1 BEGINS

Lalu lintas di perkotaan sangatlah ramai. Tentunya kalian tau bukan seperti apa padat dan sibuknya lalu lintas di perkotaan.

Setiap orang memiliki aktivitas nya masing-masing. Ada yang bercanda gurau, memilih sendiri untuk menghabiskan waktunya. Serta bersama sang pujaan hati.

Begitupun dengan seorang wanita berdarah Korea yang sedang melakukan kegiatan sehari-hari nya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bekerja di sebuah minimarket yang berada di tengah-tengah sibuknya perkotaan. Melayani berbagai pelanggan dengan senyuman yang ia miliki. Melayani berbagai pelanggan dengan sifat dan sikap yang berbeda-beda.

Wanita dengan kulit caramel, mata hitam, bulu mata yang lentik, bibir merah muda, serta rambut panjang hitam miliknya menjadikan dia sosok wanita yang sangat cantik.

Park Yuju nama wanita itu. Orang-orang mengenal dan memanggilnya dengan Yuju. Sifat introvert yang ia miliki membuatnya tidak memiliki banyak teman. Bahkan semasa sekolah menengah atas ia sering kali mendapat berbagai macam bully-an.

"YUJU!!" Teriak seorang pria berumur kan tiga puluh tahun itu.

Mendengarkan namanya di panggil dengan lantang. Ia segera berlari kecil menghampiri sumber suara itu berasal "Ada apa tuan Simon?"

Benar pria itu bernama Simon. Nama yang dapat kalian lihat dan baca dari papan nama kecil yang ia kaitan pada baju nya.

"Bukankah aku meminta mu untuk merapikan barang-barang yang berada di gudang penyimpanan?" ucap Simon dengan nada yang sedikit keras dan sinis.

Mengingat ia melupakan perintah sang manajer ia langsung meminta maaf "Maafkan saya pak. Saya akan segera merapikannya."

Simon melipat tangannya di depan dada dan berdecak "Ckk.. Harusnya kau bersyukur karena aku menerima mu untuk bekerja di sini!" kemudian ia berlalu begitu saja meninggalkan Yuju.

Yuju mengepalkan tangannya berusaha mengabaikan hinaan yang di lontarkan untuknya yang sudah terlalu biasa ia dengarkan. Ia segera melangkah kearah gudang penyimpanan. Mulutnya mendadak terbuka begitu melihat stok barang-barang produk yang sangat berantakan.

Helaan nafas panjang ia keluarkan. Dengan pasrah dan langkah gontai Yuju mulai mengambil satu-persatu box itu. Kemudian mengangkat dan menatanya dengan rapi. Sesekali ia harus menjinjit.

"Sialan! setelah menghina ku dia dengan seenaknya menyuruh ku merapikan ini semua!" Umpat Yuju.

Jika kalian bertanya maksud dari hinaan yang di lontarkan untuk Yuju, itu merupakan hinaan yang biasa ia dapatkan untuk orang-orang yang bukan warga asli dari kota ini. Hal penting yang perlu kalian tau kota kecil yang mana tempat yang menjadi tempat tinggalnya merupakan salah satu dari sekian banyak kota di dunia ini yang masih melakukan ketidak adilan bagi orang-orang asing yang tinggal di kota ini. AGNIESZKA nama kota nya.

Sangat sulit untuk orang-orang seperti dirinya yang ingin mendapatkan pekerjaan, bahkan mereka sering kali mendapat perlakuan kasar dan cacian. Tetapi perlu juga kalian tau bahwa tidak seluruh warga Agnieszka melakukan itu, bahkan sebagian dari mereka berusaha menghapus kan ketidak adilan itu dari kota mereka. Dan melakukan perlawanan.

Tiga puluh menit sudah Yuju lewati, ia mengusap keringat pada dahinya, ia duduk menyandarkan punggungnya tepat di samping rak kardus yang sudah ia tata dengan sangat rapi.

Yuju mengeluarkan sebuah note kecil dan sebuah pulpen dari kantong celana yang ia kenakan, di note itu tertulis nominal uang yang harus ia simpan dari gaji kecil yang selama ini ia dapatkan.

"Haahhh...jika seperti ini aku tidak bisa menabung untuk bulan ini." ucap Yuju sambil menatap jumlah nominal uang yang tersisa pada note kecilnya.

drrrttt...drrrttt..

Yuju mengambil ponselnya pada kantong celana miliknya, dan segera menekan tombol ikon hijau itu.

"Yeoboseo?"

"...."

"Aku baik-baik saja eomma."

"...."

"Sebentar lagi aku akan pulang."

"...."

"Nde, annyeong."

tutt...tutt..tutt...

Yuju menutup panggilan telepon dari ibunya, sering kali sang ibu menelpon dirinya untuk memastikan keadaan anaknya, Yuju melirik jam yang berada di seberang dinding sana yang menunjukkan pukul sembilan lewat sepuluh.

