webnovel

Pemeran Penting (Story Everyone)

*****

💐💐💐 -You Are The Best- 💐💐💐

*****

Nan itu bukanlah orang yang baik. dia itu tidaklah sebaik itu. melakukan hal yang menurutnya adalah hal yang ingin ia lakukan. hal itulah yang selalu dilakukan oleh nan tanpa sadar. nan selalu menjalaninya seperti kehidupan sehari-hari dan dia bukanlah orang yang baik , hanya orang biasa yang kebetulan mendapatkan timing yang pas. dan untuk hal ini ia bukanlah pemeran utama hanyalah pemeran dalam suatu cerita , dan didalamnya akan masih ada pemeran lainnya yang sama pentingnya yang berperan dalam suatu kisah.

***

Nan duduk di sebuah kursi taman pada hari Senin yang cerah. dia tidak sekolah lagi bukan?. orang orang yang selalu mengerubungi nan akhir-akhir ini juga tidak lagi ada di sekitarnya hari ini. nan bersyukur sekaligus merasa kesepian karena hari hari nya selalu dia jalani tanpa sadar dengan kehadiran orang orang tersebut. dan sekarang ia benar benar sendirian di rumahnya.

Nan menghela nafas. melihat ke hamparan bunga yang ada di depannya itu. begitu indah dan cantik. kelopak bunga yang tampak rumit dan warna yang begitu kompleks berbaur dengan bebungaan lainnya yang cantik.

"Nan!" teriak seseorang tepat di telinga nan. nan berdengung, dan menutup sebelah telinganya seraya menatap jengkel ke orang di sebelahnya itu.

"ada apa?, bisa gak sih baik baik aja kalau mau nongol" sinis nan kesal.

Chai tertawa. sosok itu mengambil sebuah benda di belakangnya dan ia mengarahkannya pada nan seraya tersenyum dengan lebar ke arahnya. lukisan itu besar dan menutupi sebagian besar tubuh kecilnya. chai menyelip di samping kanan lukisan itu dan kedua tangannya memegang kedua sisi benda yang memiliki gambar tersebut.

"Kau gambar?, wah cantiknya" seru nan tanpa sadar memuji. ia melihat ke arah lukisan yang bergambar postur tubuh nan asli disana dan karakter guild yang digambar sedemikian rupanya. nan terdiam kagum melihat lukisan yang tampak sangat nyata tersebut dengan olesan cat tipis dan kedua mata nan yang tampak bercahaya disana. ini benar benar sangat mirip dengan nan. benar benar sangat detail.

"hm bagus kan!, aku sudah mengambar nya selama beberapa tahun ini" seru chai menyodorkan lukisan itu pada nan yang menatapnya bingung.

"kenapa kau harus melakukannya?"

Benar, nan tidak pernah sadar kalau ia benar benar membantu chai dengan perkataannya itu. chai tersenyum membuat nan tertegun ketika melihat sosok mungil itu tampak manis seperti sebuah bunga matahari yang cerah dan hidup memancarkan betapa ia begitu tangguh dan begitu ceria.

"karena, kau telah membantuku nan. aku ingin kau melihat lukisanku. dan aku bahagia karena adanya dirimu!" seru chai riang. ia tersenyum manis yang tampak sangat sesuai dengan wajahnya itu. nan melihat ke arah lukisan itu, dan tersenyum tulus melihat kearahnya.

"Yap!, ini bagus kok. kau memang punya hobi yang menarik" seru nan tulus. ia memang tidaklah baik, dia memuji sama seperti yang orang lain lakukan. ia melakukan hal yang selalu dia lakukan sepanjang hidupnya. tapi meksipun begitu nan begitu baik, dia begitu baik untuk caranya sendiri dan membuat chai merasa jatuh cinta padanya.

"Hm!, terimakasih" seru chai lagi.

***

Srek!

***

Chai terkejut saat seseorang tiba tiba menariknya kearah belakang. dan itu adalah sasu. sasu memeluk tubuh mungilnya dengan tangan kirinya. dan ia memandang penuh senyuman ke arah nan seperti biasanya. chai cemburut saat sasu begitu aja mengacaukan saat saat terpenting begini.

"wah nan, kau ingin merebut chai ya??" seru sasu dengan senyum dipaksakan.

