webnovel

History Of Melofranist

Untuk sementara sejak tulisan ini dibuat, saya kemungkinan besar akan jarang update karena banyak sekali hal yang harus dilakukan. ### Ada sebuah Dunia bernama Melofranist. Melofranist adalah Dunia yang diciptakan oleh Pencipta Solares, dan sejarahnya berhasil kita rekam dalam bentuk sebuah kisah. Kisah ini, tidak menceritakan tentang sebuah perjalanan hidup seorang tokoh. Melainkan, menceritakan tentang perjalanan sebuah Dunia – dari terbentuk sampai hancur. Kisah yang luar biasa panjang, yang terdiri dari berbagai kacamata sudut pandang tokoh-tokoh. Setiap Akhir, merupakan sebuah Awal yang baru. Begitupun sebaliknya. Walaupun Melofranist Runtuh, tetapi itu juga merupakan Awal dari Cerita Baru. Begitu juga dengan Melofranist yang terbentuk dari sebuah akhir Cerita Lama. ### Note: Dalam Sipnosis paragraf pertama, disebutkan kata "kita". Ya, itu tidak salah. Karena mereka adalah yang bertugas merekam segala sejarah dari berbagai Dunia milik Pencipta yang tak terhitung jumlahnya, kedalam bentuk cerita yang bisa dinikmati. Dengan kata lain, membuat sebuah pelajaran sejarah menjadi sebuah cerita yang menyenangkan untuk dilihat. Dan Melofranist, adalah salah satu kisah dari sebuah Dunia di antara Dunia seluruh Dunia yang ada di Alam Semesta. Melofranist, merupakan satu dari Dunia-dunia di Alam Semesta yang setiap volumenya akan memiliki tema dan genrenya tersendiri – tidak terfokus pada satu tema atau genre. UPDATE Update: Diusahakan 1 Ch/Minggu Isi: Sekitar 3-4k words/Chapter Mohon dimengerti, karena saya harus mengerjakan segalanya sendirian, termasuk editing. PERINGATAN Plot Armor disini tipis untuk setiap Character. Lagipula, ini adalah kisah sebuah Dunia, bukan Tokoh. Intinya, yang suka Happy Ending dan Cerita yang Ringan mending mikir dulu. Novel ini memiliki banyak Ending untuk setiap Characternya - entah baik atau buruk. Kemudian, dalam Novel ini, akan mengandung banyak sekali detail, konsep, filosofi, dan beberapa adegan yang agaknya sadis atau kurang senonoh. Karena itulah, dimohon pengertiannya untuk para pembaca dalam membaca. Catatan Author: Saya seorang Penulis baru, dan ini karya pertama saya. Saya tahu bahwa Novel ini terlalu besar untuk saya kerjakan dengan skill saya. Tetapi saya akan terus berusaha dan memperbaiki Novel ini – tak peduli apa, saya tak akan pernah "Drop" Novel ini. Rencananya, akan ada puluhan Volume untuk Novel ini. Lagipula, Novel ini bercerita tentang sejarah panjang dari sebuah Dunia bernama Melofranist. Dan, jika ada kesalahan, bisa tolong di komen ya… Sekian, Terima Kasih dan Selamat Membaca.

Melofranist · Fantasy
Not enough ratings
14 Chs

Chapter 9 - Kutukan Jiwa (3)

==Pov Ares==

Namaku adalah Solares, tetapi itu tidak sopan untuk mendeklarasikan diriku sebagai Solares yang asli. Faktanya, aku hanyalah sebuah Clone Jiwa dari Pencipta Solares yang sedang tertidur.

Selain aku, masih ada 1 saudara lainnya. Aku dan dia memutuskan untuk membuat nama panggilan tersendiri untuk kita demi lebih memudahkan berkomunikasi.

Aku akan dipanggil dengan sebutan Ares, dan dia akan dipanggil dengan sebutan Sera. Nama Ares sendiri merupakan penggalan dari 4 huruf terakhir nama Solares.

Aku mengklaim nama Ares untukku, dan nama Sera untuknya. Nama Sera, adalah kebalikan dari Ares – dari A-R-E-S menjadi S-E-R-A.

Ares dan Sera, kami adalah 2 Clone Jiwa Solares yang ada, untuk tujuan menggantikan peran Solares saat tidak ada.

Tetapi peran sebenarnya dari kita adalah, untuk menjadi 'Alat Perekam' saja.

Saat nanti Solares terbangun, dia akan menyerap ingatan dari aku dan Sera. Sehingga, Solares akan bisa mengetahui dengan cepat tentang apa saja yang telah terjadi selama dia tidur.

Sebagai Clone Jiwa, kami berdua mewarisi sebagian ingatan dari Solares.

