webnovel

History Of Melofranist

Untuk sementara sejak tulisan ini dibuat, saya kemungkinan besar akan jarang update karena banyak sekali hal yang harus dilakukan. ### Ada sebuah Dunia bernama Melofranist. Melofranist adalah Dunia yang diciptakan oleh Pencipta Solares, dan sejarahnya berhasil kita rekam dalam bentuk sebuah kisah. Kisah ini, tidak menceritakan tentang sebuah perjalanan hidup seorang tokoh. Melainkan, menceritakan tentang perjalanan sebuah Dunia – dari terbentuk sampai hancur. Kisah yang luar biasa panjang, yang terdiri dari berbagai kacamata sudut pandang tokoh-tokoh. Setiap Akhir, merupakan sebuah Awal yang baru. Begitupun sebaliknya. Walaupun Melofranist Runtuh, tetapi itu juga merupakan Awal dari Cerita Baru. Begitu juga dengan Melofranist yang terbentuk dari sebuah akhir Cerita Lama. ### Note: Dalam Sipnosis paragraf pertama, disebutkan kata "kita". Ya, itu tidak salah. Karena mereka adalah yang bertugas merekam segala sejarah dari berbagai Dunia milik Pencipta yang tak terhitung jumlahnya, kedalam bentuk cerita yang bisa dinikmati. Dengan kata lain, membuat sebuah pelajaran sejarah menjadi sebuah cerita yang menyenangkan untuk dilihat. Dan Melofranist, adalah salah satu kisah dari sebuah Dunia di antara Dunia seluruh Dunia yang ada di Alam Semesta. Melofranist, merupakan satu dari Dunia-dunia di Alam Semesta yang setiap volumenya akan memiliki tema dan genrenya tersendiri – tidak terfokus pada satu tema atau genre. UPDATE Update: Diusahakan 1 Ch/Minggu Isi: Sekitar 3-4k words/Chapter Mohon dimengerti, karena saya harus mengerjakan segalanya sendirian, termasuk editing. PERINGATAN Plot Armor disini tipis untuk setiap Character. Lagipula, ini adalah kisah sebuah Dunia, bukan Tokoh. Intinya, yang suka Happy Ending dan Cerita yang Ringan mending mikir dulu. Novel ini memiliki banyak Ending untuk setiap Characternya - entah baik atau buruk. Kemudian, dalam Novel ini, akan mengandung banyak sekali detail, konsep, filosofi, dan beberapa adegan yang agaknya sadis atau kurang senonoh. Karena itulah, dimohon pengertiannya untuk para pembaca dalam membaca. Catatan Author: Saya seorang Penulis baru, dan ini karya pertama saya. Saya tahu bahwa Novel ini terlalu besar untuk saya kerjakan dengan skill saya. Tetapi saya akan terus berusaha dan memperbaiki Novel ini – tak peduli apa, saya tak akan pernah "Drop" Novel ini. Rencananya, akan ada puluhan Volume untuk Novel ini. Lagipula, Novel ini bercerita tentang sejarah panjang dari sebuah Dunia bernama Melofranist. Dan, jika ada kesalahan, bisa tolong di komen ya… Sekian, Terima Kasih dan Selamat Membaca.

Melofranist · Fantasy
Not enough ratings
14 Chs

Chapter 3 - Benih Kehidupan

==Pov Urcas==

Sekarang sekitar tengah hari – dalam waktu 24 jam, mereka akan datang ke Altar Dunia. Jadi, apa yang harus kulakukan sekarang?

Aku sudah tidak mengantuk lagi, dan sekarang aku bebas untuk melakukan apa saja.

'Apa yang harus kulakukan ya…?' pikirku.

Biasanya, aku akan makan sesuatu yang manis. Tetapi, dimana aku bisa mendapatkan makanan?

Selain makan, aku akan melakukan sesuatu bersama Pencipta. Entah itu bermain, ataupun belajar. Tetapi sekarang, Pencipta tidak ada bersamaku.

Selain melakukan 2 hal itu, aku juga menggunakan Komputer. Entah itu untuk menonton, atau bermain game. Tetapi sekarang, aku tidak bisa menggunakannya lagi.

Aku sadar, kalau semua rutinitasku yang sebelumnya, sudah tidak bisa lagi diterapkan di sini – di Melofranist.

Walaupun begitu, aku tidak terlalu sedih karena tidak bisa menikmati semua kenikmatan tersebut.

Lagipula, tempat ini sangat luas, dan ada banyak hal yang bisa dieksplorasi secara langsung dengan mata kepalaku sendiri – bukan melalui foto atau video.

'Jadi… Apa yang harus kulakukan sekarang..?' Itulah yang menjadi pertanyaanku sekarang.

….. (Beberapa menit kemudian)

Yah.. bagaimana dengan melihat Benih Kehidupan?

Ya.. itu ide bagus..!

Aku mengeluarkan Benih Kehidupan dari Ruang Penyimpanan, dan mengamatinya dengan seksama.

