi kamu kenapa gitu sih pril?aahh aku tau,apa karna om adi?embum ada aku disini untuk kamu mbum,jadi tersenyumlah untukku,ku mohon..." pintanya untuk mengembalikan keceriaan sahabat kesayangannya ini.

"makasi li..Kata paman aku harus belajar mengikhlaskan kepergian ayah,hmm..Itu benar,dan juga berat."lirihnya kembali murung

Sejujurnya Ali tak tega melihat kondisi sahabatnya ini.Hingga akhirnya ia pun menghadapkan tubuh Prilly menghadapnya dan memegang erat bahu sahabatnya penuh dengan keyakinan.

"tenang aja prill,aku Aliand Mahendra akan terus ada buat kamu dan selalu jagain kamu.Aku janji.!"ucap Ali penuh dengan keyakinan sedangkan Prilly hanya terdiam mencerna yang ali ucapkan dan matanya berkedip untuk mencari kesungguhan dalam manik legam sahabatnya itu.Seakan terbius akan tatapan Ali,ia tak menyadari bahwa Ali menunggu apa kata yang akan terlontar dari bibirnya.Hingga..

"mbum.."panggil ali membuyarkan lamunannya.

"ah ya,,terima kasih li,makasi banget kamu selalu ada untuk aku,terima kasih."lontaran kata nya sedikit tergagap dan berusaha menetralisir hatinya.Dan ungkapan yang keluar dari bibirnya membuat Ali menerbitkaan senyum manis nya. 'ma ,pa,apa yang sebenarnya terjadi padaku?kenapa aku gemetar kek gini sama Ali?'batinya berbicara.

"ya udah yuk sekarang kita ke kelas dan mulai sekarang jadilah Prilly sahabatku sebelumnya,oke!"sahut ali

Aku harap kamu memang selalu berada disisi ku li.

"mbum,tadi pagi kamu mandi gak sih? aroma tubuh kamu gak sedap banget" goda ali dan ia sudah ancang-ancang kabur dari amukan prilly karna sudah meledeknya.Dan benar saja suara cempreng prilly pun menggema dikoridor sekolah ini..

" ALI ONTAAAAAAAAAAA" teriak prilly nyaring dan pelakunya hanya nyengir kuda sambil terus berlari meninggalkan sahabatnya itu.

***

Sekolah pun hari ini berakhir.Prilly pulang sedikit terlambat karna ia harus mengerjakan tugas yang diberika guru laras padanya,mengingat kemaren saat kepergian sang ayah ia tak mengikuti kegiatan sekolahnya dengan baik.Hingga banyak tugas yang terlantar.

Maka dari itu laras sedikit memaksa prilly untuk mau mengerjakan semua tugas yang tertinggal agar nilai gadis ini tidak turun.Dan itu pun tak lepas dari bantuan laras,mengingat ponakan kekasihnya ini pasti masih dalam keadaan berduka.

Prilly pun selesai dengan tugas-tugasnya yang menurutnya cukup melelahkan dan menguras otak tentunya hingga sore hari.Ia pun berjalan keluar gerbang sekolah dan menunggu jemputan.

Tak lama ia melihat mobil sang paman yang kini telah menggantikan sang ayah untuk mengantar jemputnya.Dan mobil itu berhentu tepat di depannya dan menurunkan kaca mobilnya.

"ayolah princess,Apa hari ini terlalu melelahkan??"tanya joan mencoba menggoda ponakannya itu yang terlihat lesu sekali

"yah hari bu laras menyurhku untuk menyelesaikan semua tugas yang kemaren aku tinggalin dengan alibi agar nilai aku tidak turun.Menyebalkan."gerutu nya saat telah selesai memasang seatbelt.

"Itu karna guru kamu ingin yang terbaik buat kamu sayang" tutur Joan seraya mengelus lembut surai gadis kecilnya itu.

'benar-benar seperti Ayah.yah..Aku rindu Ayah'Lirihnya..

Dan joan pun meninggalkan pekarangan sekolah Prilly dan melajukan mobilnya.