Secara teori yang disebutkan sebelumnya oleh Sera, kami berdua, jika digabung bisa menjadi Pencipta itu sendiri.

Dengan kata lain, kami berdua bisa mengamati posisi Solares sebagai Pencipta.

Tentu saja, hal itu tak pernah aku pikirkan ataupun ingin lakukan – menjadi seorang Pencipta. Alasannya, karena untuk melakukannya adalah hal yang tidak mungkin bisa terjadi.

Biar kuingat-ingat sedikit. Seorang Pencipta, hanya bisa mati apabila tidak memiliki Tamashoul untuk membayar pajak hidup kepada Semesta.

Sedangkan, untuk bisa mendapatkan Tamashoul, normalnya Seorang Pencipta bisa mendapatkannya dari Dunia yang dimilikinya.

Jadi, jika kami ingin menjadi Pencipta, kami harus bisa membunuh Solares yang asli, dengan cara menghancurkan Dunia yang dimilikinya.

Jika dua syarat itu terpenuhi, yaitu Kematian Solares dan Runtuhnya Dunia. Maka yang terjadi selanjutnya adalah kematian Pencipta Solares, dan Kita.

Ya, Kita – aku tidak salah mengatakan. Kita juga akan mati, jika Solares mati.

Alasannya, kembali ke awal. Kita merupakan Clone Jiwa dari Solares. Atau biar lebih mudah dimengerti, kita adalah Solares itu sendiri.

Agak sedikit berbelit-belit, tetapi intinya, kami adalah Solares, dan Solares adalah Solares. Jika Solares mati, maka kami juga akan mati. Jika kami mati, maka Solares tidak akan mati.

Jadi, kesimpulan yang kita dapat adalah, kita tidak boleh merusak Melofranist apapun yang terjadi. Paling tidak, kami harus terus mempertahankan Melofranist sampai Solares terbangun dari istirahat panjangnya.

Selain itu, kita bebas melakukan apapun yang kita mau. Entah itu bersantai, atau mengurus Melofranist.

Lalu.. Aku dan Sera, walaupun lahir dari Solares, tetapi kami sangatlah berbeda.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, kalau kami mewarisi sebagian ingatan dari Solares.

Aku tidak mempermasalahkan perbedaan ingatan atau kepribadian kita. Tetapi yang menjadi masalahnya adalah Eon.

Berbeda denganku, Sera tidak tahu-menahu mengenai Eon.

Aku, sangat mencintai Eon. Seluruh yang kutahu hanyalah Eon, dan sedikit pengetahuan umum.

Sedangkan Sera, dia sangat terobsesi dengan Melofranist. Dia memiliki banyak pengetahuan mengenai Pencipta dan Dunia.

Bisa disimpulkan, kalau aku hidup demi Eon, sedangkan Sera hidup demi Melofranist.

Berbeda denganku yang terlalu impulsif dan emosional, Sera memiliki sifat dingin, tenang, logis dan pandai dalam analisis.

Pernah kemarin, aku bertanya mengenai Eon pada Sera. Tetapi dia malah menjawab dengan nada dingin seperti ini…

"Eon? Siapa dia? Yah.. aku tak peduli dengan siapa dia. Yang aku pedulikan hanyalah Melofranist. Jadi hentikan bertanya banyak pertanyaan bodoh padaku, dan belajarlah mencari jawabannya sendiri!"

Apa yang dia ucapkan saat itu, membuatku ingin membunuhnya langsung ditempat.

Aku sangat ingin membunuhnya saat itu, dan saat aku hampir melakukannya, dia malah lari, mengunci dirinya di Ruang Monitoring Melofranist.

Sedangkan aku, saat ini sedang berada di dalam Ruang Pengamatan – paling tidak, aku bisa melihat Eon dari sini.

Tetapi, kalau saja dia sampai keluar dari Ruang Monitoring, maka aku tak akan segan langsung membunuhnya. Tak akan sekalipun aku memberinya waktu bahkan untuk bernafas.

"Tak boleh ada satupun yang menghina Eonku yany tercinta! Jika ada, maka dia harus Mati!" Aku meneriakkan itu dengan lantang.

Apakah dia mendengarnya atau tidak, tetapi kata-kataku yang kuucapkan adalah sebuah sumpah.

Yah.. sebenarnya akan bagus jika dia mendengarnya dan mau meminta maaf padaku. Aku mungkin akan memikirkannya untuk akan menghajarnya atau tidak.

Itu adalah cerita lain, dan sekarang aku perlu fokus pada yang sedang kulakukan sekarang.

