webnovel

HIGH CLASS JOMBLO

Cerita ini bermula dari persahabatan tiga orang wanita cantik bernama Agesti, Wilia dan Oliv yang kemudian mengalami nasib nahas yang serupa. Ketiga nya sama-sama dikhianati sang pacar. Akhirnya, mereka bertiga memutuskan untuk membuat sebuah geng bernama High Class Jomblo, yang berarti ketiga nya menobatkan diri sebagai jomblo-jomblo yang berkulitas. "Gue yakin, dengan berdiri nya geng High Class Jomblo ini, harga diri kita gak akan terinjak laki-laki lagi." (Shintya Agesti Munaf) COVER BY : RIA_GRAPHICC

Mufy_Mc · Teen
Not enough ratings
280 Chs

HARI PALING MENYEDIHKAN

Agesti masuk ke dalam kamar kos nya mengikuti kedua sahabat nya yang lain.

"Jadi kalian nyariin Gue?." Tanya Agesti dengan ekspresi wajah tanpa dosa.

Wilia terlihat duduk di tepian tempat tidur sambil menahan wajah nya dengan kedua tangan. seperti nya Gadis berdarah Sunda itu sedang memikirkan uang milik nya yang sudah tidak tersisa karena diberikan semua kepada Ibu Kos yang ketus tersebut.

"Iya, Gue sama Wilia nyariin Lo kemana-mana! Gue kira Lo kabur karena sakit hati sama omongan Gue tadi malam." Oliv menanggapi.

Gadis paling polos di antara kedua sahabat nya tersebut mulai bersiap untuk memasak Mie Instan untuk sarapan mereka bertiga.

"Hmm, ngapain Gue harus kabur? kalian kan sahabat Gue. gak mungkin kan Gue ninggalin kalian." Agesti tersenyum manis.

Lain hal nya dengan Wilia, gadis itu masih merenungi nasib nya yang kebobolan membayar uang sewa kosan mereka sampai lima bulan. Tiga bulan uang tunggakan dan dua bulan selanjutnya supaya mereka tidak dikejar-kejar Ibu Kos lagi.

"Wil, Lo kenapa? mikirin uang yang tadi ya?." Agesti mulai terlihat memperhatikan Sahabat nya yang murung, sementara Oliv terlihat sedang pergi ke dapur umum kosan nya yang berada di samping kamar tersebut.

Wilia mengangguk pelan tanpa mengalihkan pandangan nya ke arah pintu masuk.

"Kalo boleh tau, Lo punya uang darimana Wil?." Tanya Agesti penasaran.

Wilia menarik nafas panjang, "Dari Abah."

Agesti mendekati Wilia yang masih terlihat bersedih karena setelah ini, ia sudah tidak memiliki uang lagi bahkan untuk biaya kuliah nya yang sudah menginjak semester enam.

Oliv masuk ke dalam kamar kosan yang berukuran kecil tersebut sambil mencium wangi Mie Instan yang baru saja di masak nya.

Gadis dengan ekspresi paling datar di geng nya tersebut masih berdiri di dekat daun pintu dan hanya fokus kepada makanan yang berada di tangan nya.

Ia belum menyadari bahwa Wilia tengah bersedih dan Agesti sedang berusaha menenangkan sahabat nya tersebut.

"Sssstttt, Liv!." Agesti memanggil Oliv untuk segera datang menghampiri kedua nya yang tengah duduk bersebelahan di ujung kasur tanpa ranjang tersebut.

"Wil? Lo kenapa?." Oliv berjalan mendekati sahabat nya yang mulai terlihat hampir mengeluarkan air mata.

"Liv, tadi Wilia bayarin uang sewa kosan kita pakai uang dari Abah nya untuk biaya kuliah dan makan. sekarang, uang nya udah di ambil semua sama ibu kos. jadi, Wilia sedih karena udah gak punya uang lagi." Agesti sampai menjelaskan dengan detail karena Oliv memang tipe manusia yang harus diperlakukan seperti itu. kalau tidak, ia malah bingung sendiri dan tetap merasa baik-baik saja.

Oliv terlihat mengangguk-angguk.

"Gue udah gak punya simpanan uang lagi, gimana Gue bisa bertahan di sini?." Wilia mulai mengeluarkan bulir air mata di kedua pipi nya. membuat Oliv dan Agesti sangat merasa bersalah dan bingung harus berbuat apa karena mereka juga sama-sama tidak memiliki uang.

"Kayak nya Gue mau berhenti kuliah aja, dan pulang ke Bandung." Ucap Wilia sambil mengelap air mata nya sendiri.