Jika dilihat secara umum, Botol ini akan tampak seperti botol miras. Dengan warna kaca tembus pandang, kaca di bagian leher botol yang berwarna hitam, dan tutup sumbat yang terikat tali ke leher botol.

Botol dari Benih Kehidupan, terbuat dari bahan kaca. Kaca ini sangat tipis, bagaikan sebuah gelembung sabun – sehingga ini sangatlah ringan, rasanya seperti mengangkat udara.

Pencipta bilang, kalau Botol ini tidak akan pecah.

Aku percaya dengan apa yang Pencipta katakan, tetapi aku masih memiliki keraguan akan hal itu.

Dan untuk menghilangkan keraguan itu, aku melakukan uji coba.

Karena tujuanku adalah untuk mengetahui apakah ini bisa pecah atau tidak, aku memilih cara ekstrem dalam melakukannya.

Aku, dengan sekuat tenagaku melempar Botol yang berisi Benih Kehidupan ke arah Bangunan Kayu di tengah Altar Dunia.

Aku melemparnya, dan dalam sekejap Botol meluncur cepat dan menghantam kayu.

*Thud..

Bunyi tumpul terdengar akibat tabrakan.

Aku bisa melihat, kalau Botol itu tidak pecah sama sekali. Malahan, kayu yang ditabrak oleh Botol terlihat samar agak sedikit cekung ke dalam.

Hmm.. ini hanyalah sebuah tes ringan. Tetapi harus kuakui, kalau dengan ketipisan seperti ini masih dapat mampu untuk tidak pecah setelah kulempar seperti itu. Kedepannya, mungkin aku bisa mencoba menggunakan hydrolic press dalam uji coba lainnya.

Baiklah, selanjutnya mari kita amati isi dari Botol itu.

Benih Kehidupan.. itulah yang ada di dalam Botol ini. Cairan berwarna kuning bercahaya, yang tampak seperti cairan merkuri – kekentalannya.

Aku membuka sumbat tutup botol, kemudian dengan sangat hati-hati dan perlahan aku memiringkan leher botol.

Dengan postur tubuh seperti seorang ahli kimia yang sedang menakar dosis, aku fokus memiringkan leher botol.

Dan akhirnya, setetes..- tidak… itu bukan lagi setetes, melainkan sebutir pasir.

"Apaa..? Segini aja?"

Aku sangat terkejut saat mengetahui kalau Benih Kehidupan yang keluar hanya berjumlah sangat sedikit.

Akhirnya aku mencoba untuk memiringkan lagi Botol itu – kali ini lebih dalam.

Tetapi tidak ada sebutir-pun yang keluar.

'Ah..~ mungkin aku kurang miring dalam memiringkannya', aku mencoba berpikir positif, dan memiringkannya lagi.

Tetapi hasilnya, tak sebutir-pun yang keluar. Ini membuatku agak frustasi, dan dengan kasar membalik leher botol 180 derajat kebawah.

Dan sama seperti sebelumnya, tidak ada sebutir-pun yang keluar.

"Tidak mungkin…." Aku tercengang.

Ini tidak mungkin…

Harusnya, jika kamu membalik sebuah gelas berisi air, maka air itu akan tumpah. Tetapi dalam situasi yang sedang kuhadapi, air itu tidak tumpah sedikitpun.

Ini tidak mungkin! Ini menentang hukum fisika!

Tetapi… kenapa aku bisa sebegitu bodohnya? Pencipta adalah sosok yang bisa melampaui hukum fisika, jadi kenapa benda buatannya tidak bisa?

Jadi.. mari sudahi usaha bodohku ini, dan fokus pada sebutir Benih Kehidupan di tanganku ini.

Hah… Sekarang, mari kita lihat Benih Kehidupan di tanganku ini.

Benih Kehidupan… Ini sangatlah kecil. Aku tidak tahu ukuran pastinya, tetapi ini tampak lebih kecil dari pasir, dan sebesar debu. Jika saja ini tidak bercahaya, maka aku tidak akan tahu kalau ini adalah Benih Kehidupan, melainkan sebutir debu.

Selain itu.. tidak ada yang bisa kukatakan.

Sungguh disayangkan, di dalam Ruang Penyimpanan, hanya ada buku dan beberapa barang dasar. Aku tidak memiliki benda-benda seperti kaca pembesar ataupun microscope.

Jadi, tidak ada yang bisa kukatakan lagi, selain fakta kalau Benih Kehidupan ini seperti sebuah debu bercahaya.

Akhirnya, aku membalik telapak tanganku, dan membiarkan Benih Kehidupan ini jatuh ke tanah.

Dan sekali lagi, sebuah hal yang menentang hukum fisika terjadi lagi.

Benih Kehidupan itu tidak terpengaruh oleh hembusan angin. Dan Benih Kehidupan itu jatuh ke tanah dalam gerakan yang sangat lambat – seperti sebuah slow-motion.

