webnovel

004- Marry Bell

Kasus pembunuh berantai sering kali menghebohkan publik karena dirasa cukup meresahkan. Tapi apa jadinya jika pembunuh berantai tersebut adalah anak berusia 11 tahun? Ya, kisah ini bukan kisah disebuah film, melainkan kisah nyata. Dia adalah Mary Bell, anak berusia 11 tahun asal inggris yang tega menghabisi nyawa 2 anak laki-laki dengan cara yang sadis.

Anak Seorang Wanita Malam

Mary Bell adalah anak dari seorang wanita malam bernama Betty McCrickett yang lahir pada tahun 1957. Ibunya kemudian menikah dengan seorang pria bernama Billy Bell tetapi kehidupan rumah tangga mereka tidak pernah berjalan baik. Mereka tinggal di Scotswood, daerah dengan tingkat kriminalitas tinggi di Newcastle,Inggris.Mary mengaku bahwa ibunya sempat pernah mencoba untuk membunuhnya beberapa kali, dan ia juga mengaku sempat mengalami beberapa kali pelecehan seksual. Hal inilah yang membuatnya menjadi pembunuh berdarah dingin.

Menjadi Pembunuh Berantai

Pembunuhan yang pertama kali dilakukan Mary Bell terjadi pada 25 Mei 1968, tepat sehari sebelum hari ulang tahunnya yang ke-11. Korbannya adalah seorang anak laki-laki bernama Martin Brown. Ia membunuh anak itu dengan cara mencekiknya hingga tewas. Jasad Martin kemudian ditemukan disebuah rumah kosong keesokan harinya. Karena cekikannya yang kurang kuat, Mary tidak meninggalkan bekas apa pun pada tubuh Martin, sehingga polisi kesulitan mencari tahu penyebab kematiannya.

Dua hari kemudian, Mary dan seorang temannya bernama Norma, menerobos masuk sekolah dan melakukan perusakan kelas. Setelah merusak, Mary dan Norma meninggalkan sebuah catatan bertuliskan bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas kematian Martin. Tapi sayangnya, catatan itu malah dianggap sebagai lelucon oleh pihak kepolisian setempat.

Belum puas dengan aksinya, Mary kembali melakukan pembunuhan pada seorang anak berusia 3 tahun bernama Brian Howe. Kali ini Mary tidak sendiri, ia juga dibantu oleh temannya, Norma. Setelah membunuhnya, mereka meninggalkan jasad Brian disebuah tanah kosong di daerah Scotswood.

Yang lebih sadisnya, Mary mengukir tanda "M" pada perut Brian dengan menggunakan gunting. Tidak hanya sampai situ, Mary lalu memotong sebagian rambut Brian, menyanyat kakinya, dan yang lebih parah, ia memotong alat kelamin anak itu.

Penangkapan Mary Bell

Pada bulan Desember 1968, Mary dan temannya Norma akhirnya berhasil diamankan oleh kepolisian. Dalam persidangan, Norma mengatakan bahwa dirinya sempat memohon agar Mary berhenti menyakiti Howe, tetapi Mary tidak menghiraukannya. Norman juga mengaku bahwa Mary meminta dirinya agar tidak membocorkan pembunhan itu kepada siapapun atau Mary akan membunuhnya. Norma pun akhirnya dibebaskan dari kasus tersebut.

Sementara itu Mary yang mengaku membunuh hanya untuk kesenangannya dijatuhi hukuman penjara selama 12 tahun. Ia dipenjara di penjara anak Red Bank Community Home. Ketika dibebaskan pada tahun 1980, Mary sudah berusia 23 tahun. Karena kasusnya termasuk dalam kategori kasus anak di bawah umur, saat bebas dari penjara, ia diberikan nama dan identitas baru.

Mary Bell terkenal sebagai pembunuh berantai termuda di Inggris.

Pada Desember 1968, di usia 11 tahun, Mary Bell dan seorang temannya mencekik dan memutilasi dua anak lelaki.

Masing-masing Martin Brown, 4 tahun, dan Brian Howe, 3 tahun.

Persidangannya, adalah salah satu hal yang paling sensasional di abad kedua puluh.

Kemudian Mary Bell dijatuhi hukuman dan dipenjara di unit anak-anak di Red Bank Community Home.

Ia dibebaskan pada tahun 1980, di usia 23 tahun, setelah menjalani 12 tahun hukumannya.

