4 How am I supposed to sleep tonight?

Hari ini aku dan Danny akan berada di shift malam lagi, jadi kuputuskan untuk chat dia untuk menemaniku periksa ke dokter.

"Danny apa kau ada waktu hari ini?"

"Tentu saja Luc,

aku selalu ada waktu untukmu ;)"

"Aku ingin ke dokter.

Kurasa, aku sakit. Sejak kemarin jantungku dan

sesuatu yang lain dalam diriku terasa aneh"

"APA?"

"Kau sakit?!"

"Yeah, maybe."

"Aku akan kesana, 30 menit lagi aku sampai"

Danny selalu ada ketika aku membutuhkannya, aku tidak tahu bagaimana hidupku tanpanya. Setelah memilih baju yang akan kukenakan hari ini aku pergi mandi. 30 menit kemudian aku selesai bersiap-siap dan menunggu Danny datang menjemputku.

"Luc, baby bagaimana kondisimu?"

"Bagian mana yang sakit?" Danny yang baru sampai langsung menghujaniku dengan pertanyaan yang mengekspresikan kekhawatirannya.

"Tenanglah Danny, sekarang aku baik-baik saja, hanya terkadang jantungku terasa mau berhenti karena berdetak terlalu cepat" jelasku pada Danny.

"Jantungmu?"

"Iya"

"Jelaskan lebih lanjut"

Ragu-ragu aku menjelaskan kondisiku pada Danny, tentu saja beserta penjelasan tentang kejadian yang membuat jantung dan tubuhku terasa sakit dan aneh. Selesai menjelaskan, Danny terlihat sangat senang, matanya berbinar-binar sampai aku merasa silau.

"Baby... Lucas, akhirnya kau sudah dewasa"

"What? apa maksudmu dengan kata 'akhirnya'? aku memang sudah dewasa Danny, umurku 19 tahun, apa kau lupa?!"

"19 tahun hanya angka, yang dewasa sekarang adalah hatimu Luc"

"Hatiku? apa maksudmu?"

"Baby... kau itu jatuh cinta!"

"Haaa??? kau jangan aneh-aneh Danny, tidak ada kata jatuh cinta dalam hidupku, aku tidak akan jatuh pada hal bodoh yang disebut CINTA"

"Well, aku juga belum yakin apakah itu cinta atau hanya ketertarikan saja, ketika melihat tas keluaran terbaru jantungku juga degdegan seperti itu"

"DANNY" aku kesal dengan jawabannya, meskipun kesal aku juga tidak menyalahkannya. Aku bukan orang yang memiliki jantung lemah yang akan berdetak sekencang itu pada seseorang atau sesuatu.

Danny yakin kalau ini bukan penyakit sejenis kanker atau yang lainnya dan aku sangat yakin ini juga bukan sejenis cinta atau perasaan bodoh yang berkaitan kata CINTA.

***

'Party Time... yayy'

Minggu sialan, akan kulupakan hal-hal bodoh dan gila yang terjadi padaku dalam seminggu ini. Hari ini aku mendapat gaji beserta bonus tentunya, hari yang sempurna. Seperti rencana, aku akan ke monthly party yang diadakan oleh Wooden Box, meskipun club itu meninggalkan kenangan yang ingin kuhapus tapi jiwaku yang haus rasa alcohol dan euphoria terus memohon untuk datang kesini, and finally here I am.

'Party disini memang berbeda'

Club yang kulihat tempo hari terlihat semakin panas, sama seperti kemarin aroma sex dan alcohol menggantung diudara, panggung yang kemarin hanya ada satu sekarang menjadi dua, satu panggung untuk bdsm fetish dan satu lagi untuk animal play – Kitten play. Setelah melakukan security checking yang sangat detail dan membosankan aku merasa hidup lagi setelah melihat pemandangan ini.

"Hey Lucas, kau disini"

Aku menoleh ke arah sumber suara yang tidak lain adalah bartender yang kulihat tempo hari, Hendrick.

"Hai Hendrick, iya aku sedang mencari pelepas penat disini"

"Jelas sekali terlihat dikeningmu, kerutan yang akan membuatmu 100 tahun lebih tua dari umurmu"

"Karena itulah aku kesini, kawan"

"Pilihan yang bagus" Ucapnya sambil tersenyum kepadaku

"Kau ingin minum sesuatu?"

