webnovel

Bersama papa

Setelah puas bermain dengan Rayhan, akhirnya tamu tamu tak di undang itu pulang ke habitat masing masing.

Dan kini tinggallah Raka dan Rayhan di apartement. Dua pasangan dan ayah itu hanya diam dan melalukan aktivitas sendiri, seperti Raka yang sibuk dengan ponsel miliknya dan Rayhan yang sibuk dengan pikirannya.

Raka dan Rayhan tadinya udah akrab namun sekarang terjadi kecanggungan antara keduanya.

Rayhan sebenarnya bosan, tapi papanya itu sama sekali tak peka ia asik sendiri bermain ponsel. Tanpa tahu saja kalo anaknya itu tengah dilanda kebosanan. Rayhan kan termasuk anak yang gampang bosan, gampang bad mood.

Ingin berteriak tapi takut jika papanya itu akan marah, jadi yang bisa Rayhan lakukan hanya duduk tenang di sofa sembari memperhatikan papanya yang sibuk dengan dunianya sendiri. Berasa patung dia.

20 menit berlalu dan Rayhan masih tetap berada di posisinya.

"Papa Rayhan bosan," ucap Rayhan pada akhirnya namun tak mendapat respon dari Raka membuat Rayhan kesal.

Ingin bermain handphone namun ponselnya sedang di charger, mau nonton tapi acaranya ngebosenin, mau keluar tapi gak dibolehin mama. Terus Rayhan harus apa dong. Kalo masih di rumah om Dika, kan enak ada Rafi dan Rafa tapi di sini, berasa gak di anggap. Nyesal deh Rayhan datang ke sini.

"PAPA!" teriak Rayhan memanggil papanya dengan kesal karena diabaikan.

"Hmm," gumam Raka masih fokus pada ponsel.

"Papa Ray bosan," rengek anak itu kayak bocah 5 tahun. Melupakan harga dirinya, bertingkah layaknya anak kecil.

Raka mendongakkan kepala, menatap putra semata wayangnya yang berdiri di depan dirinya dengan pandangan kesal.

"Main sana," usir Raka seakan tak peduli.

"Pengennya sih gitu, tapi main apa,"kata Rayhan masih merengek.

"Main apa kek, main Barbie aja,"kata  Raka santai tanpa dosa.

Rayhan yang mendengarnya serasa ingin menukar Raka dengan papa baru yang lebih tampan, kaya, dan tentunya ada akhlak, gak kayak Raka.

"Papa pikir aku perempuan, disuruh main Barbie," marah Rayhan. Ia pun memalingkan wajahnya ke sembarang arah, malas menatap wajah papa nya yang sok tampan.

"Yah makanya jangan berisik, gue sibuk."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Raka kembali bermain ponsel.

Rayhan yang abaikan, semakin ngambek.

"Apa ponsel itu lebih penting dari Ray?" Tanyanya tiba tiba lalu berlari ke kamarnya, tak lupa menutup pintu kamar dengan keras.

Ngambek ceritanya.

Raka berhenti bermain ponsel sejenak, setelah kalimat menyakitkan itu dilontarkan padanya.

"Sorry Ray," batin Raka. Ia tak mampu berbuat apa apa, selain kata maaf yang hanya dirinyalah yang mendengar.

***

Satu jam berlalu, Rayhan masih berada di kamarnya tak lupa juga ia menguncinya bahkan saat Dinda datang pun, Rayhan masih belum keluar. Dia memang bukanlah anak kecil lagi yang di bentak dikit ngambek, namun bagaimana pun juga ia terlalu kesal dengan papa nya itu.

"Ray mana?" Tanya Dinda saat tak menemukan keberadaan Rayhan, dirinya baru saja pulang.

"Jangan bilang kalo Lo buang dia,"tebak dinda ngasal.

"Ihh yang kok tebakannya benar banget," ucap Raka dengan tersenyum menyebalkan.

"Bisa gak sih Lo itu serius dikit," ucap dinda masih sabar. Untung suami, kalau bukan udah dia gadai terus cari papa baru buat Ray.