Selain dibebaskan, Mary Bell pun diberi nama dan identitas baru, kemudian menikah dan memiliki anak.

Bell dan pasangannya menciptakan kehidupan baru, menetap di masyarakat dan membesarkan putri mereka yang lahir di tahun 1984.

Namun, Bell sempat mengalami kesulitan untuk terlepas dari 'kejaran' media.

Keberadaannya pun selalu berusaha ditemukan.

Hingga pada tahun 2003, Mary Bell dan putrinya memenangkan putusan pengadilan tinggi untuk menjamin anonimitas seumur hidup.

Melansir The Guardian, Dame Elisabeth Butler-Slos, presiden divisi keluarga, membuat perintah yang melarang pengungkapan identitas serta keberadaan Bell dan putrinya.

Hal itu dilakukan untuk melindungi hak mereka atas kehidupan pribadi dan keluarga berdasarkan pasal 8 konvensi Eropa tentang hak asasi manusia.

Kondisi mental Bell yang rapuh dan faktor-faktor luar biasa lainnya, seperti usianya pada saat pembunuhan, menjadi alasan penguat.

Dame Elisabeth mengatakan bahwa Bell telah mampu menjalani kehidupan di tengah masyarakat.

Saat putusan anonimitas tersebut ditetapkan, Bell telah tinggal di masyarakat selama 23 tahun dan bersama pasangannya telah membesarkan putrinya selama 15 tahun, yang mana sang putri berkembang menjadi 'gadis yang menarik dan seimbang'.

Dame Elisabeth pun menerima bukti bahwa ibu dan anak perempuannya itu berada dalam 'risiko besar instrusi pers dan pelecehan, stigma publik dan pengasingan' jika identitas mereka diungkapkan.

Berkali-kali putri Bell mendapatkan sorotan akibat masa lalu sang ibu.

Seperti saat kelahirannya, juga ketika putri Bell berusia 4 tahun.

Orangtua di sekolah putri Bell sempat membuat petisi agar anak itu dikeluarkan dari sekolah usai identitas ibunya terbongkar.

Publisitas lainnya yang didapatkan mantan narapidana pembunuh anak ini juga terjadi pada tahun 1993, setelah pembunuhan james Bulger, dan pada tahun 1998, ketika Bell bekerja sama dalam sebuah buku tentang hidupnya.

Menteri Dalam Negeri, David Blunkett pun mendukung anonimitas untuk Bell dan putrinya.

"Saya mendukung Mary Bell dalam aplikasi, terutama atas nama putrinya. Sepertinya bagi saya bahwa apa pun kejahatan masa lalu ibunya, putrinya tidak boleh menderita," kata Blunkett dikutip dari The Guardian.

Sementara itu, melansir Daily Mail, seorang penulis, Gitta Sereny, berargumen melalui karya bukunya bahwa masyarakatlah yang harus disalahkan atas kejahatan Mary Bell.

Hal itu menjadi jawabannya kepada orang-orang yang menginginkan penjelasan mengapa seorang gadis muda bisa berperilaku sedemikian bejatnya, melakukan pembunuhan tanpa menunjukkan penyesalan atau kecemasan.

Menurut Sereny, si pembunuh hanyalah korban dari masa kecilnya.

Diketahui bahwa ibu Bell yang merupakan seorang pekerja seks mengakui bahwa putrinya menyaksikan gaya hidup kotor.

Sereny percaya bahwa pengalaman mengerikan itu telah berkontribusi pada perilaku patologis Mary.

Setelah mendapatkan jaminan anonimitas, bukan berarti kabar tentangnya sama sekali lenyap.

Pada tahun 2009, tersiar kabar bahwa Bell telah menjadi seorang nenek di usianya yang menginjak 51 tahun.

Meski begitu, identitas putrinya harus tetap aman sampai kematiannya.

Maraknya kasus kriminalitas yang kini sering terjadi, pasti membuat Anda dan banyak orang resah. Apalagi, semakin banyak kasus pembunuhan terjadi yang dilakukan oleh seseorang bahkan dengan cara-cara yang sadis atau tidak lazim.

Kasus-kasus kriminalitas yang menyebabkan hilangnya nyawa dengan cara yang sadis ini kerap dikaitkan dengan kondisi mental si pelaku. Bahkan, hal ini tidak terlepas dari dugaan seseorang memiliki kecenderungan memiliki kelainan mental, yaitu psikopat.