***

Prilly pov

Aku dan paman tidak langsung menuju Penthouse karna paman berencana ingin mengajak ku makan dulu di sebuah cafe yang katanya srlalu menjadi tempat langganan paman untuk melepas penatnya.Dan katanya paman ingin membicarakan suatu hal yang ingin dibicarakan denganku.Tapi tidak dirumah,entah kenapa,yang pasti paman ingin bicara serius dengan ku.

Saat tengah asik menyantap sajian direstoran ini,tiba-tiba saja suara paman menginterupsi suasana makan kami.

"Ly.." panggil paman padaku.

"iya paman..Ada apa??" sahutku tanpa menghentikan aktifitas makan untuk menyantap makanan lezat ini.

"kita harus pindah ke kota lain Ly!,,"Ucap paman yang mampu membuatku terkejut saat ini.

"Apa??" kagetku dan kulihat kearah paman,paman menatapku dengan tatapan serius nya.

"Priill..Cepat atau lambat kamu juga akan kehilangan paman,dan kamu harus segera pergi ke tempat yang aman sayang"ucap paman mencoba meyakinkanku.Dan jujur aku tidak paham apa yang dimaksud paman yang mengatakan seolah-olah dia juga akan meninggalkan aku dan keadaan kami sedang terancam.Ada apa sebenarnya?

Aku menunduk mencoba menata fikiran ku agar lebih positif.Karna jujur aku bingung sebenarnya apa yang sedang terjadi.Dan dapat kulihat dari sudut mataku paman melangkah mendekati kursi ku duduk dan paman terlihat bersimpuh didepan ku.

"Prill..Maaf membuat mu harus berada dalam kondisi saat ini dalam usia mu yang masih sangat belia."ucap paman semakin membuat ku bingung.Apa yang sebenarnya terjadi.Dan tangisku semakin pecah saat paman membawaku dalam dekapannya.

Restoran ini sengaja di reservasi oleh paman,sehingga hanya kami pengunjung di tempat ini.Dan paman sengaja melakukannya agar tak ada yang mengetahui pembicaraan kami.

"ya udah,kalo gitu sekarang kita pulang,dan menyiap kan semuanya,Sebelum terlambat"tegas joan kembali mencoba menenangkan gadis kecilnya itu Seraya mengajak prilly keluar dari ruangan itu.

Namun entah apa yang membuat paman tiba-tiba menghentikan langkahnya dan akupu juga terhenti tepat dibelakang paman.Entah siapa yang paman lihat akupun tidak tau.Tapi yang jelas paman mencoba mendorong tubuhku agar berdiri tepat dibelakangnya.

Aku pun memperhatikan pergerakan paman dan ku lihat ia meraba saku jas nya untuk menghubungi seseorang.Sedangkan aku hanya diam melihat pergerakan paman dan kulihat paman terlihat panik dan aku semakin bingung paman kembali mengurungkan niatnya untuk menghubungi seseorang dan berbagai umpatan kekesalan terlempar dari bibir paman.

"oh shit, sudah tidak ada waktu lagi."hardiknya lebih ia sematkan pada dirinya sendiri.

Dan dengan sigap paman membawaku kembali ke dalam dan aku hanya diam mengikuti pergerakan paman.Dan paman pun mengeluarkan kembali ponselnya dan menghubungi seseorang..

"lim,segera jemput aku dan prilly direstoran tadi,pria itu sudah mengetahui keberadaan ku dan prilly,segera kemari dan pakai mobil lain.Cepat!"sentak paman pada pak lim yang tak lain adalah tangan kanan paman sendiri.

Dan paman pun membawaku berlari menuju sebuah ruangan yang aku yakini ruangan ini adalah ruang penyimpanan bahan makanan.

Paman yang terlihat panik berulang kali ia mengusap wajahnya kasar dan mengardik dirinya sendiri tapi aku hanya bisa diam lebih tepatnya aku bingung dengan kondisi ini.Paman sepetinya paham dengan kebingungnku hingga akhirnya ia menghampriku dan menggenggam tangan ku dan mengucapkan berkali-kali kata maaf yang membuatku semakin tak paham.

"prilly,maafkan aku,karna paman gak bisa jagain kamu dengan baik,maaf,maafkan paman.."lirihnya.

"paman,pria itu siapa?"lirihku yang mulai buka suara dalam kediamannku sedari tadi.

avataravatar
Next chapter