"hah?!, apa yang kau katakan sasu!" chai memerah saat sasu malah memeluknya kuat hingga menempel padanya.

"eh?, nggak. tadi dia hanya memberi lukisan ini padaku" sanggah nan.

"..." sasu melihat kearah chai dan menghela nafas. ia tetap memeluk chai dan kali ini tersenyum ke nan.

"tapi, aku berterimakasih pada mu nan. berkat kamu Chai bisa tersenyum seperti ini. dan chai senang sekali saat ia bersama mu" seru sasu lagi dengan nada suara yang tulus.

"???, huh. terserahlah".Wajah nan tampak memerah saat ia dipuji. ia menoleh ke arah sampingnya.

"pffft, tsundere" ejek sasu tertawa kecil.

"aku gak tsundere!" sanggah nan dengan wajah memerah malu menatap ke arah sasu didepannya.

"mirip papamu nan"

"berisik!"

***

Nan duduk lagi sendirian di kursi. sasu sudah membawa chai entah kemana. nan melihat kearah lukisan yang tadi diserahkan chai padanya. bagus sekali, nan heran kenapa ia mau memberikan benda se-berharga ini pada dirinya. Tapi, kalau ia memang memberikan ini pada nan. ia akan menjaganya. ini adalah benda yang dibuatnya dengan susah payah dan setiap sudutnya harus di buat dengan detail dan penuh perasaan.

"bagus sekali" gumam nan meraba setiap sisi gambar chai itu.

***

Srek

***

Nan menoleh dan terkejut saat melihat freeze sedang duduk di sebelahnya. dia hanya diam saja. nan memerah, karena freeze itu adalah cinta pertamanya juga. nan merasa sangat gugup. ia langsung merasa formal. nan mencuri pandang ke arah gebetannya itu.

"f.. freeze kau mau apa?". tidak biasanya sosok datar sepertinya dekat dekat bahkan sampai duduk di sebelah Nan seperti ini. membuat nan merasa heran sekaligus senang.

Freeze tidak mengatakan apapun. dia hanya diam memandangi langit. nan melihat kearah sosok menawan itu. ia begitu cantik seperti bunga es yang hidup di kedinginan. sangat cantik dan menawan namun begitu rapuh. freeze sama seperti itu. ia tampak begitu kuat dan begitu elegan. nan terdiam dan memerah saat tau ia memikirkan freeze sampai seperti itu.

"..". nan terkejut saat ada sebuah bunga yang diserahkan padanya. bunga cantik dengan warna lavender.

Nan mengambil bunga itu. dan seketika semuanya terasa terhenti saat freeze tiba tiba mengecup pipi kanannya. nan terdiam tidak percaya hingga freeze menarik dirinya. dan ia tersenyum tipis menatap ke arah nan. kemudian ia berdiri tidak mengatakan apapun dan berlalu pergi. nan memerah, ia memegang ke arah pipinya yang baru saja di cium oleh freeze.

Disana beberapa saat kemudian ayah menyusul. ia menatap ke arah nan dengan wajah tampannya itu. dan langsung merangkul pundak freeze seraya menatap penuh arti kearah nan. namun, freeze tampak menyangkalnya. ia memeluk tubuh pria itu dan berusaha untuk menenangkannya.

Pria itu mendekat ke arah nan dan tersenyum lagi. ia mengelus surai nan, anaknya itu hingga berantakan.

"mah tidak apa-apa. toh dia anakku juga, kau tidak masalah kan punya ayah seperti ini?" tanya ayahnya tiba-tiba.

"hm?, ya gak apa juga sih. lagipula kan aku selalu bersama ayah"

"..benar juga ya hahaha" seru ayah lagi. anaknya sudah berubah, ia kini begitu baik dan freeze mengatakan kalau itu adalah karena ajaran darinya. tidak, ini adalah kepribadian nan. bukan karena dirinya melainkan dari nan sendiri.

***

Nan kembali duduk di atas kursinya. ada ada saja yang terjadi pada hari ini. nan memegang ke arah pipinya itu. ugh, ia tidak percaya kalau freeze menciumnya tadi. atas alasan apa?. nan melihat lagi ke arah lukisan itu, chai tadi ia juga memberikan ini. padahal setau nan ia tidak melakukan apa apa. atau lebih jelasnya, ia tidak mengingat apa apa. nan menjalani hari seperti biasa dan tidak ada hal khusus yang terjadi. nan menatap dirinya sendiri dengan sangat bingung, kenapa ia menerima semua ini, dia tau kalau ia tidak pantas.