Dari posisi dudukku, Benih Kehidupan itu membutuhkan waktu sekitar 1 menit agar bisa menyentuh tanah yang berjarak sekitar 30cm diatas permukaan tanah

Selama waktu itu juga, aku dengan sangat fokus memperhatikan Benih Kehidupan itu dari segala arah. Tetapi hasilnya nihil, tidak ada informasi apapun yang bisa kudapatkan.

Dan akhirnya, Benih Kehidupan itu menyentuh tanah.

"AAARRRGGGGHHH..!!! HWA..! AAA…! HHAAAA..!"

Aku berteriak sangat keras karena kesakitan sambil menyentuh kedua mataku. Tubuhku terjungkal ke belakang, berguling ke kiri dan ke kanan, dan menggeliat-liat kesakitan.

Momen selanjutnya dari Benih Kehidupan yang menyentuh tanah, adalah sebuah momen yang paling menakutkan dalam hidupku.

Kenapa kusebut menakutkan? Itu karena, ini adalah kali pertama aku merasakan rasa sakit sebesar ini.

Mataku… mataku terasa sangat perih dan panas.

Pernah sekali aku terkena benda panas, dan rasanya perih. Tetapi ini kali pertama aku merasakan rasa perih yang luar biasa dan rasa sakit di mata.

Dan setelah beberapa detik, aku mulai agak tenang. Walaupun begitu, rasa sakit yang kurasakan masihlah sama, hanya saja adrenaline mulai sedikit mengurangi rasa sakit.

"Hngh…. ahaha… Uhu..!" Aku masih mendesah dan meringis kesakitan.

Setelah beberapa menit berguling-guling, menggeliat, menekan mata, mendesah dan meringis kesakitan, akhirnya sebuah mukjizat terjadi.

Pada suatu detik, rasa dingin terasa di mataku – menggantikan rasa perih dan panas.

Dan dalam beberapa detik, mataku menjadi sembuh dan penglihatanku kembali.

Tetapi bukannya senang, aku malah menjadi agak takut.

Aku takut, pada sesuatu yang menyembuhkan mataku. Aku takut, karena aku tidak tahu. Tetapi aku menduga, kalau ini pasti berhubungan dengan Pencipta.

Tetapi tetap saja, yang paling aku takutkan adalah rasa perih dan panas yang kurasakan barusan.

Ini…-semua yang terjadi, bagaikan sebuah mimpi buruk yang terasa nyata dan menakutkan.

Sebelumnya, Botol kaca tipis yang tidak pecah, lalu Benih Kehidupan yang hanya sebutir yang keluar dan, Benih Kehidupan yang jatuh lambat dan tak terpengaruh angin. Semuanya adalah ilusi, tetapi rasa sakit itu adalah hal yang nyata!

Dan sekarang, setelah rasa sakit itu hilang, semuanya terasa seperti sebuah mimpi buruk.

Aku takut… Sangat ketakutan. Tetapi dalam beberapa menit, rasa takut itu menjadi hilang, bagaikan sebuah mimpi yang telah berlalu dan mulai kulupakan.

Walaupun begitu, aku masih bisa membayangkan rasa sakit yang kurasakan di mataku.

Tetapi sekali lagi, semua yang barusan terjadi hanyalah sebuah mimpi – mimpi yang telah berlalu…

Dan untuk menenangkan diriku, aku meminum air dan membasahi kepalaku – sekalian membilas kepalaku dari keringat dingin, air mata, dan sedikit darah kental.

Untungnya, itu efektif, dan aku menjadi lebih tenang dan bisa berpikir jernih.

Apa yang bisa kusimpulkan adalah, Benih Kehidupan itu berbahaya – berbahaya jika aku melihatnya.

Mungkin juga, alasan kenapa Benih Kehidupan jatuh sangat lambat adalah untuk memberi waktu bagiku untuk lari.

Mungkinkah ini sudah diatur oleh Pencipta? Tetapi aku hanya terlalu bodoh untuk menyadarinya? Dan malah berakhir memalukan seperti ini..

Setelah kejadian yang barusan menimpaku, aku menjadi sadar kalau aku masih sangat bodoh.

Mungkin karena itu juga Pencipta mengisi Ruang Penyimpanan milikku dengan Buku Pelajaran yang sangat banyak.

Sepertinya.. mulai sekarang aku harus lebih giat belajar, dan tidak boleh malas lagi.

"...?"

Aku terlalu fokus pada pikiranku, hingga aku tidak sadar kalau sekelilingku telah dipenuhi banyak cahaya-cahaya kecil

Rasa takut masih tersisa dalam diriku saat melihatnya, tetapi sekarang sudah tidak apa-apa.

Benih Kehidupan… mungkin aku tahu alasan kenapa aku bisa kesakitan seperti tadi.

Jika dijelaskan secara logika, Benih Kehidupan yang seukuran debu itu ternyata merupakan gabungan dari ribuan Benih Kehidupan lainnya.

