1 Wooden Box Club

Dengan senyum evil yang menghiasi wajahku kulangkahkan kaki ke dalam club yang sudah penuh sesak dengan orang. Aroma sex dan alcohol segera menyapa hidungku, ditengah club sebuah pertunjukan sedang berlangsung, seorang lelaki dengan rambut ikal yang menutupi telinganya diikat dengan tali berwarna merah, tali itu menghiasi pergelangan tangan dan kakinya, tali merah tersebut membentuk tubuhnya dengan indah dan erotis. Seorang pria yang tidak lain adalah master dari laki-laki itu sedang berdiri didepannya dengan memegang padle yang siap meluncur kapanpun ditubuh lelaki mungil itu. Mata master yang berdiri di depannya terlihat lapar dan ingin menerkam. Master itu terus memperhatikan setiap inci maha karya yang ada didepannya, penonton yang mengelilingi mereka terlihat tidak sabar dengan aksi yang akan disuguhkan. Beberapa dari mereka telah memegang pen*s dan siap mengocok, yang lain hanya menelan ludah dengan mata penuh hasrat.

Aku berjalan ke arah bar yang tepat berada di hadapan panggung panas itu, bartender dengan rambut diikat rapi kebelakang menyapaku,

"Silahkan tuan, mau minum apa?"

"Aku ingin sesuatu yang manis dan rendah alkohol"

"Baik, segera saya siapkan"

Kududukkan diriku pada kursi didepan meja bar, sambil mataku sesekali memperhatikan pertunjukan. Pandanganku mengarah kesetiap sudut club, ini pertama kalinya aku kesini, kinky club. Biasanya aku akan pergi ke kinky club "The Playroom" tapi karena aku tak lagi bisa kesana jadi, aku memutuskan untuk berkelana mencari club lain yang sesuai dengan seleraku.

Sudah 3 minggu lamanya aku mencari kesetiap club dikota tapi mereka semua tidak se-seru "The Playroom". Aku sudah menjadi member di club itu sejak 1 tahun dan sekarang terpaksa harus mencari tempat lain, sungguh menyebalkan.

'Apa pemilik club itu sudah bosan duit sampai-sampai dia melarang member setia untuk tidak berkunjung lagi'

Mengingatnya saja sudah membuat moodku hancur. Tapi kalau diingat lagi itu bukan sepenuhnya kesalahan mereka sih, tentu saja kesalahanku – ya AKU. Saat sedang asik dengan pikiran-pikiranku bartender hot tadi memberikan pesanan.

"Silahkan dinikmati tuan" senyum ramah yang diberikannya semakin membuat pesonanya keluar. tanpa basa-basi aku langsung menyesap minumanku.

"Apakah anda baru pertama kali ke sini?" tanyanya,

"Iya, nama club ini menarik jadi aku memutuskan mampir" bohong, tentu saja.

Aku sudah mencari-cari club dan club ini adalah tempat terakhir yang ada dalam list ku. Bukan berarti tempat ini jelek, malah sebaliknya, disini nyaman, berdasarkan pengamatan singkatku bisa kusimpulkan bahwa ini adalah kinky club terbaik dikota ini. Perabotan mewah, bartender hot, minuman yang sangat sesuai dengan seleraku dan pertunjukan yang membuat pen*s ku berdiri hanya dengan menatap sekilas. Jelas sekali club ini sempurna, kecuali harga-harganya yang mahal, sh*t.

Sebelum kesini aku melakukan survei, dibeberapa blog dikatakan kalau harga minuman dan makanan disini memang mahal, belum lagi jika ingin menjadi member, biayanya bisa mencekikku. Apalah daya aku hanya remaja berusia 19 tahun yang sedang mencari jati diri dan pekerjaan yang mapan. Dengan gajiku sebagai pelayan restauran tentu akan sulit menjadi member di club ini.

"Bisakah kita berkenalan?" tawar bartender tadi

"Tentu saja, aku Lucas, kau?" jawabku,

"Panggil saja Hendrick" dia tersenyum

"Apa disini setiap hari selalu ada pertunjukan?"

"Tidak, pertunjukan hanya ada seminggu dua kali, sabtu malam dan kamis malam" jelas Hendrick, aku hanya mengangguk tanda mengerti. Hendrick kemudian melanjutkan pekerjaannya untuk melayani pengunjung lain yang terus berdatangan seiring dengan semakin larutnya malam.

Ku balikkan badan menghadap panggung yang terus memanas, tiba-tiba mataku terhenti pada sosok yang duduk disebuah sofa kulit berwarna hitam yang menghadap ke arah panggung, laki-laki itu bertubuh tegap, dengan kemeja berwarna gelap yang dimasukkan kedalam celana coklat yang membungkus tubuh seksinya, dia sangat menyihirku. Hanya dengan kaki yang menyilang dan tatapan mata lurus kearah pertunjukan dia telah membuat para sub yang berada di kaki masternya melirik nakal.

Aku tersenyum jahil memperhatikan pemandangan didepanku. Kulangkahkan kakiku pada salah seorang sub yang terus mencuri pandang pada pria itu, tapi kemudian aku menemukan sesuatu yang lebih menarik, seorang sub yang sendirian. Ini dia yang kucari!

"Hey, apakah aku boleh duduk disini?" tanyaku sambil duduk, meskipun aku bertanya tapi aku tidak peduli dengan ijinnya, karna aku adalah aku, kalau ingin duduk ya aku duduk.