Nan melihat kearah balik jaket yang selalu ia kenakan itu. benar, dia adalah seseorang yang tercela. dibalik jaket ini tersimpan bentuk tubuh buruk yang tidak akan pernah bisa hilang. nan hanya mencoba agar ia tidak menjadi seperti ibunya yang dulu. nan ingin agar ayahnya bahagia dan tidak susah payah karena dirinya. ayahnya sudah bersusah payah untuk dirinya. dan nan tidak ingin ayah sampai menangis lagi.

"ada apa nan?", tanya seseorang. nan melihat kearahnya. oh, min.

"tidak apa apa" seru nan tersenyum ramah. ia baik baik saja. dirinya itu tidaklah penting. semua orang jauh lebih menderita daripadanya. dan hal yang ia jalani tidak seberapa dengan hal itu. benar, oleh karena itu jikapun dirinya bersedih. ia tidak masalah. lagipula untuk cerita ini, ia bukanlah pemeran utama yang baik ataupun peran penting yang memiliki ambil alih.

"nih" seru min. nan menoleh dan terkejut saat melihat sebuah roti yang kini ada di tangan min ke arahnya.

"?, aku tidak lapar"

"benar, tapi kurasa makan akan membantumu"

"ngh..makasih"

***

"Nan, aku ingin berterimakasih padamu"

"untuk apa?"

"karena ..kau itu ...baik sekali"

"aku?, kapan?"

"mungkin kau tidak sadar. tapi, kau itu adalah yang terbaik" seru min.

"aku tidaklah terbaik min". nan berhenti memakan roti itu dan menunduk.

"Kau terbaik nan, tidak.. maksudku kita semua adalah yang terbaik"

"..", nan menoleh melihat kearah min yang kali ini tersenyum padanya. ia tampak begitu manis... seperti... seperti seseorang yang pernah ia lihat.

"apa ..kau yang imut itu?" tanya nan tidak sadar. ia memegang pipi min.

"benar, aku ada disini karena-mu nan" seru min dengan wajah merona. ia menyentuh tangan nan yang ada di pipinya dan tersenyum tipis kearah nan membuat nan memerah seketika.

"A..aku tidak melakukan apapun"

"benar, tapi kau melakukannya" seru min lagi. kali ini ia sedikit menyampingkan badannya itu. tersenyum dan nan bisa melihat bagaimana wajah min yang begitu manis dan cantik itu. nan merasa tertegun melihatnya seperti itu.

"Kau juga melakukannya untukku" nan menghadap ke asal suara. sosok chai yang tersenyum lebar kearahnya.

"karena dirimu aku bisa seperti ini nan, terima kasih. kau yang terbaik" serunya lagi. nan merasa aneh, dia nyaman.

"Kurasa aku juga harus berterimakasih. karena keberadaan-mu. chai bisa tersenyum selebar ini sekarang" seru sasu. ia muncul di belakang chai dan memeluk tubuh mungil itu.

"aku juga nan, terima kasih...kau telah membuatku ingat akan sesuatu" seru freeze pelan. dia berbicara kepada nan. nan tidak percaya kalau freeze akan berbicara kepadanya seperti ini.

"ayah juga, karena dirimu ayah masih bisa bangkit kembali , nak" kata ayah. ia ada di samping freeze merangkul bahunya begitu saja. dia tampak begitu cocok dengan freeze yang memiliki tinggi sebahu darinya itu.

"kau yang terbaik nan" seru suara kembar itu. nan melihat kearah mereka berdua yang kini tersenyum kearahnya. nan tertegun, ia terdiam. orang orang yang selalu menjadi penganggu bagi nan entah kenapa mereka kini menjadi seseorang yang membuat nan merasa hangat sekaligus nyaman.