Dan saat menyentuh tanah, Benih Kehidupan yang berjumlah puluhan ribu, langsung tersebar ke segala arah. Dan bagi mataku, itu tampak seperti sebuah cahaya yang membakar mata.

Sekarang, jika kulihat salah Benih Kehidupan ini dengan seksama. Aku bisa melihat kalau ukuran mereka sama seperti sebelumnya. Maksudnya, Benih Kehidupan yang tadi ada di telapak tanganku telah membelah diri menjadi puluhan ribu.

Aku mencoba menyentuh Benih Kehidupan itu, dan yang terjadi malah Benih Kehidupan itu tak terpengaruh olehku.

Aku mencoba menamparnya, berharap agar luas permukaan dari telapak tanganku dapat menggeser posisinya di udara. Tetapi yang terjadi malah Benih Kehidupan itu menembus tanganku.

Dalam pandanganku, Benih Kehidupan tampak seperti sebuah hologram, sebuah ilusi, atau sebuah halusinasi.

Benih Kehidupan… Mereka bersinar dalam cahaya kekuningan. Mengambang di udara, dan bergerak ke arah tak menentu.

Aku mencoba untuk mengamati pergerakan salah satu Benih Kehidupan.

Benih Kehidupan itu, mengambang dan bergerak ke arah tak menentu. Kemudian mendarat di salah satu helai daun rumput dan cahaya mereka menjadi agak lebih terang.

Setelah beberapa saja, cahaya mereka meredup, lalu bergerak ke rumput lainnya.

Aku memetik helai daun yang Benih Kehidupan tadi mendarat dan bercahaya. Aku menggunakan mataku dan fokus untuk melihat apakah ada yang berbeda dengan rumput ini, tetapi hasilnya nihil – tidak ada yang berubah, rumput ini terlihat normal bagiku.

Akhirnya, aku kembali mengamati Benih Kehidupan lainnya, dan tanpa terasa waktu berlalu sampai langit mulai ungu-jingga.

Setelah puas..- maksudku bosan mengamati Benih Kehidupan dan rumput disekitarnya, aku duduk dan memikirkan apa yang bisa kusimpulkan dari semua yang telah terjadi.

Dan akhirnya aku mendapat sebuah kesimpulan.

Memikirkan semua yang telah terjadi, itu berarti Benih Kehidupan yang ada didalam botol itu pasti berjumlah sangat banyak.

Jutaan.. miliyaran.. triliunan.. entahlah, tetapi Benih Kehidupan yang ada di dalam Botol ini pastilah sangat banyak.

Dan tugasku, adalah menyebarkan Benih Kehidupan ini diseluruh Melofranist.

Butuh berapa waktu untuk melakukannya? Jika memperkirakan kalau Benih Kehidupan yang sebesar debu itu, dan membandingkannya dengan volume Benih Kehidupan di dalam Botol.

Maka… mungkin aku akan butuh waktu puluhan.. tidak, mungkin saja ratusan tahun untuk menyebarkan semua Benih Kehidupan di dalam Botol ini ke seluruh Melofranist.

Ah… bagaimana kalau aku membuka Bab Wilayah di Buku Pengetahuan Dasar Melofranist?

Dengan begitu, aku bisa memperkirakan lebih tepat waktu yang kubutuhkan, juga sebesar dan seluas apa Melofranist ini.

Aku membuka Buku, dan membalik halaman ke Bab Wilayah.

Pada lembar pertama Bab Wilayah, adalah sebuah kertas yang terlipat dan sangat tebal.

Kemudian, aku membuka lipatan itu, dan mendapati sebuah peta dunia.

|_| (Terlipat)

|_| ↑

|_| (Bukaan 1)

|_|↓

|_|_|

|_|_| → (Bukaan 2)

|_|_|

|_|_||_|

|_|_||_| → (Terbuka)

|_|_||_|

Butuh beberapa saat bagiku untuk membuka lipatan tersebut. Dan saat aku membukanya secara penuh, akan tampak 9 bagian yang membentuk 1 lembar besar.

Lembat tersebut, memuat Peta Dunia yang tampak seperti foto satelit.

Pada lembar kedua, memuat Peta Dunia yang berisi perbedaan iklim di setiap benua dan wilayah di Melofranist.

Lembar ketiga, memuat Peta Dunia yang berisi elevasi setiap wilayah. Dan banyak lagi jenis Peta Dunia.

Kemudian, pada suatu halaman memuat gambaran lebih detail untuk setiap petak di Peta Dunia.

|1|2||3|

|4|5||6| (Pembagian)

|7|8||9|

Pada setiap satu lembar, memuat 1 bagian dari peta dunia. Peta ini memuat detail seperti mata air, ketinggian, suhu, arah angin, nama wilayah dan banyak lagi.

Kemudian, ada juga Peta Underground dan Tanah Langit – tempat tinggal Devil dan Angel.

Kesimpulannya, Bab Wilayah memuat Peta berbagai wilayah dan penjelasan beberapa nama wilayah.

