webnovel

Heliene : Mother Of Harem

Dulu, Rosa selalu membanggakan sahabatnya. Dulu, Rosa selalu membela sahabatnya, Rosa selalu percaya pada sahabatnya, Rosa selalu mendukung semua keputusan sahabatnya. Tetapi, itu semua dulu. Semenjak Rosa tau bahwa sahabatnya berselingkuh dengan suaminya, Rosa mulai membenci sahabatnya. --- Valeria tau bahwa hidupnya tak pernah berjalan mulus. Mulai dari masalah keluarga, sekolah, sahabat hingga cinta. Valeria tak pernah bertanya siapa ayah kandungnya, Valeria tak pernah ingin tau mengapa teman-teman sekolahnya membencinya. Valeria tak ingin mengecewakan sahabatnya. Valeria juga tak ingin menghancurkan cintanya. Tetapi, semenjak ia mengetahui kebenaran dalam hidupnya, Valeria mulai membenci semuanya.

Samira_Delove · Teen
Not enough ratings
5 Chs

Rubby and Swan

Di sebuah gedung megah dengan artistic yang modern, berdiri sebuah panggung besar yang di hiasi bulu-bulu angsa putih di setiap jalannya. Gedung itu dipadati oleh berbagai wartawan, awak media dan para artis-artis papan atas dari seluruh dunia. Ya benar, malam ini adalah acara Tokyo Fashion Week edisi Spring Summer dari Ren's Collections. Kemegahan dan kemeriahan acara itu menghiasai kota Tokyo yang penuh dengan gemerlap lampu malam.

Renata sedang berada di backstage, lebih tepatnya di ruang make up. Ia sedang menyemangati dirinya dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa malam ini pasti berjalan dengan lancar. Sejak mendapat kabar dari Rossalia seminggu lalu, Renata mengubah jadwal acara Fashion Week yang harusnya diselenggarakan akhir bulan nanti menjadi malam ini. Ia tak ingin mengecewakan temannya, jadi ia berusaha keras untuk mengadakan acara ini malam ini. Walau terkesan cepat dan buru-buru, tetapi ia yakin bahwa hasilnya nanti akan sama memuaskannya seperti acara tahun lalu. Ini adalah karya keduanya semenjak ia merintis karir di dunia desaigner. Setelah merintis Winter Fall edition bersama Channel tahun lalu, sekarang ia menggandeng brand besar lainnya seperti Dior dalam Spring Summer edition.

Renata menarik nafas pelan. Ia melakukannya sebanyak tiga kali untuk menenangkan dirinya. Dirasa sudah lebih tenang, Renata duduk di kursi dan menyambar ponselnya. Ia membuka aplikasi chat dan melihat apakah ada balasan dari Rossa. Tetapi sayangnya, sudah satu jam ia mengabari temannya itu, Rossa tidak merespon chat darinya. Bahkan dibaca pun tidak. Renata menjadi kehilangan semangatnya untuk malam ini. Padahal ia ingin mendapatkan semangat dari Rossa. Apa dia tidak melihat berita malam ini? Acaranya ini pasti diliput banyak media internasional, pastinya pemberitaannya juga ada di Indonesia. Atau mungkin dia sedang berkencan malam ini? Secara ini adalah malam minggu. Jika memang benar, Renata ingin membatalkan acaranya malam ini dan diundur untuk besok saja. Ia sedikit menyesal karena telah memilih di hari sabtu.

Tetapi ia tak bisa melakukannya, karena ia harus professional dengan pekerjaannya. Ia menaruh kembali ponselnya. Ia berkaca sebentar, merapikan rambutnya yang sebenarnya sudah rapi dari tadi. Ia melihat kembali hasil riasannya. Setelah dirasanya sempurna, Renata keluar dari ruang make up dan bergabung bersama para model yang akan tampil malam ini. Ia akan menaiki panggung untuk di akhir acara bersama para model yang akan menjadi pengiringnya.

"Okay girls!!! Kita akan mulai 10 menit lagi, stand by di posisi masing-masing!!"

Teriak seorang staf laki-laki membuat para model dan penata rias masing-masing bersiap di posisi mereka. Renata juga telah siap di posisinya.