Aku tersambung dengan Melofranist, dan tentu saja aku segera mencari Eonku yang tercinta. Dalam sudut pandangku, aku adalah sebuah roh yang bisa bergerak bebas di Melofranist tanpa batasan. Tetapi sebagai gantinya, aku tak bisa menyentuh apapun di Melofranist.

Ini sangat cukup bagiku, asalkan aku bisa melihat Eon setiap saat.

"Ehehe.. ehehehehehe..", aku mengeluarkan tawa yang akan terdengar tidak nyaman bagi orang. Tetapi bagiku, itu hanyalah tawa yang mengekspresikan kebahagiaanku setelah beberapa jam tak melihat Eon.

Ah… Eon. Aku merindukanmu. Ini sudah beberapa jam sejak aku tak melihatmu.

Ah… Eon. Jangan menangis, matamu akan segera sembuh. Bertahanlah Eon.

Ah… Eon. Kenapa kamu tidak tidur? Itu tak baik untuk kesehatan mentalmu.

Ah… Eon. Ini sudah 2 hari sejak kamu di Melofranist. Apa kamu tidak kesepian?

Ah… Eon. Syukurlah telingamu tidak kenapa-napa.

Ah… Eon. Kenapa kamu mesum sekali? Tidak boleh loh.. menatap kotor seperti itu pada seorang wanita.

Ah! Jangan minum alkohol! Itu tak baik Eon… Tapi, kalau hanya sedikit, maka tak apa deh…~

Ah… Eon. Kenapa kamu imut sekali saat sedang tidur? Bolehkah aku mencubit pipimu sekarang? Ah.. aku lupa. Aku baru ingat kalau aku sedang dalam Mode Pengamat.

Ah… Eon. Kamu sudah bangun? Ara..~ Ara..~ apa kamu perlu bantuan untuk melemaskan otot bagian bawah itu?

Ah… Eon…-

"Siapa Babi Putih Ini..!?"

Aku berteriak marah, bahkan teriakanku lebih keras daripada saat aku mengucapkan sumpah kemarin.

Siapa nama Babi ini?! Biar kucari. Ah! Ketemu kau….

"Sewi. Namanya, Sewi!" Aku mengatakan nama Sewi dengan nada kecemburuan yang sangat pekat.

Entah kenapa, aku sangat membenci Elf bernama Sewi ini.

Aku sangat benci! Sangat membencinya!

Aku tahu bahwa kebencianku ini tidak beralasan. Tetapi, apakah perlu alasan bagiku untuk mencintai Eon?

Tentu saja tidak! Dan kebencianku juga sama!

"Grr….", aku menggeram sambil menggetarkan gigiku.

Haruskah aku membunuhnya? Tidak.. itu tak boleh dilakukan karena akan sangat merugikan Solares nanti. Seorang wanita akan melahirkan banyak anak, dan aku tak boleh membunuhnya di waktu begini.

Kalau begitu, pilihan lainnya adalah mengutuknya.

Aku segera terhubung dengan Melofranist melalui pikiranku.

"Melofranist! Berikan akses ke Jiwa bernama Sewi!"

Tak ada yang boleh mencintai Eon selain aku! Tak boleh ada yang merebut Eon! Tak boleh ada yang dicintai Eon selain aku!

[Baiklah]

Setelah itu, aku mengutuknya.

Tidaklah sulit untuk melakukan Kutukan Jiwa pada sebuah Jiwa yang terikat Dunia, selama Dunia tersebut telah memberi akses padaku.

Secara sederhana.. analoginya yang aku lakukan hanyalah menekan sebuah tombol, dan memilih Kutukan seperti apa yang aku inginkan.

Setelah menekan tombol "Finish", maka Kutukan akan langsung bekerja.

Ngomong-ngomong, Kutukan yang aku tempatkan pada Jiwanya adalah, "Tidak mencintai Eon".

Dan sepertinya, Kutukan tersebut sangat efektif.

Melihatnya menangis, menimbulkan perasaan schadenfreude di hatiku.

Aku merasakan euforia, saat menikmati adegan dimana dia memohon dan menangis putus asa setiap detiknya.

Setelah puas melihatnya, aku kembali melihat Eon yang masih berjalan-jalan di Hutan Felven.

"Ah... maaf Eon. Tadi aku pergi sebentar. Kamu tidak apa-apakan?" Aku berbicara pada diriku sendiri, dan tentu saja tak berharap mendapatkan respon darinya.

Tetapi, sesuatu yang tak terduga terjadi setelah aku selesai berbicara sendiri. Eon, dia tersenyum padaku – seperti merespon ucapanku.

"Huaaa…! Eon...!" Aku berteriak histeris saat melihat senyum tampan Eon.

Kalau saja Eon ada di sini, aku pasti sudah memeluknya dan membawanya ke atas ranjang.