Dan juga… aku menyadari, kalau Altar Dunia tidak ada dimanapun – bukan di Melofranist, tetapi di suatu tempat lain yang aku tidak tahu itu dimana.

Melihat luasnya Melofranist, ditambah adanya Underground dan Tanah Langit, membuatku merasa agak lelah.

Maksudku… Aku merasa kalau ini akan menjadi perjalanan yang sangat panjang.

Ratusan tahun, aku butuh beberapa ratus tahun untuk menyelesaikannya – tentu saja jika aku melakukannya dengan cara primitif seperti berjalan kaki.

Bagaimana jika aku membuat sebuah pesawat terbang? Cukup setahun, aku pasti bisa menyelesaikan tugas ini. Tetapi, tidak mungkin bagiku untuk membuat teknologi seperti itu sendirian.

Aku butuh orang membantuku dalam bekerja. Tetapi.. dengan 42 kehidupan, apa yang bisa kulakukan? Sekiranya, aku butuh waktu 1 millennium jika ingin membangun peradaban.

Ya.. 1 millennium, jika aku mempertimbangkan banyak faktor seperti kematian akibat usia tua, luka, penyakit dan lain-lain.

Tetapi… sepertinya aku akan mati duluan dalam 100 tahun.

Jadi, kesimpulannya adalah, aku paling tidak harus membuat sepeda dan sebisa mungkin menyebarkan Benih Kehidupan ke seluruh Melofranist sampai akhir hayatku.

Sebisa mungkin dalam 100 tahun hidupku, aku ingin setidaknya dapat menyebarkan Benih Kehidupan di 50% dari luas Melofranist.

Hah… ini akan menjadi perjalanan yang sangat panjang tanpa akhir, yang akan berakhir dengan kematianku.

Kuharap, saat aku mati nanti, Pencipta tidak akan marah karena aku hanya menyelesaikan setengah dari permintaannya.

Ini sudah 2 hari sejak aku di Melofranist, dan sekarang jam 10:40. Kenapa aku bisa tahu?

Yah.. jawabannya adalah karena gelang ini.

Jadi, selama semalaman aku tidak bisa tidur karena kejadian kemarin siang yang masih menyisakan sedikit ketakutan dalam diriku. Alasan lainnya, adalah karena aku merasa lapar – sudah hampir 40 jam sejak aku terakhir kali makan.

Karena itulah, aku memutuskan untuk mempelajari lebih dalam tentang Peta Dunia. Dan saat bosan, aku mengotak-atik barang-barang pemberian Pencipta seperti Gelang ini.

Aku baru tahu, kalau Gelang Putih ini adalah jam tangan, yang dapat menentukan waktu.

Seperti ini tulisannya...

10:41 - 1/731.944

Fungsi dari gelang ini adalah penunjuk jam. Disampingnya juga ada angka 1, yang sepertinya itu adalah menunjukkan hari. Tetapi, bagaimana dengan angka 731.944 itu? Memangnya apa yang akan terjadi saat hari sudah mencapai 731.944 hari?

Aku tidak tahu.. dan aku tidak mau tahu! Tidak ada petunjuk untuk aku menjawab misteri ini, dan memang tidak ada yang bisa kulakukan untuk mencari tahu. Lagipula, tidak sampai 731.944 hari, aku pasti sudah mati tua saat itu.

Dan sekarang, aku sedang mengamati Benih Kehidupan. Aku mengamatinya, karena aku ingin tahu apakah ada perubahan pada mereka sejak kemarin.

Berbeda dari yang kemarin, Benih Kehidupan telah tersebar di seluruh Altar Dunia, jadi butuh usaha untuk bisa menemukan satu.

Dimana ya… Ah..! Itu dia. Cahaya mereka cukup mencolok, bahkan di siang hari.

Aku mendekatinya, dan mencoba untuk memperhatikannya dengan seksama.

Dan hasilnya adalah tidak ada perubahan apapun pada mereka.

Yah.. mungkin itu adalah hal yang normal. Lagipula, dalam satu hari memangnya ada perubahan yang besar? Mengingat ukuran mereka yang mikro, kalaupun ada perubahan, aku tak akan bisa melihatnya dengan mataku.

*Kruukk…

Perutku berbunyi karena lapar. Tetapi dimana aku bisa makan? Apa aku harus makan rumput? Tentu saja tidak! Harga diriku, dan seleraku tidak membiarkanku untuk melakukan tindakan putus asa seperti itu.

Ah…! Aku lapar…! Sudah dari kemarin aku tidak makan, dan aku sangat lapar!

Tunggu! Apakah kotak hitam ini berisi makanan?

Sebelumnya Pencipta bilang kalau kotak hitam ini berisi sesuatu yang kubutuhkan. Jadi bukannya sekarang adalah saatnya membukanya?

Tidak, tunggu.. apakah situasiku saat ini sangat genting?

Harusnya situasiku tidaklah genting. Lagipula, tubuh manusia itu bisa tetap hidup walau tidak makan selama 3 minggu lebih.