"Ready for this night?" Tanya seorang staf pada Renata.

"Of course" jawab Renata dengan penuh keyakinan.

Seketika lampu di seluruh ruangan itu padam. Lampu sorot menyala menyoroti panggung catwalk para model.

"Ready, start!!"

Lampu yellow warm menerangi seluruh ruangan, helai-helai bulu hitam bertebaran dari atas panggung bersamaan dengan para model menaiki panggung. Para media tak lupa mengambil gambar untuk bahan berita mereka. Blitz kamera tak hentinya menyoroti para model. Tak hanya para artis yang terpesona dengan penampilan malam ini. Tetapi, para desaigner pun terpukau dengan busana-busana yang di suguhkan. Malam itu acara berjalan dengan meriah.

Akhirnya sampai pada Renata yang akan menaiki stage. Ia begitu gugup dan terharu. Seorang penata rias memberinya sebotol air dan menata kembali dress yang di kenakan oleh Renata. Ia bersiap di balik panggung. Saat layar LED terbuka, tampak lah Renata yang berdiri dibalik layar itu. Ia berjalan dengan anggung menyambut para penonton, tamu undangan dan media. Ia seperti dewi malam yang begitu mempesona. Tak lupa Renata menampilkan senyum manisnya dan membungkuk sesekali pada para penonton. Ia berdiri di depan dengan para model yang berada di belakangnya.

"Terimakasih untuk semua yang sudah hadir dalam acara malam ini. Aku begitu bahagia dengan hasil karyaku. Aku berharap karya ini menjadi karya yang indah bagi kalian semua. Selebihnya, terimakasih."

Acara itu pun berakhir dengan taburan helai angsa putih dan hitam sebagai pengantar para model untuk kembali ke back stage. Tepuk tangan meriah terdengar jelas mengiringi malam bertabur bintang itu.

Renata kembali ke backstage dan lansung disambut tepuk tangan selamat yang ditujukan ke Renata. Renata tak bisa membendung air mata kebahagiaannya. Ia tak menyangka bahwa acara malam ini berjalan begitu sempurna. Pelukan selamat ia dapatkan dari para staf, model, serta semua yang telah berkontribusi pada acara itu.

Seorang wanita menghampiri Renata dan memberikan pelukan hangat serta sebuket bunga pada Renata. Renata menerima buket bunga itu dengan senang hati.

"Aku sungguh terpukau dengan karyamu. Acara malam ini begitu memukau. Betapa terkesannya aku dengan karyamu." Kata wanita itu

"Terima kasih banyak. Tanpamu aku tak bisa menggelar acara ini. Aku berterimakasih karena kau mau bergabung bersamaku untuk mensukseskan acara ini." Kata Renata

"Oh sayang, kau begitu berbakat. Mana mungkin aku melewatkanmu begitu saja. Aku jadi ingin bekerja sama denganmu untuk kedepannya."

"Dengan senang hati kuterima."

Mereka saling melemparkan senyum dan berpelukan sekali lagi. Dengan berakhirnya acara malam ini, kini Renata bisa memulai karirnya di dunia Internasional. Ia tak bisa membayangkan ketika ia akan berdiri dengan kedua kakinya saat ia tengah menacapai tujuan dari impiannya.

Setelahnya mereka berpisah, Renata kembali menyambut para tamu undangan dan beberapa desaigner lain. ia begitu sibuk untuk berbincang-bincang dengan mereka. Setelah dirasa cukup, Renata kembali ke ruang rias miliknya. Ia lansung menjatuhkan dirinya ke sofa yang ada di ruangan itu. Namun, ia bangkit kembali ketika ia mengingat sesuatu. Ya, ponselnya.

Renata mengecek ponselnya kembali, berharap ada balasan dari Rossa. Tapi sayangnya, ia harus kembali kecewa karena Rossa tak melihat pesannya sama sekali. Di hari bahagianya ini, ia membutuhkan ucapan selamat yang biasanya selalu ia dapatkan dari Rossa. Tetapi, entah mengapa hari ini, Rossa tidak memberinya kabar maupun ucapan selamat sekalipun.

