1 Chapter 1 - The Beginning Of A Destiny

"Owh…. Shit." Umpat gue ketika mendapati jam menunjukkan pukul 06.30

Gue segera meninggalkan kasur kesayangan untuk bersiap menuju sekolah. Meskipun sudah mepet, gue gapernah melewatkan mandi. Karena gue sadar gue bau. Beruntung gue bukan tipe orang yang suka mandi lama-lama.

Jam 6.50 gue udah siap berangkat, tapi partner berangkat sekolah gue Jasmine belum terlihat batang hidungnya. Memang kita sering siang saat berangkat sekolah, tapi ini benar-benar sudah sangat siang.

Udah gue telpon dua kali tapi ga ada jawaban. Gue ga bisa ninggalin dia begitu saja. Kita selalu berangkat bareng walaupun telat.

"Halo.." Akhirnya telpon ketiga ini diangkat.

"Halo Ra?"

"Lo dimana Jas? 9 menit lagi masuk bray."

"Ra lo duluan aja gapapa! Gue masih ada urusan nih."

"Gue tunggu oke?"

"Gausah ntar terlambat lagi lo."

"Yaelah Jas kayak hal baru aja sih terlambat. Kita juga sering kali terlambat."

"Kali ini lo berangkat aja gausah tunggu gue!"

"Gue gapapa terlambat Jasmine!!"

"Plis Ra!!"

"Oke gue berangkat, lo cepetan!"

"Iya."

Okesip. Gue berangkat sendiri dan ini pukul 6.54 masa ntar gue dihukum sendiri… kalo bareng Jasmine kan ada temen.. asatatank… Jasmine kenapa ya tumben banget kalem. Au ah pikirkan dulu keselamatanmu.

Okey kita tancap gas….

∞∞∞

Telat 1 detik saja gerbang sudah di tutup. Beruntung skill pembalap gue bagus. Coba aja gue naik motor kayak kura-kura.

Fiuhh…Ngeness sekali rasanya berangkat sendiri bener-bener kek orang kesepian.

Langkah gue terhenti begitu melihat motor matic hitam yang sangat gue kenal.

Dugh..

"Awas lo ya!!!" ucap gue sembari menendang ban motor

Brakk…

Semua pandangan mata penghuni kelas XII IPS 4 tertuju pada gue yang tiba-tiba menggebrak pintu. Malu sihh.. tapi lebih didominasi rasa jengkel usai melihat Jasmine sudah santai-santai ria di bangku pojok.

"Eh bangsat lo kok ninggalin gue??? Kalo mau berangkat duluan bilang aja gausah pake boong!" ucap gue jengkel "Untung aja gue titisan Marquez."

Gue langsung berhenti nyerocos ketika mendapati muka ditekuk Jasmine. Mendadak gue merasa bersalah karena udah nyalahin dia. Siapa tahu tadi dia ada masalah, gue sebagai temen justru buat harinya makin ga mood.

"Jas lo gak apa-apa kan?" Tanya gue yang khawatir namun diacuhkan oleh Jasmine. Jasmine tetap main hp tanpa melirik gue.

"Jas?" panggil gue.

"Gak apa-apa." Sahutnya tanpa liat gue.

Gue mencoba mengingat-ingat apa salah gue sama dia, masa dia badmood gara-gara gue? Gue merasa bersalah tanpa tahu penyebabnya.

Disaat gue sedang terbenam dalam pikiran, Kayla teman sebangku gue menghampiri gue dengan wajah serius yang membuat gue semakin bingung.

"Ara, temenin gue yuk ambil uang di parkiran. Ketinggalan tadi." Pinta Kayla

Daripada gue berada di atmosfer yang sangat tidak mengenakkan, lebih baik gue keluar dan bisa berfikir jernih.

"Lo kok tadi ga sama Jasmine berangkatnya?" Tanya Kayla kalem.

"Tadi dia nyuruh gue duluan taunya dia yang sampe duluan." Sahut gue

"Lo ada masalah ya sama Jasmine?" Oh My God itu buat gue semakin merasa bersalah tanpa tau apapun.

"Kayaknya ngga deh. Kemaren baik-baik aja." Jawab gue ragu.