Jadi, yang harus kulakukan sekarang adalah berharap dan mengeluh agar aku bisa makan.

Aaa…. Aku lapar...

"Hah… aku lapar..." keluhku karena lapar.

"Lapar?" Suara seorang wanita merespon keluhanku.

"Hwaa! Siapa?" teriakku kaget.

Aku menoleh ke arah belakang – sumber dari suara berasal. Dan aku melihat seseorang, seorang wanita berdiri tepat di belakangku.

Sekilas, aku melihat sosoknya sebagai Pencipta. Tetapi segera aku sadar kalau dia bukanlah Pencipta.

Tetapi.. tunggu… wanita ini muncul tanpa terdengar suara Portal. Apakah dia Pencipta? Tidak.. tidak mungkin kalau dia adalah Pencipta. Setahuku, Pencipta tak pernah mengganti penampilannya sejak saat itu – saat aku masih kecil.

Mungkin saja aku yang terlalu fokus pada perutku hingga tidak mendengar suara Portal terbuka. Hmm.. sepertinya memang begitu.

Jadi siapa dia? Rambutnya berwarna hijau muda, pupil matanya juga hijau muda, telinga runcing memanjang ke atas, kulit putih seirama dengan warna gaunnya dan suaranya cukup indah!

Hmm… suaranya terdengar agak familiar.

"Suara ini… Elfie?" Aku memastikan.

"Maaf membuatmu terkejut, Tuan Utusan. Perkenalkan, nama saya Elfie, dari Ras Elf. Saat saya baru sampai, saya mendengar Tuan berbicara sendiri. Tetapi bagaimana Tuan tahu nama saya?" Elfie memiringkan kepalanya sedikit saat berbicara.

Elfie.. Elf.. begitu, sepertinya dia datang lebih awal. Saat ini, masih jam 11:02. Bukannya dia datang terlalu cepat? Tidak.. itu bukan masalah, tak peduli mau dia datang seawal apapun.

"Elfie ya.. aku mengenal suaramu di Ponsel. Dan juga kenapa kamu menyebutku Tuan Utusan?"

Benar.. Tuan Utusan. Itu adalah pertanyaan yang tak bisa kupecahkan, entah bagaimana aku berusaha keras untuk berpikir.

"Bukannya Tuan adalah Wakil dari Pencipta?"

"...?"

Wakil? Apa maksud dia aku ini seseorang yang berhubungan dengan Pencipta?

"Hmm.. yah, terserahlah.. kamu boleh menyebutku Tuan Utusan."

"Baik Tuan. Apakah Tuan ingin memakan sesuatu? Tadi saya tanpa sengaja mendengar kalau Tuan lapar."

Makanan? Tentu saja aku mau! Aku lapar!

"Ya, aku lapar. Bisakah aku memakan sesuatu? Apa yang kamu punya?"

"Silahkan ikuti saya ke Hutan Felven, karena makanannya ada di sana."

Elfie membuka Portal ke Hutan Felven. Saat Portal muncul, kamu dapat melihat hutan dan merasakan angin sejuk berhembus dari hutan. Aku juga bisa melihat adanya kabut tipis yang terbentuk dari perbedaan suhu.

Portal ini, terhubung secara langsung. Sensasinya memang aneh, melihat hutan di dalam Portal. Rasanya, seperti melihat lukisan hidup di tengah Padang Rumput.

Analoginya, Portal tampak seperti pintu menuju dunia lain.

Elfie masuk ke dalam Portal, dan aku mengikutinya.

Aku masuk ke dalam Portal, dan lingkungan yang awalnya adalah padang rumput berubah menjadi hutan yang lembab dan sejuk.

Aku menutup mataku dan menarik nafas dalam. Udara disini sangat sejuk, segar dan lembab. Aku membuka mataku, dan melihat pohon besar. Pohon dengan akar-akar yang mencuat dari tanah. Banyak juga jamur disini, dan di akar-akar pohon tersebut juga ditumbuhi lumut-lumut hijau.

Lumut itu.. kalau tidak salah disebut Lumut Cahaya. Aku membacanya kemarin malam. Lumut Cahaya, akan menyerap cahaya matahari di siang hari, dan bersinar di malam hari. Asalkan ada cahaya dan air, maka Lumut Cahaya dapat tumbuh dan terus bertambah jumlahnya.

"Silahkan ikuti saya Tuan.."

Elfie memimpin jalan ke salah satu pohon besar dengan sebuah rumah kecil di bawahnya.

Rumah itu kelihatan kecil, tidak memiliki pintu dan atap. Kalau ada hujan, maka air bisa membasahi seisi ruangan, tetapi seharusnya itu tidak akan terjadi – mempertimbangkan daun-daun pohon yang rimbun di atasnya menjadi atap alami.

Tetapi, kenapa tidak ada pintu..?! Itu yang membuatku heran. Seharusnya, setiap rumah memiliki pintu – entah untuk menjaga dari tamu tak diundang masuk, atau untuk kenyamanan privasi.