Bukan sekedar kebetulan hingga orang orang ini datang dalam kehidupan nan mereka memiliki masalah tersendiri yang jauh lebih berat. tapi, meksipun begitu nan memang bukanlah pemeran utama. sejak awal ia hanyalah tokoh penting dalam sebuah cerita. dan tokoh tokoh lain adalah pemeran penting yang sama dengannya. Mereka 'hidup'.

Kami semua saling terhubung dengan ikatan satu sama lain. dan kami semua adalah yang terbaik. terbaik bagi kehidupannya. setiap dari kami adalah pemeran utama yang mengambil tempat dalam satu cerita yang sama. masing masing memiliki kisah tersendiri yang menjadikannya sebagai yang terbaik diantara semuanya. Semuanya memiliki kehebatan dalam caranya sendiri dan merupakan yang terbaik. tanpa mereka kisah ini tidak akan berjalan semestinya. karena itu mereka semua adalah pemeran penting!.

***

"Terima kasih!" seru kembar itu mereka memeluk nan dengan tubuh kecilnya.

"aku... tidak... melakukan apa apa"

"kau melakukannya!, Mia dan Miu senang bisa bertemu dengan nan" seru mereka berdua seraya tersenyum.

***

Tidak ada yang pemeran pendukung atau utama disini. semuanya adalah pemeran penting yang memiliki kedudukan masing masing dalam kisah ini. dimana kami semua memiliki tempat masing masing. semuanya adalah yang terbaik. mereka memang begitu menyebalkan, begitu jengkel dan begitu menyusahkan. tapi disaat bersamaan mereka begitu berharga. tanpa mereka rasanya menjadi penuh kesepian dan hampa. karakter yang mereka bangun sendiri itu merupakan karakter yang akan selalu dirindukan dalam caranya sendiri.

"bagaimana kau senang nan?, menjadi pemeran utama dalam hal ini?" tanya author melihat dari pandangannya.

"aku... bukanlah pemeran utama nya. mereka semua adalah pemerannya!"

"benar, mereka adalah pemeran penting dalam kisah ini, dan ..apa kau merasa senang dengan kisah ini?"

Nan terdiam, ia teringat bagaimana ia menantang author bahwa ia tidak akan bahagia dengan kisah ini. tapi jauh dalam lubuk hati nan ia begitu menyukai bagaimana setiap kisah ini berjalan. kisah dimana kami semua memiliki poin penting dalam setiap kisah. dan nan tau kalau ia mulai menyukai mereka semua. dan mereka semua terasa begitu, bukan sangatlah penting bagi nan.

"mah... bolehlah...aku senang menjadi bagian dari karakter disini". untuk sekali ini saja. author benar, nan adalah bagian dalam cerita ini. dan ia senang untuk menjadi bagian dari kisah tersebut.

"baguslah ya, pfft...kau jadi tsundere"

"Berisik!"

***

Semuanya berharga.

Chai yang riang, yang selalu membuat suasana sekitar selalu terang. Chai yang seperti bunga matahari yang terang.

Freeze yang dingin tapi hangat. seperti bebungaan es yang begitu cantik.

Min yang terlihat kuat, dibalik itu terdapat sikapnya yang begitu manis seperti permen coklat yang manis.

Sasu yang tampak sempurna, dibalik itu ia tidak bisa hidup tanpa seseorang yang ada disisinya sebagai penyangga.

Ayah yang sebenarnya begitu lemah dari penampilannya itu, tapi ia bisa menjadi orang tua yang paling terbaik untuk kehidupan nan.

Kedua saudara yang tampak selalu akur dan damai tapi menyimpan kisah masa lalu yang begitu dramatis yang membuat mereka saling bergantungan satu sama lain.

Mia dan Miu, kembaran manis yang harus menjalani masa hidup singkat. tapi mereka berdua tampak begitu kuat di balik tubuh mungilnya itu.

Dan nan. anak yang mungkin bisa dibilang biasa saja. anak yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sang ibu. kini mendapatkan kasih sayang dari semua orang yang tidak ia kenal. dan sekarang orang orang itu menjadi bagian terpenting dalam kehidupan nan. saat ini dan pada saat yang akan datang untuk selamanya.

Kamu...Aku...Dan..Kalian...adalah yang terbaik. Semuanya Hebat dalam caranya masing-masing. Berusahalah maka kau akan menjadi yang terbaik!.

***

Fin (/^-^(^ ^*)/.

***