"Biarin aja dulu! Mungkin ada masalah dengan keluarganya." Ucap kayla mencoba menghibur

"Tapi dia tadi ngobrol sama yang lain ceria-ceria aja. Apa gue ada salah ya sama dia?"

"Lo nethink mulu." Sahut Kayla seraya mengambil uang dari jok motornya.

Gue dan Kayla kembali ke kelas dengan keheningan.

Bugh..

"Aww.." keluh gue ketika seseorang menyenggol lengan gue saat mau masuk kelas.

"Sorry.. soryy.." Sahut orang yang sedari tadi ada dipikiran gue.

Dia menjawab canggung seperti menyenggol orang asing. Dia bahkan tidak menanyaiku, entah mau kemana dia pergi dengan terburu-buru bersama Sophia. Sophia pun belum bicara dengan gue sejak tadi.

Ada apa ini??

Kok sakit??

Jasmine kenapa??

Gue salah apa??

Rasanya ingin menangis melihat sahabat yang sangat akrab menjadi seperti orang asing hanya dengan semalam.

Gue duduk dibangku dengan tatapan kosong. Mempertanyakan sikap Jasmine yang tiba-tiba berubah. Dan entah kenapa juga atmosfer kelas menjadi dingin. Semuanya Nampak beda.

Gue ga tau ada apa dengan hari ini, rasa-rasanya orang pada ngejauhin gue. Mereka hanya bicara seperlunya sama gue. Kayla masih setia dan mau ngobrol dengan gue. Tapi entah mengapa rasanya berbeda.

Kita selalu berempat, gue, Sophia, Jasmine, dan Kayla. Selalu bareng-bareng, entah itu ke kantin, atau kemanapun. Tapi kenapa hari ini Sophia dan Jasmine seperti jaga jarak dengan gue. Gue salah apa???

Gue bener-bener pengen nangis, Tapi ga bisa. Air mata ini gamau keluar. Gue ingin lari dari sini.

Hari tinggal sebentar lagi, mungkin esok akan kembali seperti semula. Mungkin hanya aku yang overthingking. Ok. Semangat!!

Bel pulang telah terdengar. Aku segera mengemasi barang-barangku dan menghampiri Jasmine.

"Jas pulang bareng apa nggak?" Tanya gue canggung.

"Eh nggak Ra, gue mau pergi dulu sama Sophia. Lo hati-hati ya!" Jawabnya mungkin jika aku sedang tidak overvthingking ini bukan apa-apa. Tapi untuk saat ini mungkin gue yang baperan.

"Oh.. Oke.. kalian hati-hati juga ya!" Sahut gue seraya meninggalkan kelas.

Untuk pertama kalinya gue naik motor sambil nangis. Gapeduli dengan tatapan orang yang melihat. Gue sangat kacau hari ini.

****

"MAMA…." Adu gue sama Mama. Gue gapeduli mau dibilang manja atau gimana. Yang penting gue ada tempat bersandar.

"Kenapa Ra?" Sahut Mama

"Gatau pengen nangis. Ma Ara salah apa hari ini?"

"Sana makan dulu habis itu mandi sholat. Tanya sendiri sama Allah!" pinta mama yang aku turuti.

Malam pun tiba. Banyak kecemasan dan kekhawatiran yang gue alami. Takut bagaimana jika esok ternyata gak kembali seperti dulu? Bagaimana jika tidak berubah? Bahkan lebih parah? Gue takut.. entahlah gue hanya bisa pasrah.

"Ara… mama papa kondangan dulu ya. Adek main di rumah tetangga." Teriak mama dari luar kamar.

"Ya Ma.." sahutku.

Malam ini… ku sendiri..

Tak ada yang menemani…

Pet…

"MAMAAA… PAPAA…" Teriak gue langsung keluar dari rumah. Sialan kenapa harus mati lampu. Kurang menderita apa gue hari ini??

Hari ini ..Hari yang kau tunggu

Bertambah satu tahun

Usiamu.. bahagialah slalu..

Seketika gue blank. Apa ini nyata? Atau hanya ilusiku semata. Tiba-tiba teman-teman kelas datang sambil bersorak menyanyikan lagu. Sophia datang membawa cake yang diatasnya terdapat lilin.