"Martini, Please!"

"Alright, wait a minute"

Setelah percakapan singkat kami aku mengamati club ini. Deretan sofa yang kulihat tempo hari sudah sangat penuh dengan master dan sub yang melakukan adegan hot. Mataku terpaku pada sub yang sedang duduk dipangkuan masternya, master memasukkan tiga jarinya kedalam mulut sub yang saat ini terlihat sangat horny itu. Posisi sub sedang menghadap depan dengan punggung yang menyentuh dada sang master. Sub itu mengenakan celana diatas lutut yang ketat menampilkan lekuk tubuhnya, dibagian atas dia tidak mengenakan apapun kecuali colar berwarna coklat terbuat dari kulit yang serasi dengan celana kulitnya. Dari gerakan bibirnya bisa kutangkap dia mengatakan "please master, lemme touch myself". Ketika sedang asik mengamati mereka Hendrick memanggilku,

"Apa kau tertarik melihat di lantai 2?"

"Ada apa disana?"

"Cobalah, kau tidak akan menyesal"

Ucapan hendrick berhasil menggoda ku, darahku yang dari tadi sudah panas sekarang menjadi mendidih. Kulangkahkan kakiku menuju tangga untuk melihat kejutan di lantai 2. Benar saja, club ini disebut top kinky club bukan tanpa alasan. Di lantai dua semua ada, disini ada beberapa ruangan semi tertutup, hanya beberapa penonton saja yang bisa melihat, kuotanya dibatasi. Selain ruangan tersebut ada sebuah lorong lain yang menghubungkan show room dan private room. Setiap member bisa menyewa private room, baik itu harian, mingguan atau bulanan, semua tersedia disini dan aku telah berhasil masuk ke salah satu private room itu berkat orang gila kemarin.

Setelah berkeliling sebentar aku melihat sebuah ruangan yang sangat intens, selain penonton didalam ada banyak sekali penonton yang melihat atau lebih tepatnya mengintip dari luar ruangan melalui jendela tembus pandang. Aku mengintip diantara kerumunan tersebut.

Darahku berdesir kencang memperhatikan scene didalam ruangan. Seorang master sedang duduk disebuah sofa kulit berwarna hitam besar, master itu mengenakan suit mahal dan jam tangan berkilau yang kulihat bertuliskan 'patek philip', lengkap dengan sepatu kulitnya yang tak kalah menarik perhatian. Sebuah dasi tergantung rapi dileher master tersebut, setelan berwarna hitam dengan kemeja berwarna maroon sukses membuat pria tersebut terlihat semakin mendominasi diruangan ini, padahal disini ada banyak master.

Pria itu duduk di sofa dengan sangat tenang seolah seluruh tempat ini adalah miliknya, matanya fokus melihat pria dengan babby face dan bibir ranum yang menggiurkan. Kebalikan dengan masternya, pria kecil itu tak mengenakan pakaian sehelaipun, kecuali sebuah kain yang menutupi matanya. Pria kecil itu yang tak lain adalah seorang sub sedang berdiri dengan posisi tangan dan kaki terikat pada sebuah tiang, pen*s nya terlihat berwarna merah gelap yang menunjukkan seberapa hornynya dia. Saliva terus menetes melalui bibirnya yang berwarna pink itu. Dari jarak ini aku bisa mendengar samar-samar apa yang diucapkan oleh sang master.

"Aku sedang menindihmu.... kumasukkan dua jariku kedalam lubangmu yang telah basah oleh saliva ku..."

'Oh My Gosh'

Sekarang aku paham scene macam apa ini. Jantungku berdetak kencang mendengar kalimat-kalimat yang diucapkan oleh master itu, dari posisiku sekarang aku hanya bisa melihat master dari samping, wajahnya tertutup oleh kerumunan orang didepanku. Master itu berusaha membuat subnya keluar tanpa disentuh sedikitpun, dia sedang menyihir sub itu dengan kalimat-kalimat erotis yang sekarang juga berhasil membuat jantungku berdegup tak karuan.