Sontak saja Oliv dan Agesti langsung mengangkat wajah nya dan mulai bersuara.

"Lo ngomong apaan sih Wil? jangan gitu ah, kita udah mau wisuda. masa iya Lo mau nyerah gitu aja." Tutur Agesti sedikit kesal.

"Iya bener Wil. Lo gak boleh gitu, yang ada Abah Lo kecewa karena Lo pulang ke Bandung gak bawa titel apa-apa." Sambung Oliv.

Wilia merebahkan tubuh nya di atas tempat tidur yang sudah ia tinggali hampir tiga tahun.

Sambil menatap langit-langit kamar nya, Wilia mencoba memikirkan ucapan kedua sahabat nya mengenai rencana yang baru saja ia ucapkan.

"Kalian bener, Pasti Abah bakalan lebih kecewa lagi kalo Gue pulang gak bawa apa-apa. padahal di keluarga Gue, cuma Gue satu-satu nya harapan Abah buat jadi sarjana." Ucap Wilia.

Agesti dan Oliv kemudian langsung menyemangati Wilia yang sudah hampir menyerah di setengah perjalanan.

"Iya Wil, buktiin sama Abah Lo kalo di keluarga nya bakalan ada yang jadi sarjana. lulusan universitas terbaik juga di Jakarta." Ucap Agesti membara.

"Kalo Lo pulang ke Bandung sekarang, yang ada Abah, saudara-saudara dan tetangga Lo bakal nyinyirin Lo - Eta si Wilia di Jakarta naon wae? nepi ka teu lulus Kitu kuliah Oge (itu si Wilia di Jakarta ngapain aja sampe kuliah juga gak lulus)." Sambung Oliv memperagakan gaya berbicara warga di daerah tempat tinggal Wilia yang berada di Kota Bandung dengan menggunakan bahasa Sunda yang fasih.

Oliv dan Wilia merupakan pendatang dari kota Bandung yang berkuliah di Jakarta. sementara Agesti adalah seorang pribumi.

Agesti yang tidak mengerti apa yang baru saja di ucapkan Oliv hanya bengong memperhatikan kedua sahabat nya tertawa tanpa tahu apa yang sedang mereka bicarakan.

Wilia bangun dari tempat tidur nya dan langsung mencicipi Mie instan yang sudah sehangat kuku.

"Kita emang susah, tapi kita jangan sampe menyerah Wil." Ucap Oliv menyemangati.

Wilia menghela nafas dalam-dalam, "Tapi duit Gue?."

"Nanti kita pikirin besok ya! mending sekarang kita makan aja. Gue Laper banget." Ucap Agesti tidak tahu malu.

Gadis bertubuh tinggi tersebut langsung menyerobot makanan di depan nya dengan lahap.

Ketiga gadis malang itu hanya bisa saling menyemangati satu sama lain karena hanya dengan cara itu mereka bisa hidup di tempat yang penuh dengan cerita kesedihan tersebut.

---

Siang hari yang terik, Agesti tengah duduk di depan kamar kosan nya sambil mendengarkan musik melalui headset.

Oliv dan Wilia sibuk dengan drama Korea mereka di dalam laptop.

Ketiga nya sama-sama terlihat bersedih, beda nya Agesti bersedih karena tengah mendengarkan lagu-lagu cengeng yang mengingatkan nya pada pengkhianatan Tio yang amat sangat menyakiti nya, sementara kedua teman nya bersedih karena adegan film yang mereka tonton tengah memperlihatkan situasi yang haru saat sepasang kekasih yang saling mencintai harus terpaksa berpisah karena perbedaan kasta keluarga.

Agesti mengelap sendiri air mata nya dengan kedua telapak tangan begitupun dengan Wilia dan Oliv. Untung nya saat itu, tetangga kosan mereka sedang tidak ada di sana. suasana tampak sepi meskipun hari ini adalah hari Minggu.

Agesti masuk ke dalam kamar nya bermaksud untuk mencuci muka. Namun pada saat itu, ia dikagetkan dengan Wilia dan Oliv yang tengah menangis sesegukan sambil berpelukan menatap ke arah layar laptop.

"Ish! kalian pada kenapa sih?" Tanya Agesti heran.

Ia yang seorang non Drakor jelas merasa bingung dengan sikap kedua teman nya yang di anggap terlalu berlebihan.

"Udah Ges! mending Lo diem aja, Lo gak bakalan ngerti, Hiks." Ucap Oliv tersedu-sedu.