Hah…~ Gawat. Aku tiba-tiba jadi terangsang.

"Masturbasi…."

Rasanya tak nyaman saat tubuhku kepanasan, dan sekitaran area selangkanganku gatal.

Sambil melihat Eon, dilihat Eon, dan membayangkan Eon, aku melakukan masturbasi.

Menggunakan sebuah alat bantu, dan dilihat Eon, membuatku sangat terangsang, dan mencapai klimaks dengan cepat.

Tentu saja, aku melakukannya sekali lagi karena merasa masih kurang.

Setelah merasa terpuaskan, aku kembali duduk memperhatikan Eon dengan tenang tanpa banyak komentar – emosiku menjadi lebih stabil setelah penghabisan cintaku.

...

...

Beberapa jam berlalu, dan ada lagi 2 Babi disini yang seenaknya terpesona pada ketampanan Eonku.

Tentu saja aku merasa cemburu dan kesal saat melihat ada wanita yang seenaknya terpesona pada Eonku.

Tetapi, saat ini aku sedang dalam mood baik dan tak ingin merusaknya dengan melampiaskan amarah yang tak berarti.

Seperti sebelumnya, aku menaruh Kutukan Jiwa pada mereka setelah mendapat akses dari Melofranist.

Anehnya, reaksi mereka tak separah Elf bernama Sewi sebelumnya. Mereka hanya sedikit bersedih, sedangkan Elf bernama Sewi sampai menangis hebat. Reaksi mereka, sangat kurang dari ekspetasiku.

Walaupun begitu, aku tidak kesal sama sekali, karena aku tahu kalau tidak ada yang mencintai Eon selain aku.

Ekhem.. Yah, kecuali Elf bernama Elfie.

Selain Elfie, tak ada yang boleh mendekati Eonku.

Aku merasa, kalau Elfie ini sangat cocok sebagai perwakilan diriku di Melofranist.

Biar kujelaskan alasan keputusanku yang tiba-tiba dan tak masuk akal ini.

Elfie, dia bagaikan seorang Heroin dalam pandanganku. Dan Eon, bagaikan seorang Protagonis yang sangat kucintai sepenuh hatiku.

Aku sadar, kalau diriku tak akan bisa menyentuh Eon selama di Melofranist. Karenanya, aku sangat senang, jika ada yang bisa menggantikanku melakukannya.

Anggap saja aku hanya memilih karakter game yang akan kumainkan. Dan karakter game yang kupilih adalah orang itu, Elfie.

Hanya Elflie seorang, yang kurasa sangat cocok untuk menggantikanku di Melofranist. Tidak ada rasa benci padanya, yang ada hanyalah rasa akrab.

Sulit menjelaskannya, seperti cintaku pada Eon. Intinya, aku merasa sangat benci pada Elf bernama Sewi. Sedangkan, aku merasa sangat akrab dengan Elf bernama Elfie.

Lagipula, Jiwa bukanlah sesuatu yang dapat dibedakan dengan mudah.

Aku bukan seorang yang pintar, tetapi aku masih mengerti sedikit tentang Jiwa.

Kalau kuingat-ingat kembali. Hmmm…. Benar juga, kalau tak salah, aku-.. maksudku Solares pernah bersekolah di Sekolah Pencipta.

Ya, sebenarnya ada nama dari Sekolah itu, tetapi aku tak ingat apa nama dari Sekolah itu. Tetapi yang pasti, Sekolah itu berisi Pencipta-Pencipta yang baru terlahir, sama seperti Solares.

Aku bisa mengingat, ingatan saat ada salah satu pelajaran mengenai Jiwa.

"Perhatian! Sekarang akan ku mjelaskan mengenai Teori Jiwa."

"Pak… apa kita bisa melewatkan bagian Teori ini?" Seorang Pencipta, menyatakan keberatannya.

"Duduk! Dan Dengarkan! Tidak seperti yang kemarin, Teori yang satu ini lebih masuk akal, dan cukup dipercayai dikalangan Para Pencipta. Bahkan aku, juga mempercayai ini."

"Aku benar-benar tak suka pelajaran ini. Maksudku, aku tidak suka menghabiskan waktuku untuk mendengar penjelasan darinya saat aku sendiri sudah mengerti dan mempelajarinya. Iya kan, Sol?" Suara Polo terdengar dari sebelahku.

Dia Polo, hanya itu yang kutahu. Tetapi, aku tidak bisa mengingat apapun, termasuk penampilannya.

"Ya, aku tahu. Jadi bisakah kamu berhenti berbicara, dan akan lebih baik jika kamu membaca buku lainnya dan menjauh dariku, Polo."

