6 AKU, KAMU DAN PENDERITAAN

Agesti berjalan lemas ke dalam kamar kosan bersama kedua teman nya yang entah, masih dimana.

Karena kaki nya yang panjang ia sampai lebih dulu di kosan nya di bandingkan dengan kedua teman nya.

Agesti melemparkan tubuh nya ke atas spring bed tanpa ranjang dengan diameter yang tidak begitu besar, tempat ia dan kedua teman nya terlelap selama kurang lebih tiga tahun.

Tidak lama kemudian Oliv dan Wilia masuk ke dalam kamar kosan mereka yang terbuka lebar karena Agesti tidak menutup nya.

Kedua Gadis itu tampak lesu setelah seharian berkuliah tatap muka dengan dosen-dosen yang menurut mereka kejam.

Kedua nya menubruk tubuh tinggi Agesti seolah memperdayakan nya menjadi sebuah bantal bernyawa.

"Aduh, sakit Liv." Erang Agesti karena Oliv menindih bagian tulang punggung nya.

Untung nya Wilia tertidur di bokong semok nya yang jelas tidak menimbulkan rasa sakit yang berarti bagi Agesti.

"Sori Ges.. Gue gak liat." Jawab Oliv polos.

Wilia membuka mata nya setelah terpejam beberapa detik. Ia teringat bahwa kemarin Agesti di kirim beras dan telur oleh orang tua nya.

Karena merasa lapar, Wilia pun segera menyuruh Oliv untuk memasak makanan untuk mereka. Maklum, di antara ketiga gadis cantik itu - hanya Oliv yang mengerti cara menggunakan Rice cooker dan menyajikan nasi dengan kematangan sempurna. Sementara itu, baik Wilia maupun Agesti, semuanya tidak ada yang bisa di andalkan dalam membuat nasi.

Wilia selalu menanak nasi dengan air seember, sementara Agesti terkadang hanya menambahkan beberapa tetes air pada beras mereka sehingga bukan nasi yang mereka dapatkan melainkan kerupuk beras.

Oliv mendengus kesal namun ia juga merasakan perut nya meronta-ronta karena kelaparan.

Sebagai informasi, tadi pagi mereka berangkat ke kampus di detik-detik dosen masuk ke dalam kelas. Ketiga nya bahkan tidak sempat mandi karena buru-buru untuk mengikuti kuliah tatap muka yang akan di hadiri oleh dosen Killer - menurut mereka.

Oliv beranjak bangun dari kasur empuk nya untuk menyiapkan beras yang akan ia masak hingga menjadi nasi.

Sementara itu, Agesti sudah terbang ke alam lain dengan suara mengorok yang sangat mengganggu telinga Wilia.

Agesti memang tipikal Gadis yang tidak pernah kesulitan untuk tidur. Dimana pun dan kapan pun, ia pasti bisa terlelap begitu saja kalau sudah merasa lelah, atau karena memang sedang ingin tidur saja.

Untung nya Wilia dan Oliv sudah mengerti tabiat dari rekan sekamar nya tersebut.

Wilia pun memilih pergi menemani Oliv memasak telur di dapur umum mereka sambil menunggu nasi matang.

---

"Liv, Lo cari tau resep telur yang lain kek! Jangan tiap saat bikin telor ceplok terus, kan Gue bosen." Ujar Wilia yang tengah berdiri menyender ke dinding sembari melipat kedua tangan nya di atas dada persis di belakang Oliv.

Gadis di depan nya menoleh saat mendengar komentar Wilia yang tidak tahu malu, "Kenapa Wil?" Tanya nya sembari mengikis jarak agar telinga nya bisa mendengar ucapan Wilia lebih jelas lagi.

"Ck.. Gue bosen makan telor ceplok terus! Lo bikin kreasi kek!" Ulang Wilia dengan memonyongkan bibir.

"Hmm.. udah di masakin tiga tahun, di komentarin pula! Nasib.. nasib!" Celetuk Oliv sambil membalikan telor ceplok nya yang sudah hampir matang.

Dari arah belakang, Wilia tertawa puas karena mendengar Oliv bersenandung dengan kesal.

Karena merasa bersimpati, Wilia pun menghampiri Oliv bermaksud membantu teman nya mengangkat telor untuk makan sore mereka.