"Elfie, kenapa rumah ini tanpa pintu dan atap?"

"Dari awal memang begini Tuan."

Apa Pencipta lupa membuatnya? Apakah Pencipta terlalu lelah? Yah.. ini tugasku juga nanti. Aku akan membantu mereka nanti dalam membuat pintu untuk semua rumah.

"Silahkan masuk Tuan.."

Aku masuk ke dalam rumah ini. Di dalam tidak terlalu luas, dan aku bisa melihat ada 7 kursi dan meja panjang. Dan di pojok ruangan juga ada beberapa kursi dan meja yang ditumpuk.

"Silahkan duduk dimanapun Tuan mau.."

Aku duduk di salah satu kursi acak disini. Lagipula, dimanapun aku duduk, aku disini untuk makan!

*Kruyuk...

Perutku berbunyi lagi, dan seperti Elfie mendengarnya, dia cepat-cepat mengambil beberapa makanan di salah satu meja, di pojok ruangan.

"Silahkan Tuan.." kata Elfie sambil menempatkan beberapa jamur dan sayuran di atas meja.

Saat aku melihat makanan ini, aku tidak sama sekali merasa senang, melainkan aku malah merasa jijik.

Jamur? Sayuran? Aku tidak peduli akan hal itu saat sedang lapar!

Tetapi masalahnya ini sangat tidak higienis! Apa kamu tidak mencuci ini sebelum dimakan? Lihatlah ada beberapa tanah kering yang menempel di makanan!

Eew… Itu kotor! Itu menjijikan!

"Elfie..."

"Ya Tuan? Apa ada yang bisa saya bantu?"

"Aku ingin bertanya. Apakah ini tidak dicuci sebelum dimakan?"

"Mencuci ini..? Apa maksud Tuan? Saya tidak mengerti..."

"Apa!? Kamu benar-benar tidak mengerti!? Maksudku.. apa kamu tidak tahu kalau ini harus dicuci!?" nada marah dapat terdengar dalam kata-kataku.

"M-Maaf Tuan.. Sa-Saya tidak tahu kalau ini harus dicuci..." tubuh dan suaranya bergetar saat meminta maaf padaku.

Tenanglah diriku.. kenapa aku bisa marah seperti ini? Ada yang salah pada diriku. Biasanya aku bisa mengontrol emosiku dengan cukup baik, tetapi sekarang tidak seperti yang kelihatannya.

Apa mungkin karena aku sedang kelaparan? Setahuku, kelaparan dapat menyebabkan seseorang sulit mengontrol emosinya. Dan juga, sudah lama sejak aku tidak tidur.

Kedua penyebab itu, membuat moodku menjadi sangat buruk.

Dan berdasarkan situasi sekarang, penyebab inilah yang paling mendekati kebenaran.

Jadi, mari berpikir rasional. Dia tidak tahu tentang mencuci makanan. Belum genap 2 hari sejak Ras Awal terbentuk, yang secara teknis umur mental dia berumur 1 hari lebih.

Dan sekarang dia sedang bersedih hati. Walau tubuhnya adalah seorang wanita dewasa, aku yakin kalau mentalnya adalah seorang gadis kecil.

Kalau dipikir-pikir, Pencipta pernah bilang padaku bahwa mereka juga sama cerobohnya seperti aku. Dan pernyataan Pencipta semakin menguatkan teoriku tentang umur mental mereka yang masih anak-anak.

Jadi respon yang tepat untuk kejadian ini bukanlah marah, tetapi memberi solusi. Mengajarinya.. atau memberi saran adalah hal yang tepat untuk dilakukan sekarang.

Marah hanya akan memperburuk keadaan sekarang. Lagipula, aku adalah pihak yang membutuhkan – tidak semestinya aku marah pada Elfie yang berniat baik.

Dan juga, marah hanya akan membuang-buang waktuku, dan memperburuk kendali atas emosiku.

"Sudahlah.. lupakan. Aku hanya terlalu lapar jadinya sulit mengontrol emosiku."

"..." Elfie hanya diam, dan bibirnya cemberut, tetapi tidak menangis walau matanya berkaca-kaca.

"...!"

Akh…! A-Apa i-ini..? Tidak… bukan itu… Tetapi kenapa hatiku tersentuh begini?

Imut.. lemah.. cantik.. anak-anak.. kasihan.. merasa bersalah.. banyak perasaan campur aduk didalam hatiku.

Tetapi yang paling penting, ini adalah kali pertama bagiku melihat seseorang dengan ekspresi seperti ini. Seorang yang menunjukkan ekspresi sedih, dan membuatku merasa bersalah.

Tidak pernah.. tidak pernah sekalipun Pencipta menunjukkan ekspresi lemah seperti ini. Pencipta selalu riang dan tersenyum saat didepanku. Tidak pernah sekalipun aku melihat Pencipta menangis.

Walaupun aku sering menonton adegan dimana tokoh wanita bersedih seperti ini, tetapi ini adalah pertama kalinya dalam hidupku bisa menghadapi situasi seperti ini.