Aku tak tahu kenapa aku mengatakan itu dengan nada kesal.

Faktanya, yang ada di ingatanku hanyalah sebuah "suara".

"Pertama, perlu kalian ketahui kalau Kehidupan terdiri dari 3 bagian. Yaitu, Roh, Jiwa, dan Tubuh.

Roh adalah Kesadaran,

Jiwa adalah Penghubung antara Roh dengan Tubuh,

dan Tubuh adalah Penerima Stimulasi."

"Pak.. bisakah Bapak sesuaikan dengan otak kita? Itu terlalu rumit!"

Anak yang sebelumnya, meminta untuk dijelaskan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti.

"Hah… baiklah akan kuulangi.

Roh adalah Kesadaran,

Jiwa adalah Penghubung antara Roh dan Tubuh,

dan Tubuh adalah Tubuh Hidup."

"Hoam…", Polo menguap di sampingku.

"Sekarang, agar lebih, 'Mudah'.. dimengerti, Bapak akan jelaskan dengan sebuah analogi." Terdapat penekanan nada pada kata, 'Mudah'.

"Bayangkan , kalau Jiwa adalah sebuah Tubuh Manusia.

Dengan Otak sebagai Roh, Saraf sebagai Jiwa, dan Otot dan Kulit sebagai Tubuh.

Saat Otak mengirim sinyal perintah, maka akan melewati Saraf, dan akhirnya sampai ke Otot. Tanpa Jiwa, maka sinyal dari Otak tak akan tersampaikan pada Otot, sehingga tidak mungkin bagi sebuah Roh, untuk mengendalikan Tubuh tanpa Jiwa sebagai perantara.

Dengan kata lain, tidak akan ada yang namanya Kehidupan berakal, jika tidak ada "Jiwa" sebagai penghubung antara Roh dengan Tubuh.

Begitupun juga dengan jika tidak ada Otak yang mengirim sinyal. Maka, Tubuh akan jatuh dalam keadaan tidak sadarkan diri. Yang mana, Kehidupan tetap ada, tetapi Tubuh tidak bisa bergerak – jika tak ada Roh sebagai Otak atau Jiwa sebagai penghubung, maka seseorang akan jatuh dalam Koma.

Jika tak ada Jiwa sebagai Saraf, maka seseorang akan jatuh dalam Kegelapan, karena tak menerima stimulasi ataupun mengirim sinyal. Pada awalnya dia sadar kalau dia masih hidup. Tetapi semuanya akan mulai menggelap, sangat gelap hingga dia sendiri tidak sadar kalau dia sebenarnya masih hidup.

Jika tak ada Tubuh, maka kamu tak akan bisa menerima rangsangan dari dunia luar. Misalnya, kamu tak akan bisa merasakan rasa sakit, geli, atau nikmat, karena tidak adanya Tubuh sebagai reseptor.

Tetapi, masihlah mungkin jika sebuah Otak yang Sarafnya terhubung ke Saraf dari Otak lainnya untuk bisa tetap hidup, bisa saling berkomunikasi, dan merasakan kesenangan dari Emosi – ini disebut sebagai interaksi antar Jiwa.

Dan jika tak ada Otak sebagai Roh, maka itu sama saja seperti tidak pernah ada di Alam Semesta itu sendiri.

Bisa dikatakan, kalau Alam Semesta adalah sebuah Jaringan Rumit antara Otak yang satu dengan Otak lainnya, yang saling terhubung melalui Saraf, dan saling memberi Stimulasi melalui Tubuh.

Walaupun begitu, ini hanyalah sebuah analogi. Karena pada faktanya, sebuah Kehidupan tetap bisa terjadi walaupun tidak adanya Jiwa di dalam Tubuh. Contoh Kehidupan tak berjiwa adalah Bakteri.

Kesimpulannya,

Tanpa Roh, maka tak ada yang namanya Akal dan Kesadaran.

Tanpa Jiwa, maka tak ada yang namanya Persepsi dan Keterhubungan.

Tanpa Tubuh, maka tak ada yang namanya Ingatan dan Pengalaman.

Jika ada Sebuah Jiwa yang tak pernah terlahir dalam sebuah Kehidupan sebelumnya, maka Jiwa tersebut adalah yang paling terpolos di Alam Semesta karena mereka tak pernah memiliki Ingatan dan Pengalaman apapun.

Memang benar, kalau masih memungkinkan untuk mengirim Ingatan melalui Jiwa – jika dalam analogi tadi, maka masih mungkin untuk mengirim ingatan melalui Jaringan Saraf.

Tetapi, jika seperti itu, maka yang terjadi adalah lahirnya sebuah Clone Jiwa.

