webnovel

8

Seorang pria tua duduk dengan termengu di depan tv. Menatap layar dengan tatapan terkejut.

"Kenapa jadi seperti ini?" gumam Martin mengusap wajahnya dengan kasar.

Sebencinya Martin kepada Agnes. ia tidak pernah mengharapkan kematian menantunya itu. dengan langkah berat. Martin segera menuju rumah sakit tempat Agnes di rawat.

Polisi yang melihat Martin, segera menghampiri Martin untuk meminta keterangan kecelakaan tunggal tersebut.

Martin hanya bisa menjelaskan, kalau pembantunya itu berniat menjemput dirinya untuk pulang kerja. Karena merupakan pembantu yang rajin dan berapa bukti juga menguatkan Martin yang memang lembur kerja sampai jam 10 malam. Yang semakin menguatkan alibi tersebut.

Martin menghela nafas, kemudian bersuara sedih.

"Saya sudah bilang padanya, tidak perlu jemput. Saya bisa pulang pakai taxi, tapi pembantu saya mengatakan tidak percaya dengan namanya taxi. Maka ia nekat menjemput saya saat malam itu," lirih Martin dengan cerita bualanya yang di dukung dengan ban mobilnya yang pecah. Semua kebohongan dan buktinya sangat kuat dan sungguh menyakinkan.

"Pembantu anda sedang hamil, apa anda tahu? Apakah anda ayah dari anaknya?" tanya salah satu wartawan iseng yang tidak percaya dengan alibi Martin.

"Bukan, saya bukan ayah dari anak yang di kandungnya. Pembantu saya suka berkeliaran di pagi hari dan selalu pulang siang hari. Saya tidak tahu siapa ayahnya, kan saya kerja dan membebaskan para pembantu boleh jalan. Asal pekerjaan mereka selesai," sangkal Martin dengan cerita bualannya yang melindungi Roy dan istrinya. karena Martin sudah tahu siapa pelaku yang membuat Agnes seperti ini, jika bukan putranya maka kedua wanita yang bekerjasama melakukannya. Saat ia sedang sibuk kerja di kantor.

"Apa segala perawatan akan anda tanggung termasuk kerugian materi?" tanya wartawan lainnya.

"Iya, semua salah saya yang memberikan kebebasan pada pembantu jadi akan saya ganti semua kerugian. Juga membiayai biaya rumah sakit," jelas Martin menyakinkan.

"Apakah anda akan menuntut biaya ganti rugi kepada pembantu anda?" tanya wartawan wanita yang di sebelah Martin.

"Tidak, semua ini kelalaian saya. Pembantu saya itu aslinya dari kampung terpencil, ia datang ke ibu kota untuk kerja dan kebetulan saya mencari pembantu saat itu. jadi saya tidak bisa menuntutnya," jelas Martin berbelit-belit yang berhasil membuat semua wartawan menyingkir termasuk pihak kepolisian.

Setelah semuanya selesai, Roy datang kerumah sakit.

"Lebih baik kau ceraikan dia, sebelum semua perbuatan kalian ketahuan oleh publik!" ancam Martin yang geram sampai urat dahinya nampak menjol keluar. akibat kasus yang menyeret namanya.

Kata setuju cerai entah kenapa sulit terucap dari bibir Roy.

"Aku tidak mau tahu alasan kau dan Gisela, atas apa yang kalian lakukan pada Agnes dan Aku tidak mau perusahanku hancur karena ulah kalian," cibir Martin berbelit-belit dengan perkataanya yang emosi tinggi.

"Kalau aku tidak mau menceraikannya?" tanya Roy tetiba.

"Hak warismu akan aku cabut sebagai biaya ganti kepada orang tua Agnes. kau kira keluarga Agnes di kampung bisa kau tipu. Jika sampai mereka punya bukti, maka…"Martin mengantungkan kalimatnya.

Dengan terpaksa, Roy melukiskan tanda tangan di surat perceraian yang akan di urus oleh ayahnya. Walau hatinya terasa sakit melepaskan Agnes pergi dari sisinya.