"Ya udah, sini Gue bantu! Gini doang mah, aing juga bisa." Ucap Wilia dengan aksen Sunda yang kental.

"Hmm, ya iyalah! Kebangetan kalo Lo gak bisa! Anak TK aja pasti bisa ngambil telor yang udah Mateng doang mah." Pungkas Oliv tidak mau kalah.

Wilia terkekeh-kekeh mendengar ucapan Oliv yang berbicara tanpa ekspresi.

Setelah Wilia berhasil mengangkat telor ceplok tersebut, keduanya segera bergegas masuk kembali ke kamar mereka.

Saat Oliv baru membuka pintu kamar, tampak Agesti sudah duduk di tepian kasur mereka sembari menatap ke arah ia dan Wilia dengan senyum mencurigakan.

"Giliran makanan udah Mateng aja, Lo bangun." Sahut Oliv kesal. Bagaimana tidak, ia adalah satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas perut kedua rekan nya tersebut. Oliv tidak masak, semua tidak makan. Begitulah kira-kira, saking malas nya Agesti dan Wilia belajar menyajikan makanan padahal di usia mereka sudah sepantasnya untuk bisa memasak dan menyajikan makanan dengan baik tanpa banyak masalah.

Agesti cengengesan kemudian menguap lebar-lebar. Dalam hati, rasanya Oliv ingin sekali mengatakan "Pantesan aja Tio lebih milih Lola yang anggun daripada Lo, Ges." Namun keinginan itu segera ia urungkan karena pasti akan menyakiti hati Agesti.

"Hehe.. tadi Gue mencium bau-bau makanan di sekitar sini, jadi Gue kebangun." Sahut Agesti sedikit terlambat.

"Ish! Biasanya denger teriakan aja Lo gak bangun, Ges! Kok tumben ya cuma mencium bau telor aja udah kebangun." Tutur Wilia sinis.

Ucapan Wilia itupun langsung mengundang tawa dari kedua teman nya. Entah kenapa Agesti malah ikut tertawa - bukan nya mikir!

---

Nasi yang di tunggu-tunggu akhirnya matang juga. dengan di bantu kipas angin berukuran mini, ketiga gadis yang penuh dengan masalah itu tampak bergantian mendinginkan kepulan asap dari nasi yang baru di angkat oleh mereka.

Terlihat dengan jelas bahwa sekecil apapun kegiatan mereka, akan menjadi kenang-kenangan yang mereka ingat sampai tua, bukan hanya tentang kebersamaan, persahabatan ataupun yang lain nya. Melainkan penderitaan, perdebatan dan hal-hal yang lebih sering mereka lakukan bertiga di dalam kamar kos yang sering menunggak berbulan-bulan tersebut.

Kalau bukan karena kebaikan hati Wilia yang sudah menyerahkan segenap uang pemberian Abah nya dari kampung, mungkin saja ketiga nya sudah terusir sejak minggu-minggu kemarin.

Setelah nasi tersebut sehangat kuku, ketiga nya langsung melahap makanan paling mewah yang bisa mereka makan hari ini dengan perasaan yang bahagia.

Usulan Wilia mengenai perkara telor ceplok yang membosankan kini sudah dilupakan. yang terpenting untuk sekarang adalah perut mereka terisi agar bisa tidur nyenyak di malam hari.

"Ges! besok Lo jadi ke acara pernikahan nya Tio sama Lolla?" Tanya Oliv seperti biasa, dengan penuh kepolosan dan tanpa dosa.

Agesti memperlambat kunyahan nya seperti hampir kehilangan selera saat mendengar pertanyaan Oliv tersebut.

"Gak tau, kalo gak kesiangan Gue berangkat." Jawab Agesti berusaha santai. Walaupun, ya.. siapa sih yang tidak kacau saat mengetahui lelaki yang sudah bertahun-tahun bersama nya malah menikahi musuh bebuyutan nya saat SMA? semoga hanya Agesti seorang yang tidak beruntung.

"Semoga besok Lo terlambat, biar kita gak usah pergi ke sana sekalian." Sahut Wilia merasa tidak yakin kalau Agesti akan kuat melihat Tio bersanding di pelaminan dengan Lola, si pelakor bersertifikat menurut nya.

avataravatar
Next chapter