Dinda itu gampang marah, meskipun berwajah imut bak gadis gadis remaja, tapi jangan salah, kalo udah marah juga serem banget kayak macan betina.

"Siapa yang bercanda, gue serius."

"RAKA! " teriak Dinda dengan marah. Udah terlanjur kesal dia. Meskipun sebenarnya Raka itu cuma bercanda, tapi bisa gak sih Raka bersikap manusia normal sekali aja.

Raka yang melihat Dinda mulai marah mendadak ia takut, "Ampun yang, Ray ada di kamarnya," kata Raka takut.

"Tidur?"

"Gak yang, dia ngambek sama gue," jujur Raka.

"Lo apain anak gue,"ucap dinda tajam.

Dinda kini sudah menatap Raka layaknya singa yang sedang kelaparan, siap menerkam Raka yang semakin hari semakin ajaib tingkahnya.

"Gak. gue gak ngapa ngapain, dianya aja yang ngambek kan," balas Raka. Kan emang benar, Raka gak ngapa ngapain Rayhan, sedari tadi dia hanya bermain ponsel.

"Pokoknya gue gak mau tahu, Lo harus bujuk dia,"ucap Dinda mutlak.

Raka membolakan matanya, apa ia tidak salah dengar. Bagaimana caranya coba.

"Tapi yang, gimana caranya, gue kan gak berpengalaman dalam membujuk, kalo membujuk kamu sih gampang tapi kalo Ray, gue aja gak tahu apa yang dia suka dan apa yang dia gak suka," ucap Raka sambil memasang wajah sok sedih.

"Yah makanya Lo harus ngertiin dia."

Setelah mengucapkan itu, Dinda pergi meninggalkan Raka yang sedang pusing.

"Tapi yang," protes Raka, namun tak di urusi oleh Dinda.

"Gini amat nasib gue punya istri dan anak kek mereka," gumam raka meratapi nasib nya.

Si papa muda yang baru merasakan berat nya merawat anak.

Selama ini kemana aja. Gak kebayang deh jika dari bayi Rayhan di rawat sama Raka dan Dinda.

***

Tok. tok.

"RAY!" teriak Raka  di depan pintu kamar, untuk yang kesekian kalinya namun tak ada sahutan dari dalam.

"Ray jangan ngambek dong, maafin gue ya," bujuk Raka berharap Rayhan mau mendengarnya.

Masih tak ada balasan dari ucapan nya.

"Lo mau apa nanti gue beliin."

"Gue serius, Lo bilang aja nanti gue kasih."

"Ray Lo tidur ya?"

"Ray please maafin gue."

"Lo mau masuk neraka karena gak mau maafin gue."

"Ray maafin dong."

"Masa gitu aja Lo ngambek."

"Ray bukain pintunya."

"Rayhan."

"Ray please maafin gue, gue ngaku salah tadi."

"Ray jangan diemin gue dong."

"Nyahut kek."

"Ray sorry."

"Lo jangan kek perawan yang lagi marah sama pacarnya," teriak Raka bercanda.

"Rayhan maafin gue yah, kalo lo gak maafin gue, entar mama Lo gantung gue. Emang Lo tega."

"Rayhan maafin gue, bukain pintunya."

"Entar Mak lu jadi monster kalo Lo gak mau keluar."

Dinda datang dan menjewer telinga Raka.

"Aduh, yang sakit," protes Raka.

"Siapa suruh bilang kek gitu."

"Yah maaf yang, itu kan cuma buat bujuk dia, siapa tahu kan dia mau bukain pintunya karena gue bilang gitu.

"Sana minggir," Dinda mendorong sedikit tubuh Raka dari Pintu.

"Yang mau ngapain."

Dinda membuka kamar Rayhan dengan kunci cadangan.

"Kok gue gak kepikiran yah."

"Karena Lo bego," kata sadis Dinda dan membuka pintu kamarnya.

Dinda masuk kedalam bersama Raka yang mengekor di belakangnya

Dan mendapati Rayhan yang tertidur dengan earphone di telinganya.

"Pantes gak nyahut, ternyata dia tidur."

"Sia sia dong kata kata gue tadi," kata Raka lesu dan keluar dari kamar.