"Maaf, itu adalah tempat duduk masterku" jawabnya dengan mata yang menyiratkan kekhawatiran

"Mastermu? dimana? aku tidak melihat siapapun disini!"

"Dia pergi mengambil minuman, maaf bisakah kau pergi?" pintanya, saat ini posisi dia ada dikakiku, karena aku duduk di sofa milik masternya

"Ayolah aku hanya ingin teman bicara, tidak bisakah kau menemaniku?" ucapku,

"Maaf aku hanya menuruti master ku, kumohon jangan ganggu aku" dia sangat penurut, sungguh beruntung master yang mendapatkan sub sepertinya, sangat bertolak belakang dengan diriku.

"Aku akan pergi ketika dia kembali, jangan khawatir" ucapku penuh kebohongan

"Kumohon pergilah sekarang" dia terus meminta

"Baiklah aku akan pergi setelah kau memberitahu namamu, bagaimana?" dengan sedikit tekanan akhirnya dia menjawab

"Aku Oliver, sekarang kumohon... pergilah masterku akan segera kembali"

"Ayolah, kita bisa bersenang-senang sedikit" goda ku. Tepat setelah aku menyelesaikan kalimatku seseorang berdiri dihadapanku

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya

"Oh maaf, apakah kau si master?" tanyaku pura-pura menyesal

"Iya" Jawabnya singkat

"Aku hanya menyapa sub mu sebentar, jangan marah seperti itu" godaku

"Bisakah kau mengatakan siapa dirimu dan apa keperluanmu dengan sub ku?"

"Aku Lucas dan aku tidak ada keperluan apapun, aku hanya mencari teman saja"

"Lucas?"

"Iya, apakah kau kebetulan mengenalku?"

"Kau Lucas si pembuat onar di 'The Playroom'?"

"Well, aku tidak separah itu sampai disebut si pembuat onar sih"

Aku terkejut dengan apa yang dia katakan, kurasa aku memang separah itu sampai perbuatanku diketahui oleh orang-orang. Segera aku berdiri dari tempat dudukku yang sudah tidak terasa nyaman lagi, langsung kulewati pria bertubuh besar ini dan pergi melangkah keluar dari club.

Diluar sepertinya ada keributan, 'saat yang tepat untuk beraksi' ucapku dalam hati.

Benar saja, dua orang lelaki sedang berkelahi, tanpa tahu masalahnya aku menerobos kerumunan dan memukul salah seorang pria yang berkelahi itu, sontak dia langsung membalas tepat diperut ku

"Apa yang kau lakukan dasar brengsek, masalahmu apa tiba-tiba kau memukulku?"

Aku hanya tersenyum mendengarkan ucapannya. Kulayangkan kembali pukulanku kebagian wajahnya, dia tersungkur ke bawah. Orang-orang segera menolong pria yang terjatuh itu, kemudian seorang security memegang tanganku dan mengunci gerakan ku sehingga aku tak bisa melakukan apapun kecuali berteriak.

"Sialan apa yang kau lakukan, lepaskan aku, aku belum selesai dengan si brengsek itu" teriakku

"Apa?! akulah yang belum selesai denganmu dasar bocah sialan"

Dengan segala usaha aku mencoba membebaskan diri tapi pria berbadan besar dengan baju bertuliskan security ini tak mau melepaskanku.

"Lepaskan dia Black" sebuah suara datang dari belakang membuat security ini menoleh.

"Baik bossman" seketika tubuhku bebas kembali, beberapa sendiku terasa sakit akibat kuncian dan perlawanan tadi.

"Maafkan kelakuan sub ku yang kelewat batas Mr. Bloom" ucapnya kepada pria yang tadi kupukul, bukannya marah, pria itu hanya merapikan pakaiannya dan berkata.

"Tidak masalah Mr. Wright. Dia hanya butuh pelajaran lebih banyak agar menjadi sub yang baik dan penurut" kemudian pria itu pergi meninggalkan medan tempur ini, begitu pula orang-orang. Aku yang masih bingung dengan situasi yang berubah secara tiba-tiba hanya berdiri mematung. Oh, dia kan pria hot yang dilirik oleh para sub didalam tadi.

"Apa kau baik-baik saja baby boy?" tanya nya padaku yang masih bengong.

'WHAT?! orang ini memanggilku apa? baby boy?' Gerutuku dalam hati

"Siapa kau?" tanyaku ketus

"Ayo kita ke mobilku dulu baby boy, jadi kita bisa berbicara secara pribadi"

"Mobilmu? apa kau gila? aku bahkan tidak mengenalmu!"

"Apa kau perlu mengenalku dulu? baiklah kalau begitu" tanpa peringatan dia membawaku masuk ke club lagi dengan menggendongku seperti karung beras, aku otomatis meronta tapi tubuhku yang tidak seberapa besar ini tidak berdaya menghadapi pria yang bahkan bisa mengangkatku seperti aku tidak memiliki berat sama sekali.

Setelah memasuki sebuah ruangan dia membanting tubuhku ke atas kasur kemudian dia berdiri dihadapanku dengan tangan menyilang di depan dada dan senyum evil yang menghiasi wajahnya.

"Baiklah, sekarang apa yang harus kulakukan kepada baby boy yang nakal?"

avataravatar
Next chapter