Sesuatu yang kosong, diisi dengan Ingatan orang lain. Itu akan seperti sebuah kanvas putih yang dilukis oleh orang lain, bukan oleh pemiliknya sendiri.

Sekian sampai sini, apa penjelasan Bapak bisa dimengerti?"

"Heng..-ghak…! (Enggak)", anak yang masih sama, menjawab dengan nada berat yang terdengar sangat mengejek.

"Ouh…! Begitu! Jadi begitu! Kalau begitu untuk apa kamu bersekolah, hah!?" Bapak Guru itu berbicara dengan suara gemetar, seperti menahan amarah. Dia juga memasang ekspresi seram yang tak dapat dijelaskan.

"Tentu saja, karena itu wajib. Kalau tidak, maka aku tak akan mau sekolah."

"Hah… sudahlah. Kelas bubar, kita akan lanjutkan lagi besok."

Dan berakhirlah, penggalan ingatanku.

Malu mengakuinya, tetapi aku sama sekali tidak mengerti apapun mengenai ingatan itu.

Ingatan dan Pemahaman adalah 2 hal yang berbeda. Memang benar aku ingat, tetapi kalau aku tidak paham, maka ingatan itu tak akan berguna – sama halnya jika aku memiliki sebuah buku, tetapi tidak mengerti isinya.

Sekarang, kembali ke Elf bernama Elfie.

Tentu saja, jika berbicara mengenai Elf bernama Elfie, dia juga terpesona akan ketampanan Eon.

Aku tahu, aku memprediksi, dan aku sadar, kalau pasti ada wanita lain selain aku yang kemungkinan, atau bahkan pasti mencintai Eon.

Tetapi, aku tidak marah atau benci padanya, tapi harus sedikit diakui, kalau aku cemburu melihatnya.

Aku merasakan sesuatu yang aneh. Yang aneh, adalah pada Elfie itu sendiri, bukan padaku.

Aku dapat merasakan perasaan akrab pada Elfie, dan perasaan bahwa Aku dan Elfie sama. Jadi, aku merasa bisa berimajinasi bahwa Elfie adalah diriku di Melofranist, yang mencintai Eon.

Saat Elfie sedang merasa malu, aku juga merasakan hal yang sama. Saat Elfie merasakan patah hati, aku juga merasakan hal yang sama. Inilah yang kumaksud dengan keakraban.

Memikirkannya lebih jauh, aku sadar kalau Eon pasti membutuhkan seorang wanita. Dengan kata lain, Eon pasti akan mencintai wanita lain.

Aku tahu hal itu, karenanya, aku bermaksud untuk memilihkan Eon seorang wanita yang menurutku baik untuknya.

Dan Elfie adalah Jiwa terbaik dari semua Jiwa yang ada di Melofranist saat ini.

Aku tak mengerti tentang Jiwa terlalu banyak, tetapi aku masih memiliki kemampuan untuk melihat Jiwa – walaupun hanya luarnya saja.

Analoginya, aku bukan seorang Ahli Antropologi, melainkan hanya seorang Manusia biasa yang sedikit (jika dibandingkan dengan Antropologi) mengerti tentang Manusia.

Pada akhirnya, aku ingin mengatakan kalau aku yang merupakan Seorang Pencipta (Clone), tidak dapat memanifestasikan diriku di Melofranist – sehingga, tidak mungkin bagiku untuk bisa dilihat oleh Eon, dan berbicara pada Eon secara langsung.

Walaupun aku ini sangat terobsesi pada Eon, tapi aku masih cukup waras untuk memikirkan masa depan – masa depan di mana Eon selalu memasang wajah sedih, menangis, lelah, atau putus asa karena kesepian.

Aku tahu, kalau sebuah Jiwa, selalu membutuhkan Jiwa lainnya untuk dapat bertahan. Akupun juga sama, aku membutuhkan Eon sebagai tujuan hidupku. Tanpa Eon, tak ada artinya aku hidup.

Jika berbicara mengenai Jiwa, itu sangatlah rumit. Sama seperti diriku yang terobsesi pada Eon, atau diriku yang membenci Babi Putih bernama Sewi, dan perasaan akrab pada Elf bernama Elfie.

Intinya, dari semua wanita yang ada sekarang, hanya Elfie sajalah yang paling cocok menurutku.

Dengan kata lain, aku merestui jika Elfie dan Eon saling mencintai-.. maksudku, aku setuju jika Eon mencintai Elfie.

Benci mengakuinya, tetapi aku tak bisa terlalu memaksakan kehendakku pada Eon untuk hanya mencintai Solares, dan diriku.

"Kesimpulannya, tak ada yang boleh mencintai Eonku!"

Ya, begitulah kesimpulannya.