Istilah psikopat sebetulnya bukan hal yang bisa digunakan sembarangan, sebab psikopat adalah kondisi psikologis serius yang tercakup ke dalam gangguan kepribadian antisosial. Psikopat, atau secara medis dikenal dengan kepribadian anti-sosial, merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan kurangnya empati dan kebiasaan melanggar peraturan. Seorang psikopat biasanya tidak dapat berada dalam relasi yang harmonis dengan orang lain dan mudah melakukan kekerasan.

Psikopat adalah gangguan spektrum dan dapat didiagnosis dengan menggunakan 20 item Hare Psychopathy Checklist, yang menampilkan ciri-ciri seperti kurangnya empati, kebohongan patologis, dan impulsifitas.

Di mana hal tersebut masing-masing dinilai dengan skala tiga poin, berdasarkan apakah item tersebut tidak berlaku, berlaku sampai batas tertentu, atau sepenuhnya berlaku untuk individu.

Berdasarkan Hare Psychopathy Checklist, seseorang dengan kecenderungan psikopat akan memiliki ciri-ciri seperti berikut:

Psikopat dikenal sebagai orang yang tidak memiliki hati nurani atau empati, sehingga tindakan yang dilakukan dapat merugikan orang lain.

Tidak akan merasa bersalah jika melakukan kesalahan.

Jarang menunjukkan emosi, terutama emosi sosial seperti rasa malu atau bersalah.

Tidak bertanggung jawab atau justru menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dilakukannya sendiri.

Kata-kata yang diucapkan terasa tidak tulus.

Tidak bisa memahami kata-kata yang abstrak atau bermetafora.

Terlalu percaya diri.

Tidak memiliki rencana akan masa depan.

Tidak mawas diri.

Sering berbohong.

Psikopat juga memiliki kemampuan untuk mengeksploitasi orang lain dengan penipuan atau kebohongan yang konsisten. Dalam memanipulasi orang lain, psikopat biasanya memakai pesona atau kecerdasan mereka. Psikopat juga bisa rentan terjerat masalah hukum karena tindakan manipulatifnya.

Memiliki sikap egois yang tinggi.

Mereka berulang kali melanggar hak orang lain, mengintimidasi, tidak jujur, dan kerap salah mengartikan kejadian sekitarnya. Psikopat juga bertindak dengan spontan tanpa memikirkan perasaan pihak yang dirugikan dan memiliki rasa superioritas, alias merasa paling unggul dan memamerkan keunggulannya tersebut secara berlebihan.

Untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, seorang profesional kesehatan mental akan melakukan evaluasi kesehatan mental lengkap. Selama proses ini, profesional kesehatan mental akan mengevaluasi pikiran, perasaan, pola perilaku, dan hubungan seseorang. Mereka akan mengidentifikasi gejala-gejala yang terlihat pada seseorang.

Diagnosis yang dilakukan adalah berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV).

Profesional kesehatan mental juga akan melihat sejarah medis. Evaluasi penuh ini merupakan langkah penting karena psikopat cenderung menunjukkan komorbiditas dengan gangguan mental dan kecanduan lainnya.

Sebenarnya, tidak ada yang tahu secara persis apa yang menyebabkan seseorang mengidap psikopat. Tetapi kemungkinan kombinasi faktor genetika, lingkungan dan interpersonal. Misalnya, anak-anak psikopat telah menunjukkan kecenderungan menjadi psikopat bisa berarti dipengaruhi oleh faktor genetik.

Selain itu, beberapa pengalaman kehidupan yang telah dialami oleh seseorang juga telah terbukti meningkatkan risiko menjadi seorang psikopat. Ditambah lagi dengan pola asuh yang buruk, pola asuh yang berfokus pada hukuman (bukan hadiah) dan pola asuh yang tidak konsisten tampaknya membantu menyebabkan psikopati.

Faktor risiko tambahan untuk psikopat meliputi:

Penyalahgunaan zat oleh orang tua

Perpisahan dari orang tua atau kurangnya keterlibatan orang tua

Kekerasan fisik atau kelalaian anak.

bagaimanapun semua itu adalah ciri-ciri seseorang yang mengalami penyakit psycopatch seperti penyakit bawaan alam sadar kita sendiri. cara kita berpikirlah yang harus di ubah karena semua barawalan dari adanya tekanan dari sekitar atau lingkungan yang kurang baik.

Bersambung~