webnovel

S A T U

Terkadang yang di inginkan tak selalu dibutuhkan dan yang dibutuhkan malah tak diinginkan.

•••

Udara sejuk di malam hari sungguh menusuk ke kulit. Tetapi sedingin apapun cuaca saat ini  tak sedikit  pun membuat seorang gadis berkaca mata bulat bernama Erisya Salsabilla Az-Zahra berkutik. Kaca mata yang setia bertengger itu mulai berembun. Namun gadis itu tidak berniat sama sekali untuk beranjak.

Tangan mulai mengusap-usap lengan yang tertutup jaket tebal itu menandakan udara malam sungguh menusuk ke kulit. Masih asik dengan pemandangan di hadapannya membuat Erisya tidak sadar ada sebuah jaket kulit berwarna coklat membantu menyelimutinya.

Erisya pun tersentak kaget ketika menoleh jaket coklat itu sudah berada di bahunya. Dia pun menoleh bermaksud mencari siapa pemilik jaket ini. Tepat di belakangnya berdiri seorang pria yang tersenyum kepada Erisya.

"Eh, lo. Terima kasih ya." Ujar Erisya seraya membenarkan posisi jaket yang hampir jatuh itu.

"Iya sama-sama. Kamu kenapa disini? Dingin banget loh. Masuk yuk. Lanisa dan teman-teman nyariin kamu tu." Ujar Pria yang memberikan jaket tersebut.

Erisya pun tersenyum ramah. "Sebentar lagi deh. Kalau lo masuk duluan. Masuk aja. Gue masih mau disini." Ujar Erisya sambil terus menerus mengusap lengannya.

"Masuk aja yuk. Dingin banget loh disini." Pujuk pria itu lagi.

"Iya gue bakalan masuk tapi nanti." Kesal Erisya sambil mengabaikan pria itu.

Pria itu bernama Muhammad Arbani. Teman satu sekolah Erisya. Mereka dekat bahkan sangat dekat. Banyak yang menjuluki mereka sebagai Queen dan King sekolah. Kedekatan mereka itu membuat hampir seluruh sekolah mendukung mereka untuk menjadi sepasang kekasih namun ada juga yang terang-terangan menyatakan tidak suka kepada kedekatan mereka terlebih lagi Arbani adalah keponakan dari pemilik sekolah tersebut.

Arbani menghela nafas berat. Dia sangat begitu paham sifat Erisya yang begitu keras kepala. Akhirnya dia pun memilih mengalah."Oke-oke aku masuk. Tapi janji! 10 menit kamu belum masuk juga. Aku akan seret paksa kamu buat masuk." Ucapnya dengan nada mengancam.

"Iya, bawel amat sih." Ujar Erisya jengah

Arbani hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Erisya yang begitu keras kepala. Arbani pun kemudian masuk kedalam sebuah Villa mewah yang terletak di sebuah Desa Perkebunan Teh. Villa itu milik keluarganya Lanisa.

Sahabat yang telah menemani Erisya dari kecil. Dia adalah Farah Lanisa Hasna. Persahabatan mereka yang begitu lama membuat mereka dianggap sebagai saudara. Erisya tanpa Lanisa hampa dan Lanisa tanpa Erisya sangat kosong. Melengkapi satu sama lain itulah prinsip mereka.

Tidak hanya Lanisa. Erisya memilik sahabat lainnya yang begitu perhatian kepadanya. Meira Indira Khansa gadis mungil yang sangat baik hati. Walau usia Indira terpaut satu tahun lebih muda dari Erisya dan Lanisa. Namun tidak membuat persahabatan yang mereka bangun sangat lama hancur begitu saja. Perbedaan pemikiran contohnya. Saling melengkapi kembali menjadi prinsip mereka bertahan hingga sekarang.

Arbani mulai bergabung dengan mereka. Lanisa yang merasa ada yang tidak beres pun mulai bingung dan bertanya. "Bani. Bukannya tadi gue suruh lo buat ajak Erisya masuk ya. Erisya nya kemana?" Tanya Lanisa.

"Iya. Tapi Erisya gak mau. Gue udah paksa tetep aja tuh orang keras kepalanya gak ada obat. Tapi kalian tenang aja. 10 menit Erisya gak masuk. Gue bakal paksa dia." Ujar Arbani menyakinkan mereka.

Indira yang sangat menyayangi sahabatnya itu tentu merasa khawatir. Dengan udara yang begitu dingin membiarkan Erisya berdiri disana. Dia mulai naik pitam ketika mendengar perkataan Arbani. "Terus kenapa lo biarin dia sendirian. Lo emang gak ada otak ya!"

Mendengar nada marah Indira. Arbani menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tapi mau gimana lagi. Erisyanya gak mau. Gue udah pujuk dia kok. Kalau kalian gak percaya. Coba aja kalian yang ajak dia masuk."

"Karena lo ngajak dia gak pakai hati. Kata lo suka. Kata lo sayang sama dia. Tapi disuruh ngajak Erisya masuk aja gak bisa. Mundur deh lo buat jadi pacar dia." Ujar Lanisa.

Mendengar ucapan Lanisa. Arbani benar-benar panik. Untuk menjadi pacar Erisya dia benar-benar harus pandai mengambil hati sahabat-sahabatnya. "Lanisa. Jangan gitu dong. Gue udah menanti lama buat jadi pacar dia. Lo gak liat perjuangan gue?"

Indira yang melihat itu hanya memutar kan bola matanya jengah. "Apaan perjuangan. Geli gue."