Yuju segara berdiri dan menepuk-nepuk celana nya yang terkena debu, ia berjalan kearah pintu dan menutup pintu gudang dengan rapat. Yuju kembali berjalan ke kasir.

Matanya melirik teman kerjanya yang sedang melayani pembeli yang terlihat membeli sekotak susu, setelah membayar pria itu pun segera keluar membawa kantong plastik belanjaannya.

"Eoh! Yuju kau belum pulang?" tanya Bella.

"Belum, aku baru saja selesai menata barang di gudang." jelas Yuju sambil memukul-mukul pundaknya dengan pelan.

"Oh my god! kenapa kau tidak minta bantuan ku!?"

Yuju menggeleng "Tidak perlu, kau kan harus melayani pelanggan."

Bella, gadis berambut coklat dengan mata hazel yang ia memiliki, menandakan bahwa ia bukan orang korea seperti Yuju.

Bella berjalan kesamping Yuju "Hey, apa kau sudah dengar berita?"

Yuju mengerutkan dahinya "Berita?"

"Iya berita" jawab Bella.

"Aku tidak mendengar berita apapun." jawab Yuju sambil menggeleng.

"Astaga apa kau tidak pernah memanfaatkan ponsel mu!" ketus Bella. "Jadi dua hari yang lalu di gang dekat minimarket kita berada terdapat pembunuhan."

Yuju melotot "A-apa? pembunuhan, bagaimana itu bisa terjadi?"

"Menurut yang ku baca, sang pelaku membunuh korban tanpa sebab yang jelas."

Cerita dari Bella membuat bulu kuduk Yuju merinding. Bukankah itu sangatlah mengerikan? bayangkan kau melihat seseorang membunuh di karenakan hal yang tidak jelas.

Memang benar kata orang-orang bahwa sifat dan kelakuan manusia tidak dapat di tebak dengan mudah. Kau bahkan tidak tau apa saja yang berada di pikiran mereka.

"Apa mereka sudah menemukan pria itu?" tanya Yuju.

Bella mengangkat bahu "Aku tidak tau, mungkin saja dia masih berkeliaran di sekitar sini. Dan juga bisa saja kan dia membunuh pria itu karena dendam." sambil melanjutkan menghitung jumlah uang pada mesin kasir nya.

"Sssstt...jangan bicara seperti itu!" tegur Yuju, sedangkan Bella hanya cengengesan saja.

...

Di lain tempat, seorang pria dengan sepasang seragam yang ia kenakan memijat keningnya pusing, helaan nafas berat keluar dari bibir pria itu.

"Hey! bukankah ini sangat aneh?" kata pria itu pada sang teman yang berada di sampingnya.

"Sangat aneh! apa dia sudah kehilangan akal membunuh orang dengan sembarangan!"

Sudah dapat kalian tebak bahwa kedua orang pria itu seorang polisi, keduanya berusaha memecahkan kasus pembunuhan yang cukup menghebohkan kan di kota mereka.

Grey. Nama polisi itu, dan sang teman yang bernama Kyle. Keduanya sepasang polisi yang di tugaskan bersama. Mereka telah menjadi partner selama 2 tahun terakhir ini. Grey dengan rambut blonde nya dan Kyle dengan rambut hitam nya.

Di ketahui sang korban di temukan dengan keadaan cukup mengenaskan, terdapat sebuah luka sayatan panjang pada leher sang korban, dan yang paling menyeramkan adalah bagian jari manis sang korban terpotong hingga habis.

Potongan jari itu di temukan di samping sebuah tempat pembuangan sampah di samping gang dimana sang korban tergeletak tewas.

Dan yang hal yang lebih sulit untuk memecahkan kasus ini adalah para polisi ataupun detective tidak menemukan sidik jari sedikit pun di tempat kejadian maupun barang bukti. Dan dapat di simpulkan bahwa sang pelaku sangatlah cerdik.

.

.

.

"Yuju, apa kau sudah mengunci semuanya?" tanya Bella memastikan.

"Iya aku sudah mengunci semuanya." Jawab Yuju.

Bella kemudian berjalan ke saklar lampu dan mematikan seluruh lampu minimarket, mereka berdua pun berjalan keluar dari minimarket dan mengunci pintu kacanya.

Betul sekali. Jam kerja mereka telah selesai tepat pukul sebelas malam. Keadaan jalan pun sudah cukup sepi, lampu jalan menjadi penerang di segala sisi jalan yang gelap.

"Bella, aku akan lewat jalan sana saja, akan jauh lebih dekat." Bella mengangguk.

"Baiklah kalau begitu aku pulang duluan, bye!" pamit Bella.