'Apa ini? Jantungku sepertinya melemah, sekarang dia bisa berdetak gila kepada siapapun dan apapun, fu*k'

Dengan sedikit usaha dan cibiran orang-orang aku berusaha maju kedepan untuk mendapatkan pemandangan yang lebih lengkap, mataku terbelalak lebar karena melihat dia LAGI. Dia disini, dan parahnya dia bersama dengan orang yang berbeda dengan yang kulihat di restauran.

'Dasar playboy'

Tepat setelah aku berucap dalam hati pria itu melihat kearahku, DEG, jantungku... aku tidak akan selamat.

Mataku terkunci dengan tatapannya, meskipun tubuhku ingin segera lari dan menjauh tapi matanya yang lapar terlihat siap memangsaku. Tidak. Memangsa laki-laki didepannya maksudku. Untuk apa dia memangsaku kalau dia punya buruan yang lebih menggairahkan didepannya?

Beberapa detik kemudian dia mengarahkan pandangannya kembali pada laki-laki itu, kemudian aku berjalan menjauhi ruangan itu, menuruni tangga dan menemui Hendrick.

"You back? How's there?"

"Not bad" jawabku singkat

"Martini?"

"Yes, 10 glasses, please!"

"You sure?"

"Absolutely"

Hendrick hanya tersenyum dan melakukan pekerjaannya – membuat 10 gelas martini untukku. Gelas pertama datang, langsung kuteguk sampai habis. Gelas kedua datang, kuteguk tak bersisa. Gelas ketiga datang, kuteguk sama gelasnya. WHAT, gak mungkin lah. Sampai digelas ke-sembilan kesadaranku sudah mulai berkurang, dance floor terlihat semakin menggila, beberapa sedang menikmati sex dan yang lain bercumbu sampai membuatku ingin muntah. Tapi aku tak menyerah, kupegang gelas terakhirku dan kuangkat untuk kemudian kumasukkan cairan yang membuatku melayang itu kedalam mulutku. Setelah itu aku tak mengingat apapun lagi.

***

-Author POV -

"Hendrick apa yang dia minum?"

"Martini"

"Tidak mungkin hanya minum martini dia bisa separah ini"

"10 gelas"

"APA?"

"Yeah, sorry bossman aku tak dapat menghentikan pelanggan yang sedang haus" Ashlan hanya menatap Hendrick dengan geram.

Pukul 1 malam Ashlan berjalan kearah mobilnya dengan membawa seorang pria bertubuh mungil dipelukannya. Orang-orang yang melihat pemandangan itu hanya terbelalak dengan mulut menganga, ini bukanlah pemandangan yang sering terjadi. Seolah ingin mengabadikannya mereka tetap memperhatikan dua sosok itu sampai mereka menghilang dibalik pintu. Di Wooden box kau tak dapat merekam atau memotret apapun tanpa ijin, semua identitas orang yang berkunjung ke club akan segera dihapus begitu club tutup. Dengan menjaga privasi setiap pelanggannya, Wooden box berhasil mendapatkan reputasi yang baik dan kepercayaan dari setiap orang yang mengunjunginya.

Memasuki apartemennya Ashlan segera berjalan menuju lantai dua dan membaringkan pria itu diranjangnya. Ditatapnya lekat, kemudian Ashlan berjalan ke walk in closet nya dan memilih sebuah piyama tidur berwarna biru gelap dengan motif garis horizontal yang berwarna putih.

"Baby... kenapa kau minum sebanyak itu?"

Bukannya menjawab pria itu – Lucas malah memberikan erangan manja kepada Ashlan yang saat ini sedang memegang piyama tidur.

"Bahkan dalam tidurpun kau masih bisa menggodaku" bisiknya ditelinga Lucas

Perlahan Ashlan mengangkat tubuh Lucas dan melepas pakaiannya, shirt, pants, underwear kemudian menggantinya dengan piyama tidurnya.

"Kurasa atasan piyama ini terlalu besar untukmu, kau tak memerlukan celananya baby"

Dengan hanya mengenakan atasan saja Lucas memutar tubuhnya dan mengangkat salah satu kakinya untuk kemudian diletakkan diatas guling yang berada disampingnya. Dengan atasan piyama yang minim paha lukas terlihat sangat menggoda dimata Ashlan.

"Bagaimana aku bisa tidur malam ini?" Gumamnya sambil menghembuskan nafas berat.

avataravatar
Next chapter