Dua orang ini benar-benar tidak bisa sedikitpun damai. Selalu ada hal yang membuat mereka ribut. Seakan bumi akan meledak bila mereka baik-baik saja.

"Apaan sih lo." Ucap Arbani turut jengah. Namun ketika melihat Erisya melihat rasa kesalnya pun hilang.

"Sya sini." Panggil Arbani. Erisya pun berjalan menujunya. Kemudian menyodorkan jaket Arbani kepadanya.

"Ni jaket lo. Makasih ya." Ucap Erisya. Dan hanya di balas senyuman manis dari Arbani.

"Ngapain sih Sya diluar. Dingin lo. Enakan disini adem."

"Gak papa pengen aja cari pemandangan."

Lanisa mengerut kan dahinya. "Malam-malam gini mana ada pemandangan lo liat apaan Sya. Ngeri gue." Ucap Lanisa dengan wajah takut.

"Liat hantu. Hihihi." Ucapnya kemudian bergaya seperti orang yang kesurupan.

Semuanya tertawa melihat tingkah mereka.

Ini adalah acara ulang tahun Lanisa. Dia mengadakan pesta di villanya mengundang teman satu sekolahnya.

Acara pestanya berlangsung sangat seru.

Beberapa dari mereka ada yang bersenda gurau dengan temannya ataupun pacarnya. Ada juga yang sibuk mencicipi hidangan. Dan ada juga yang berdansa dan berjoget dengan heboh. Mereka semua sangat menikmati acara itu. Begitu juga dengan Erisya, Lanisa, dan Indira.

Sedang asik menikmati pesta. Tiba-tiba saja tangan Lanisa di tarik oleh seseorang. Ternyata itu adalah Arbani.

Lanisa yang kesal dan bingung pun bertanya, "Kenapa lo narik gue?"

Arbani tersenyum, "Gue mau nembak Erisya. Menurut lo gimana?"

"Oh. Ya terserah lo. Satu hal yang harus lo  ingat jangan pernah sedikit pun lo nyakitin dia atau sampe buat dia nangis!"

Arbani pun mengangguk patuh. "Siap bu boss. Lo tenang aja gue gak akan nyakitin Erisya atau buat dia nangis. Gue janji!"

Lanisa pun tersenyum. "Oke silahkan. Gue pegang janji lo. Biar makin sweet lo boleh pakai panggung gue. Semoga berhasil bro."

Bani pun hanya menganggukkan kepalanya. Dan segera bergegas naik ke panggung. Menghela nafas sejenak dan mulai berbicara. Matanya tak pernah lepas dari Erisya.

"Tolong perhatiannya terutama untuk Erisya. Jadi hari ini gue mau ngomong sesuatu untuk Erisya Salsabilla Azzahra. Sya Mau gak kamu jadi pacar aku?" Ucapnya lalu berjalan menuju Erisya kemudian  berjongkok dengan memegang tangan Erisya.

Erisya yang di sebut namanya pun bengong.

Ha. Apaan nih. Ni orang kenapa jadi nembak gue? - ucapnya dalam hati.

Arbani yang melihat Erisya tidak merespon sedikitpun mengernyitkan dahinya.

"Sya. Kamu kenapa? Kamu mau kan jadi pacar aku. Kita udah lama banget kenal. Aku sayang sama kamu. Aku gak mau kita cuma sebatas teman aja."

Dih apaan ni orang. Iya sih gue sama dia udah kenal lama banget. Tapi gue gak ada sama sekali rasa suka ke dia. Terima gak ya? Terima aja deh. Kasian juga gue liat ni orang. - Lagi- lagi Erisya bergumam.

"Hem iya gue mau." Ucap Erisya.

"Yes, Terima kasih Sya." ujar Bani sambil turun dan kemudian memeluk Erisya. Erisya yang terkejut di peluk tiba-tiba pun refleks mendorong sedikit pelan.

Sedangkan yang lain bersorak menggoda sepasang kekasih baru itu. Setelah itu mereka kembali dengan acara itu. Dan sepasang kekasih baru itupun mulai tertawa bercanda gurau

Namun diujung sana ada seorang yang tersenyum sinis memandang sepasang kekasih yang sedang bercanda itu.

"Erisya. Erisya. Gue tau lo gak suka sama Arbani. Raut wajah lo nunjukin kalau lo nerima Arbani cuma kasian. Lo tenang aja gue yang akan rebut Arbani dari lo ..."

•••

Assalamu'alaikum. Aku bawa cerita baru nih. Insya Allah cerita ini dapat membuat para pembaca merasa terhibur, terharu, bahagia, kecewa, baper dan tentu nya juga dapat menambah pengetahuan untuk kita semua.

...

-Hijrah Bersamamu ialah cerita Spiritual Series yang diangkat dari 40% Kisah Nyata dan 60% Khayalan Semata.-

Tekan 🌟 ya.

Terimakasih udah support.

Jazakallahu Khair.

Tandai typonya ya.

@elsyaaaaa_

@iam.elsya

Bagi Erisya Salsabilla Azzahra. Lahir di tengah-tengah keluarga yang sangat paham agama adalah hal yang sangat membosankan dan Sebuah takdir yang buruk. Hingga membuat dirinya menjadi gadis yg sering kali memberontak kala di nasihati.

Hingga sebuah takdir Allah. Mempertemukan dirinya dengan Muhammad Zarian Alfathir, Pria Sholeh yg akhirnya membuat Erisya sadar akan indahnya sebuah perjuangan Hijrah.

Takdir seperti apa yang akan mengiringi langkah Hijrah Mereka? Hanya Allah yang mengetahui.

Elsya09creators' thoughts
Next chapter