Memikirkan banyak hal seperti barusan, bukanlah keahlianku, dan itu sangat membebani mentalku. Pikiranku lelah, dan ingin rasanya kumakan sesuatu yang manis agar dapat mewarnai isi pikiranku kembali.

Tetapi, tidak ada yang lebih baik daripada melihat Eon.

"Ehehehe….", aku tertawa kecil bahagia saat melihat Eon.

Aaa…~ Melihat Eon adalah yang terbaik.

==Pov Sera==

Namaku adalah Sera, dan aku adalah satu dari dua Clone Jiwa Solares.

Apa yang kupikirkan sejak aku membuka mata adalah Melofranist. Tidak ada yang kuingat selain banyak sekali pengetahuan tentang Dunia dan Alam Semesta.

Pada hari pertama, aku yang sedang fokus melihat Melofranist, malah diajak bicara oleh Ares, saudara kembarku.

Jujur saja, dia benar-benar sangat mengganggu. Tetapi itu masih bisa kutahan, karena dia tidak sampai mengganggu pekerjaanku.

Pada suatu pertanyaan, dia bertanya apakah aku mengenal Eon atau tidak. Saat dia bertanya pertanyaan itu, dia bertanya dengan suara yang sangat keras. Dan pada saat itulah, ambang batas kesabaranku tercapai.

Aku menjawab dengan asal, dan menyuruhnya untuk diam dan jangan menggangguku. Tetapi aku sangat tidak menduga kalau dia tiba-tiba mengamuk dan berlari sambil mengangkat tinjunya di udara.

Aku segera menghindar dengan keringat dingin di dahiku.

"Hey.. hey.. kamu bercanda kan..?" Aku bertanya dengan suara gemetaran.

Tetapi Ares masih terus mencoba memukulku. Alhasil, aku pergi ke Ruang Monitoring dan menguncinya dari dalam.

Saat dia sadar kalau dia tak akan bisa masuk, dia mengumpat dengan kata-kata kasar. Seperti "Aku akan membunuhmu", atau "Bajingan! Keluar kau!".

Tentu saja aku tidak keluar. Aku masih cukup tenang, untuk bisa berpikir jernih walaupun sedang panik dan ketakutan.

Yah… sebenarnya walau dia mengatakan akan membunuhku itu adalah setengah benar dan setengah salah.

Yang salah adalah kita tak akan bisa mati, dan yang benar adalah aku akan benar-benar dipukuli sampai aku akan berpikir kalau kematian lebih baik daripada dipukuli olehnya.

Tetapi sekarang aku bisa lega. Disini dia tak akan bisa menerobos masuk, dan aku bisa melanjutkan pekerjaan Melofranistku dari sini.

...

Saat aku sedang melihat-lihat, tiba-tiba terdengar teriakan Ares dari Ruang Pengamatan.

"Tak boleh ada satupun yang menghina Eonku yang tercinta! Jika ada, maka dia harus MATI!"

Dalam teriakan sumpahnya itu, aku bisa merasakan keseriusan dalam kata-katanya. Dan hal itu, membuatku semakin takut bahkan untuk memikirkan tentang membuka pintu Ruang Monitoring.

Setelah beberapa waktu, Ares berteriak lagi.

"Siapa Babi Putih Ini..!?"

Hah.. dia berteriak lagi.

[Sera, Ares meminta akses untuk Mengutuk Jiwa Sewi]

"Hah…? Yah.. lakukan saja. Atau dia akan terus berteriak sepanjang hari dan menggangguku."

[Baik]

Setelah itu, Ares berteriak lagi.

"Huaaa..... Eon…..!"

"Tch.." Aku mendecakkan lidah karena merasa kesal.

Aku mencoba untuk menghiraukannya, tetapi tak lama, suara lain terdengar.

Apa yang terjadi? Kenapa masih berisik? Apa yang terjadi dalam Ruang Pengamatan memangnya? Dan siapa sih Eon itu!?

Dengan kuasaku, aku dapat melihat Ruang Pengamatan yang ditempati oleh Ares.

"Ah…~ Ah..~ Ah.. Eon. Eon… Eon.. Eon….! Hngghh… Hah…~", Ares mendesah, dan nafasnya semakin cepat. Ares memanggil nama "Eon" dan pada klimaksnya dia meneriakkan nama "Eon". Itu diakhiri dengan Ares yang menghela nafas panjang penuh kenikmatan.

Ares… dia.. masturbasi? Hah… apa yang dia pikirkan? Apa benar kalau dia saudara kembarku? Memangnya apa fungsi dari dirinya disini? Dan juga siapa Eon itu?

"Melofranist, apa itu Eon?"