Tanpa kusadari, emosiku mengendalikan tubuhku, dan tanganku bergerak sendiri.

Aku mengangkat tanganku dan Elfie tidak bergeming sedikitpun. Saat tanganku mendarat di kepalanya, dia menutup kedua matanya. Matanya yang berkaca-kaca tertutup dan air matanya mengalir turun membasahi pipinya.

Detik berikutnya, aku membelai lembut kepalanya. Setelah itu, matanya terbuka dan menatapku dengan bingung.

"Tuan?" katanya pelan.

"Maaf Elfie, aku yang salah karena salah paham." Aku mengatakan aku salah paham, karena memang aku salah paham mengenai dirinya.

"..." Elfie terdiam dan bibirnya masih cemberut.

"Jadi jangan menangis ya?" kataku dengan lembut.

Aneh… hatiku terasa ikut sedih saat melihatnya seperti ini.

Aku tidak tahu ini disebut apa, tetapi aku merasa kalau ini disebut iba, kasihan, atau mungkin rasa bersalah? Entahlah.. aku tidak mengerti dengan tepat apa yang kurasakan sekarang.

Tetapi yang pasti, aku tidak ingin dia terus bersedih seperti itu. Dan aku merasa harus melakukan apapun agar bisa membuatnya tak menangis lagi.

Ah… mungkin yang kurasakan sekarang adalah rasa bersalah.. atau..- entahlah, aku tidak tahu...

"Emp.." Elfie mengangguk atas kata-kataku, kemudian mengangkat tangannya untuk mengusap air mata di pipinya.

Entah mengapa, aku sangat menikmati saat membelai Elfie yang sedang berusaha keras mengeringkan matanya dengan punggung tangannya.

Ya.. Elfie berusaha keras mengeringkan air matanya yang masih…- atau mungkin lebih deras mengalir.

Aneh.. sangat aneh. Sensasi aneh yang kurasakan ini tak bisa kudeskripsikan. Pikiranku saat ini adalah aku ingin membuat Elfie tersenyum dan tak ingin dia menangis.

Tunggu.. jika bukan rasa bersalah yang kurasakan, apakah yang kurasakan adalah jatuh cinta?

Tidak.. aku akan mengatakan "tidak" untuk pertanyaan random itu. Alasannya?

Yah.. karena aku mengatakan "tidak".

Kalaupun aku jatuh cinta, mungkin aku jatuh cinta pada Pencipta. Lagipula, aku tak pernah sekalipun mengerti tentang makna jatuh cinta sebenarnya.

Ah.. benar juga. Aku baru ingat, kalau ini adalah pertama kalinya aku melihat seorang wanita menangis secara nyata.

Pencipta, selain bukan karena menguap atau kelilipan matanya, dia tak pernah menitikkan air matanya. Setiap hari, bulan, tahun dia selalu ceria dan sangat jarang sekali menunjukkan emosi kesedihan.

Terakhir kali dia terlihat sedih, adalah kemarin saat aku bertanya tentang arti kata Ivolk.

Tetapi tetap saja, Pencipta tak pernah menangis seperti Elfie yang sekarang.

Ya, pada akhirnya, ini adalah sebuah perasaan baru yang tidak mengenakkan hati. Dan ini juga pengalaman pertamaku dalam membuat seseorang menangis.

"Kalau begitu Elfie, aku akan mengajarimu cara mencuci makanan. Dan kedepannya kamu juga harus mencuci makanan. Jadi, bisakah kamu memberitahuku sumber air terdekat?"

"Ya, tolong ikuti saya Tuan.."

Elfie segera melepas tanganku dari kepalanya dengan lembut, dan segera berlari kecil keluar dari ruangan. Aku menyimpan makanan di Ruang Penyimpanan, dan keluar dari ruangan – mengikutinya ke aliran air kecil yang tidak jauh dari sini.

"Elfie, aku akan mengajarimu cara mencuci makanan."

Elfie tidak merespon, tetapi matanya terpaku melihat tanganku yang sedang mencuci makanan di air.

Setelah bersih, aku langsung memakannya. Kemudian lanjut mencuci makanan selanjutnya. Apa yang kulakukan agak kurang beretika, tetapi rasa lapar mendorongku untuk melakukannya.

Sayangnya, rasa laparku belum cukup besar untuk mendorongku memakan makanan kotor seperti sebelumnya.

Selesai makan, aku minum, kemudian mengisi botol minumku dengan air. Setelah itu aku menyimpannya di Ruang Penyimpanan, dan membuka Portal ke Altar Dunia.

"Ayo pergi, sebentar lagi akan dimulai." kataku sambil melihat jam yang menunjukkan pukul 11:34.

Aku memasuki Portal bersama Elfie yang berada di belakangku, menuju ke Altar Dunia. Setelah kita sampai, Portal secara otomatis tertutup.

Dan disini, telah ada seseorang yang menunggu.

===