Belum sempat gue berpikir, gue lebih dulu menangis sejadi-jadinya. Aku sangat bersyukur ini hanya prank. Kemana lagi gue harus berada jika gue sedang stress dirumah kalo ga sama teman-teman.

"Jan nangis dong!!!" Ucap Jasmine kembali seraya mengusap pundakku.

"Kalian ngagetin gue tau ga. Gue kira beneran. Huhu…"

"Buktinya nggak. Ayo dong tiup lilinya. Ntar mati lagi, lo tau ga berapa kali ni lilin mati ngeselin aja." Sahut Sophia tersayang.

"Make a Wish dulu dong!!" Ucap kayla

Aku pun berdoa semoga semua teman-temanku diberi kemudahan dalam hidupnya. Semoga di tahun terakhir kami, kita semua tetep langgeng dan bertemu kembali dengan kesuksesan.

Aamiin…

Fuhh…

"Yeee…" Sorak semua.

"Tadaa…." Kaget Jasmine seraya membawa cake kecil dalam wadah plastic.

"Ini adalah Oreo Cheese Cake special buatan kita buat lo."

"Kok gue ragu ya… ga mungkin kalian ga aneh-aneh." Sahut gue curiga.

"Yaelah Ara seudzon banget si lo. Kita udah buat capek-capek buat elo. Tapi lo ga ngeharagain? TEGA LO ARAA" Protes Sophia.

Demi menghargai mereka gue terpaksa mencicipi satu sendok suapan dari Jasmine.

"Woekk… Anjirr.." gue langsung pergi ke wastafel. Ga ada yang aneh emang, Cuma terselip alpukat didalam yang buat gue muntah. Mereka tau banget emang apa yang gak gue suka. Sialan… masih untung nggak durian.

Gue kembali ke depan rumah. Mereka punya cola sama jajanan darimana?? Bingung gue baru menyadari mereka juga dapat sevice.

"Ra, mungkin ini ga seberapa. Tapi kita ngasih ini sambil mikirin lo." Ucap Arga sambil menyerahkan kotak hadiah yang bentuknya sangat-sangat menyeramkan. "Itu kado dari laki-laki dikelas. Semoga lo suka ya!"

"Plis… gue beneran ga tenang. Ini juga aneh-aneh kan??" curiga gue.

"Seudzonan muluu jadi orang." Protes Deon.

"Gimana ga seudzon, orang gue tau kalian kek gimana. Gak mungkin kalian tuh ga aneh-aneh."

"Yaudah si buka aja!!" Ngegas Arga.

Ni begimana si malah pada ngegas.

Oke gue buka. Kotak berisi kotak lagi, masih gue terima. Isinya masih kotak lagi, untung gue sabar. Kotak terakhir isinya kertas-kertas dan gue harus mengambil isi didalamnya. Jujur gue takut ni.

Kok begini ya bentuknya… gue ngerasa aneh, takut sekaligus penasaran. Gue angkat dan..

"A... bangsat. Yaishh… SIALAN YA KALIAN.. PERGI DARI RUMAH GUE!!!"

Gue lemas seketika setelah menyadari gue memegang ular mainan. Mereka tau banget si gue takut apa.. kesel sendiri gue. Kalo gini gue gatau harus bersyukur atau nggak mereka tahu apa yang gue takutin.

"Malam semua.. Terimakasih buat teman-temanku yang tercinta." pidato gue

"Hoeekk" Sahut mereka. Aku hanya mencibir.

"Hari ini sangat-sangat tidak terduga, gue bahkan lupa kalo hari ini gue ultah. Thanks banget buat kalian yang udah ngerayain, terutama buat Amigo Girls. Acting kalian the best sekali.. Oke berhubung gue lagi miskin, jadi sorry to say, ga ada traktiran yah…"

"Fu*k… pulang aja ayoklah.. apaan nih..sia-sia kita!" Sahut Arga.

"Cabut-cabut saja!! Ga guna sekali…" Sahut Rafael. Dan masih banyak cibiran lain.

Gue hanya menanggapi dengan senyuman.

Mungkin tanpa mereka SMA gue rasanya hampa...

avataravatar
Next chapter