[Jiwa Spesial]

"Jiwa Spesial? Apa maksudmu dia berhubungan dengan Solares?"

[Ya]

"Apa ada arsip mengenai Eon?"

[Tidak]

Eon kah… Hmm… biarkan aku berpikir sebentar.

Jika begini… kemungkinan… kalau begitu… bisa jadi!... Tidak… tapi ada kemungkinan juga… tidak-tidak, itu pasti tidak mungkin… tapi, jika dipikir secara logika… jika aku harus membuat asumsi….

Benar juga, apakah jangan-jangan Eon ada di Melofranist?

"Melofranist, apa yang Ares amati di Ruang Pengamatan?"

[Jiwa bernama Urcas Solares Ivolk Melofranist]

"Haaaa..? Apa-apaan namanya itu?"

Urcas, dia adalah Kehidupan yang ditugaskan untuk menyebarkan Benih Kehidupan.

Solares, itu jelas-jelas adalah nama Pencipta. Dan sangatlah jelas jika dia berhubungan dengan Solares.

Ivolk, itu pasti memiliki arti.

Sedangkan Melofranist, adalah nama dari Dunia. Memiliki nama dari Dunia, sebenarnya tidak memiliki arti tertentu. Tetapi, itu seperti memberi identitas pada Jiwa, jika Jiwa tersebut berasal dari Dunia bernama Melofranist.

"Melofranist, apa ada arsip mengenai Ivolk?"

[Ada]

"Tunjukkan"

[Itu akan mengonsumsi banyak sekali Energi Dunia]

"Tak apa"

Setelah itu, semua mengenai Ivolk terpampang di layar utama.

Secara singkat, Ivolk adalah individu yang hidup di Dunia sebelumnya. Dunia di mana, Solares belum menjadi Pencipta. Dunia yang dimaksud, adalah Dunia tanpa Pencipta, yang Runtuh dan melahirkan Seorang Pencipta – yaitu Solares.

Ivolk, memiliki seorang yang dicintai bernama Iwesslina. Setelah kematian orang yang dicintainya tersebut, Ivolk menjadi depresi, dan bunuh diri.

"Yah.. tidak ada yang spesial darinya, kan?"

Tetapi, mengingat Ares yang sebegitu terobsesinya dengan Eon, yang kemungkinan adalah Ivolk. Pasti ada sesuatu dibaliknya.

Mungkin saja, Solares adalah wanita yang dicintainya tersebut. Lagipula, bukan tidak mungkin jika wanita itu dihidupkan kembali dengan teknologi yang tersedia saat itu.

Sayangnya, jika aku ingin melihat arsip lengkap tentang Ivolk, itu akan memakan waktu bertahun-tahun walaupun proses data kupercepat hingga 5x playback speed.

Intinya, Eon, Ivolk dan Urcas adalah individu yang kemungkinan besar adalah sama. Hanya saja, ada terlalu banyak misteri yang tidak bisa kupecahkan karena kendala waktu.

Tapi yang pasti, jika aku ingin mengetahui lebih banyak mengenai Eon, maka aku harus bertanya pada Ares.

Aku sangat penasaran siapa itu Eon. Dalam ingatanku, tidak ada satupun yang menyebutkan tentang Eon. Sedangkan Melofranist sendiri tidak tahu akan hal itu. Jadi, satu-satunya jalan terakhir bagiku untuk tahu tentang Eon adalah dengan bertanya pada Ares.

Tetapi… apa aku harus keluar dan berdiri di depannya setelah dia mengucapkan sumpah itu? Sumpah untuk membunuhku.

"Hi.. ih..." Aku menggelinjang sambil merinding saat memikirkan ingatan tertentu.

Mungkin lain kali saja aku bertanya tentang Eon pada Ares. Setidaknya, hubunganku dengan Ares harus menjadi lebih baik.

Sekarang, mari aku coba cari mengenai Iwesslina.

"Melofranist, berikan Riwayat Jiwa Iwesslina."

[Energi Dunia tidak cukup]

"Hwaat..? Serius? Memangnya sebegitu besarnya kah Energi Dunia yang dikonsumsi?"

[Ya]

Entah mengapa, aku merasa menyesal sudah memboroskan Energi Dunia untuk hanya mencari tentang Ivolk.

Jika ada waktu, aku harus menonton Riwayat Jiwa Ivolk ini dari awal sampai akhir.

Jika aku tidak melakukannya, maka Energi Dunia yang digunakan akan menjadi sia-sia.

Paling tidak, aku harus mencari misteri tentang Ivolk terlebih dahulu, baru kemudian aku akan menanyakan tentang Eon pada Ares. Sambil melakukan itu, aku bisa mengamati Urcas dan mengurusi Melofranist.

===