"Maaf tuan, anda majikan Agnes?" tanya seorang dokter yang berjalan menghampiri Martin.

"Iya, saya majikan Agnes! maafkan asisten rumah tangga saya yang membuat banyak wartawan di sini," balas Martin ramah dan menyesal.

"Tidak masalah, yang penting sudah selesai dan saya mau kasih tahu. Tolong sampaikan kepada suami pasien, bahwa kami gagal menyelamatkan janinnya dan sekarang pasien sedang koma. Semoga ia bisa melewati kritisnya," jelas dokter yang masih tenang dengan sikapnya.

deg

jantung Roy berdetak kencang. ketika mendengar janin yang di kandung oleh Agnes sudah tiada.

"Baik, akan saya sampaikan dan tolong selamatkan asisten rumah tangga saya. Saya banyak berhutang budi padanya," lirih Martin dengan menghapus air matanya.

"Akan kami usahakan tapi kami bukan tuhan, jadi bersiap dengan apa yang akan terjadi sewaktu-waktu."

Martin dan Roy membeku di tempat.

Saat dokter sudah pergi jauh, sebuah tamparan melayang ke wajah Roy.

"Kau memang …" Martin mengantungkan kalimatnya dan ia langsung pergi dari hadapan Roy yang masih diam membeku.

Roy tidak tahu akan terjadi kecelakaan seperti ini dan mengakibatkan nyawa Agnes kritis dan kehilangan anak yang di kandungnya.

Rasa bersalah menghampiri Roy sedikit demi sedikit. Tapi ia masih keras kepala dan menyangkal anak yang telah mati itu bukan anaknya. Sehingga ia pergi dengan santainya.

Selama berhari-hari, berminggu-minggu. Martin bolak-balik kerumah sakit dan ketempat pengacara untuk mengurus surat perceraian keduanya.

Anna yang kesal dengan perhatian Martin, mulai menegur suaminya.

"Kau mau awak media mencium gerak gerik yang kalian lakukan?" tanya Martin dengan nada menekannya.

Anna terdiam. Begitu juga dengan Gisela.

"Selama pihak polisi masih di sogok, masih bisa tutup mulutnya. Bagaimana dengan pihak polisi lain yang menyadari jika kabel rem sengaja di potong seseorang dan ada sidik jarinya. Kau dan kau, mau hidup di penjara atau bebas?" tanya Martin yang menujuk jarinya ke Anna dan Gisela.

Kedua wanita yang duduk bersama-sama, semakin mengigil ketakutan. Apa yang mereka lakukan kenapa bisa ketahuan oleh Martin. lebih sialnya kenapa bisa tinggalkan jejak jari di kabel tersebut.

"Jika sidik itu di cocokkan maka nama kalian akan menguap di pemberitaan pada besok pagi. Lebih baik kalian berpura-pura perhatian sebagai majikan yang baik. daripada memancing reaksi para netizen yang lebih hebat dari detective," saran Martin yang berlalu pergi dengan kesal.

Anna dan Gisela saling melihat satu sama lain. Mereka sungguh takut, jika apa yang mereka lakukan sampai di bocorkan oleh polisi lain seperti kata Martin.

Demi menjaga populitas, Gisela sengaja datang kerumah sakit untuk menjenguk Agnes yang belum sadarkan diri dan tidak lupa menyumbangkan biaya perawatan dengan membuat pernyataan asisten rumah tangga Martin merupakan yang terbaik selama ini dalam bekerja di keluarga Martin.

Publik yang percaya, banyak mendoakan kebaikkan Gisela di balas berlipat-lipat oleh tuhan. Begitu dengan Roy, ia mengatakan asisten rumah tangganya sangat mahil menjada putrinya dan sangat dekat dengan putri semata wayangnya. Sehingga putrinya mengalami perasaan sedih yang luar biasa, sehingga sekarang ini tidak dalam keandaan baik untuk di temui.