Bella pun mengambil arah jalan yang berlawanan dengan Yuju. Kemudian Yuju segera berbalik melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Yuju memegang erat tali tas punggung yang ia kenakan. Mata nya melihat sisi kanan dan kirinya, deretan toko yang ia lewati sudah tertutup tidak ada lagi yang terbuka.Saat langkahnya sedikit lagi akan membawa dirinya di sebuah halte bus ia memberhentikan langkah kakinya.

Yuju berbalik ke sisi kiri. Ia mendengar sebuah suara yang terdengar seperti kaleng yang terjatuh. Dan suara kaleng itu berasal tepat di gang yang berada di depannya.

Ia menelan ludah. Menimbang-nimbang untuk berjalan ke gang yang cukup gelap dan sempit itu. Dan rasa penasarannya mengalahkan rasa takut nya, dengan langkah pelan ia berjalan memasuki gang itu.

"Hei! a-apakah ada orang?" ucap Yuju. Kaki nya melangkah dengan rasa takut.

BRAKKK!!

Yuju tersentak kaget. Suara keras berasal dari ujung gang itu. Yuju mempercepat langkahnya hingga hampir mencapai ujung gang tersebut.

Tiba-tiba ia berhenti. Ia menyipitkan pandangannya berusaha melihat objek yang sedang jatuh terduduk bersandar di sebelah kiri tembok.

"T-tuan..?" Ucap Yuju dengan suara sedikit bergetar.

Yang pasti jelas terlihat bahwa yang di lihatnya adalah seorang pria dengan hoodie hitam yang sedang tertunduk.

Perasaan Yuju tidak enak. Ia kini berada di depan pria itu ia berjongkok menyamakan posisinya dengan pria itu. Yuju mulai merasa heran kenapa pria di depannya tidak bergerak.

"Apakah dia masih hidup?" cicit Yuju. Tangan Yuju kemudian menggoyangkan bahu pria itu perlahan.

"Hey! t-tuan, tuan sadarlah!" kata Yuju berusaha menyadarkan pria itu.

Hingga suara rintihan keluar dari pria itu "Euugghh!"

Yuju tersentak, ternyata pria di depannya masih sadar dan itu cukup membuatnya merasa lega, ia tidak dapat melihat wajah pria itu di karenakan tudung hoodie miliknya yang menutupi wajahnya dan cahaya yang minim.

Mata Yuju menelusuri sekujur tubuh pria itu. Hingga maniknya berhenti pada bagian kanan perut pria itu.

"Eoh! tuan kau terluka" seru Yuju. Darah yang cukup banyak merembes pada bagian perut pria itu yang terluka.

Yuju tidak bodoh. Ia sangat tau bahwa itu pasti luka karena sebuah tusukan. Yuju segera membuka tas punggung nya mencari apa saja yang bisa menghentikan darah dari luka itu. Hingga sebuah sapu tangan dan perban menjadi pilihannya.

"Tuan, aku akan mengangkat sedikit baju mu okey? aku akan mengobati luka mu." Yuju mengangkat sedikit hoodie pria itu.

Dan terlihat luka yang membuat Yuju meringis. Luka pada perut pria itu terlihat cukup lebar. Dengan tangan sedikit gemetar Yuju segera membersihkan luka itu secara perlahan. Bukan tanpa alasan ini pertama kalinya ia melihat luka tusukan seperti ini.

"aahh...ssshh..." suara rintihan kecil keluar dari bibir pria itu. Menandakan pria itu sedang kesakitan.

"Tahanlah tuan, sedikit lagi akan selesai." ujar Yuju. Sambil melanjutkan kegiatannya.

Yuju pun menempelkan perban dan menekannya dengan sapu tangan. Kemudian Yuju membawa tangan pria itu untuk menekan sapu tangan itu.

"Tuan, dengarkan aku... kau harus menekan luka mu okey? agar darah mu cepat berhenti." jelas Yuju.

pria itu hanya diam saja dan masih menunduk. Meresa ia sudah menolong sedikit pria itu. Yuju beranjak. Hanya ini yang dapat ia lakukan untuk menolong pria itu.

"Jika kau sudah bisa berjalan, kau harus segera pulang tuan dan ini untukmu mu." ucap Yuju sambil memberikan selembar uang pada pria itu.

"Gunakan uang itu untuk naik bus dan kau harus pergi ke rumah sakit secepatnya, baiklah aku pergi." Yuju pun melangkah menjauh dari pria itu sambil sesekali berbalik melihat keadaan pria itu.

Dan tanpa Yuju ketahui pria itu mengangkat wajahnya. Mata tajam itu menatap punggung Yuju yang mulai menghilang dari pandangan nya yang sedikit kabur.

Manik biru itu kemudian menatap luka nya yang telah terperban dengan sempurna dan selembar uang yang berada di genggamannya.

avataravatar
Next chapter