1 01. RETAKNYA PERMATA

Kelam, tenang, hening...

Tidak sedikit orang - orang yang bisa merasakan langsung.

Apalagi, tidaklah mudah untuk mengingat akan sensasi maupun imajinasi melalui foto.

Reyhan aryana, ia menjalani hobinya sebagai fotografer selama hampir 2 tahun. Ia selalu menerima undangan dan berkunjung di berbagai tempat.

Karyanya selalu mendapatkan dukungan dan terkadang ia juga diundang untuk sebagai inspirasi sekaligus motivator bagi anak-anak muda.

-----

" ( Reyhan... Reyhan... ) "

Suara itu terus menerus memanggilnya.

" ( siapa. siapa yang memanggilku? ) "

Ia terus berlari tanpa henti, hanya saja disaat ia sudah mulai kelelahan, sepasang tangan lembut memegang wajahnya.

" ( Reyhan... ) "

Saat ia melihat wajah orang tersebut...

" ( Reyhan... ) "

Mendadak wajah orang itu mengelupas sendirinya. Parahnya lagi, ia mengatakan sesuatu dengan mulut mengeluarkan darah dan ular.

" ( tolong aku... ) "

-----

Sontak saja, Reyhan langsung bangun. Ia menghela nafas sembari memegang keningnya.

Cukup lama baginya untuk bisa tenang setiap kali ia mengalami mimpi buruk.

" ( sudah berapa lama aku mengalami mimpi yang sama? ) "

Ia melihat selembar undangan yang tergeletak di meja.

" ( rasanya, aku tidak yakin... ) "

Setiap pagi, setelah berhasil memenangkan diri, ia mencetak beberapa foto makan cemilan kacang yang selalu ia sajikan di piring.

Ia memilih foto yang menurutnya bagus dan bisa dikirim oleh rekannya.

"Rey... kau ada dirumah?"

mendengar suara yg ia kenal, ia pun merespon seperti biasa.

"Masuklah." katanya dengan nada datar.

Reyhan tinggal sendirian semenjak orangtuanya meninggal akibat kecelakaan mobil 8 tahun lalu. Dan hanya 3 temannya yang menemani dikala tidak ada kerabat keluarga yang berkunjung.

"Cetak foto lagi?"

"Iya." jawab reyhan yg sangat datar.

"Sudah sarapan?"

"ini... "

Nina lesmana dan Samsul bahri selalu menyempatkan pagi hari dan menikmati sarapan pagi bersama - sama.

Sebagai teman, tentunya tidak baik jika tidak menyempatkan diri untuk berkunjung.

Walaupun reyhan lebih suka kesunyian daripada keramaian.

"Kacang lagi, kau itu sangat suka kacang ya." kata samsul yg heran.

"Tidak juga. Ini membuat ku fokus dan melatih konsentrasi."

Sontak saja samsul langsung mengambil paksa kacang tersebut.

"Hey samsul, kembalikan kacang ku!"

"Tidak perlu, kita sarapan bersama. karena ibunya nina membuatkan sarapan untuk kita."

Candanya..

"Ayolah, aku tidak apa-apa kalau cuma makan kacang saja."

"Rey.. sudah. nanti keburu dingin. seret dia ke ruang makan samsul, akan ku siapkan segera"

"Siap bos!"

Samsul menarik tangannya Rey, namun tak berselang lama ia membisikkan sesuatu..

"Ayolah, kau tidak harus dingin begitu. kau tidak mau makan kari ikan berkuah yang dibuatkan oleh ibunya, kan!" Kata samsul sambil menunjuk makanan yg dibawa nina.

"haa... ya sudah. "

Mau tidak mau rey menurut dan langsung menuju ke ruang makan. Sangat disayangkan karena ia masih kesal akan tingkah laku dari samsul.

"Tidak biasanya kalian datang sepagi ini." tanya reyhan.

"Lo. Padahal biasanya kau lebih tau.." kata samsul yg heran

"Memang sih. tapi tidak seperti itu juga kan."

"Kau ini memang anak pelupa. Tapi kau harus tau, karena akan lebih baik jika kita sarapan dulu. baru akan kami jelaskan masalahnya. paham?"

"Terserah." kata reyhan yg terlihat cuek.

"Rey, Samsul, ayo cepat kemari. " teriak nina

"Sebentar. ayo cepat, atau kita kehabisan jatah sarapan nanti. " sahut samsul

"Berisik. "

Yg tidak disukai reyhan adalah sifat samsul yg selalu memaksa.

"Ayo Rey." kata samsul sambil menarik tangan reyhan.

"Sabar..."

Hanya saja ketika Samsul memegang tangannya Rey, sesuatu tak diduga terjadi.

Rey bukan melihat Samsul, namun ia melihat seorang gadis, dia terlihat seperti berusia 18 tahun.

-----

" Rey. "

" siapa... kau..."

" kau tidak mengingatku?. wajar saja. kau masih hilang ingatan."

-----

Namun...

"Rey."

sontak ia tersadar begitu samsul menyadarkannya.

"Kenapa malah melamun, ayo cepat ke ruang makan." kata samsul yg kembali menarik tangan reyhan.

" i.. iya...

( tadi itu.. siapa ya? ) "

-----

avataravatar
Next chapter