Tok

Tok

Tok

Renata menoleh kearah pintu. Ia melihat seorang staf perempuan masuk membawakannya 2 buah kotak hitam yang tak ia tau apa isinya.

"Nona Ren, ada kiriman hadiah untukmu." Kata staf itu.

Renata mengerutkan keningnya. Ia berharap buka dari seseorang yang selama 5 tahun ini selalu mengiriminya hadiah.

"Letakkan saja di meja. Terimakasih" kata Renata

Staff itupun menaruh 2 kotak itu di meja rias Renata. Setelahnya, staf itu meninggalkan Renata sendiri di ruangannya. Renata menatap kedua kotak itu. Ia mengambil salah satu kotak yang kecil. Ia membukanya, dan didapatinya sebuah gelang rantai silver dengan bandul angsa hitam kecil. Gelang yang sangat cantik.

Renata mengambil sepucuk kertas yang terdapat di dalam kotak.

Untuk sahabat tercintaku, Renata

Jangan marah karena aku tidak menghubungimu seharian ini. Aku tau kau akan kecewa padaku, tapi itu memang tujuanku ahahahaha. Anyway, selamat untukmu. Aku bangga padamu Ren, kau adalah desaigner terhebat yang pernah aku kenal. Selamat atas keberhasilanmu. Kau tau aku menyayangimu kan? Jadi jangan marah padaku , oke. Buing.

Renata tersenyum membaca surat dari Rossa. Perasaan sedih dan kecewanya lenyap begitu saja. Temannya itu selalu mempunyai seribu cara untuk tak membuatnya kesal. Renata mengambil gelang itu dan memakainya di pergelangan tangannya. Gelang itu begitu cantik di tangannya. Ia senang dengan hadian dari Rossa.

Renata menatap kotak yang lebih besar yang belum ia buka. Mungkin saja kotak ini hadian lain dari Rossa. Ia lansung membukanya dan sebuah kalung Rubby terpampang dihadapnnya. Kalung ini tak kalah cantik dari gelang pemebrian Rossa. Matanya tak sengaja melihat kertas yang terselip. Ia berfikir sebentar. Apakah mungkin Rossa menulis surat lain?

Kau tau aku masih mencintaimu sampai saat ini. Kalung ini kupersembahkan untukmu. Wanita tercantik yang telah mencuri hatiku.

Yang mencintaimu selalu,

Ares

Renata menatap datar pada surat itu. Seharusnya ia sudah tau, bahwa orang itu tak akan pernah berhenti untuk mengganggunya. Renata menutuk kotak itu kasar. Ia membaung surat itu dan membawa kotak itu untuk ia buang ke luar. Matanya tak sengaja melihat seorang staff perempuan yang akan melewatinya. Renata menyegat staff itu.

"Ada yang bisa kubantu nona Ren?" Tanya staff itu.

"Ini untukmu." Kata Renata sambil menyodorkan kotak hadiah itu.

Staff itu menerima kotak pemberian Renata dan membukanya. Ia begitu terkejut saat matanya menangkap sebuah kalung Rubby yang bisa ia tebak sangat mahal harganya. Seketika ia merasa tak pantas untuk menerima kalung ini.

"Nngg nona, kurasa aku tak bisa menerima ini." Kata staf itu

"Ambillah. Ini dariku. terima kasih karena telah berusaha keras untuk mala mini." Kata Renata

"Tapi, nona ini-"

"Ambil saja. Aku tak pernah mengambil kembali barang yang telah aku beri pada orang lain."

Dengan segan staff itu menerima hadiah pemebrian Renata. "Kalau begitu, terimakasih nona" staff itu membungkuk sopan pada Renata.

"Sama-sama."

Lalu staf itu pergi meninggalkan Renata. Renata menatap kepegian staf itu. Ia menetapkan hatinya untuk kembali jatuh untuk kedua kalinya. Ia tak ingin mengulang rasa sakit yang pernah ia rasakan dulu. Cukup di masa lalu saja merasakannya, tidak untuk saat ini ataupun untuk waktu mendatang.