3 bab 2 El primer final

An: AMELIA DELIA PUTRI

Meninggal: 23 maret. 12:46 am

Penyebab: kanker batang otak.

***

Aksa duduk di sebelah bankar putri nya yang pingsan beberapa menit yang lalu setelah keluarnya kabar bahwa sang ibu alias Melia meninggal.

Saat ini jenazah mendiang istri nya itu sedang di persiapkan untuk di pulangkan ke rumah duka. Satu satu nya tempat yaitu rumah orang tua Aksa karena Melia seorang anak yatim piatu orang tua nya meninggal setelah 2 tahun pernikahan mereka.

Aksa masih duduk mematung menunggu putri nya, Aletta Dirgantara sadar dari pingsan nya. Tak setetes pun air mata nya menetes, ia sudah berjanji pada sang istri untuk tidak menangis sebelum ia berhasil menguat kan anak mereka.

"papi?" panggil Aletta pada Aksa yang tertunduk di kursi singgel.

"Letta sudah bangun? Syukurlah!"  Aksa mendesah lega melihat Aletta bagun.

"papi, mami Letta masih di ruangan Icu kan?! Mami nggak pergi kan?!" tanya Aletta menatap sang ayah penuh harap.

"mami udah tenang sama tuhan, tuhan sayang mami makanya jemput mami sedikit lebih cepat!" bisik Aksa dipucuk kepala Aletta yang tengah memeluk ayahnya sambil menangis.

"tapi_"

"stttt... Letta ngak kasian liat mami terus terusan sakit waktu di kemotrapy?" tanya Aksa mencoba memberikan penjelasan pada putri nya.

Aletta yang terbiasa mendapatkan apa yang di ingin kan nya, hingga menjadi gadis yang manja sekaligus tangguh dalam waktu yang bersamaan. Tangguh karena selalu mampu menahan senyum nya di hadapan sang ibu sejak 5 tahu. Ia mengetahui sang ibu mengidap penyakit berbahaya itu. Tak sekali pun terlihat Aletta menagis di hadapan Melia sang ibu, jika ingin menagis ia akan datang pada sang Ayah lalu memeluk sang Ayah dan menumpah kan segala keluh yang di rasakan nya.

"evrything will be ok!" Aksa membaringkan tubuh nya bersama Aletta di atas bankar.

Setelah momen ia bertengkar bersama istrinya karena ingin tidur bertiga bersama Aletta waktu itu, ia tak lagi pernah tidur bersama Aletta dan kini harus ia lakukan untuk menguatkan satu satu nya permata yang di miliki nya.

Satu minggu setelah pemakaman, Aletta masih berdiam diri di kamar rumah nenek nya, tak mau keluar. Beruntung Aksa selalu menemani Aletta setiap saat bahkan tidur pun seminggu ini selalu bersama Aletta.

"bagaimana kalau kita kembali ke apartemen?"  tanya sang Ayah mengusap lembut kepala putri nya yang sudah berusia 18 tahun itu.

Aletta diam tak menyahut.

"disini Letta nggak mau keluar karena teringat mami kan? Bagaimana kalu kita pulang ke apartemen?" tanya Aksa membujuk Letta agar mau keluar dari kamar nya.

"di sana Letta akan semakin ingat!" tangis gadis itu memeluk perut Aksa kencang menyampaikan ketakutan nya.

Aksa terdiam beberapa saat, otak cerdas nya sedang memikirkan sesuatu yang brilian, semoga saja.

"bagaimana kalau kita beli rumah baru?" Aksa bangkit dari posisi rebahan nya meraih laptop nya.  Begitu menyala aksa mulai mencari situs jual beli rumah.

Aletta yang penasaran dengan apa yang di lakukan ayah nya memilih duduk dan memperhatikan layar laptop yang menunjukkan gambar sebuah peta.

"pilih tempat di layar secara acak Letta!" ujar aksa pada Aletta yang ada di sebelah nya.

"maksud papi?" tanya Aletta tak mengerti dengan keinginan sang ayah.

"tutup mata letta, lalu sentuh layar secara bebas dengan telunjuk Letta, nanti kita cari rumah di daerah itu!" jelas Aksa dengan senyum yang senantiasa mengembang.

Aletta mengangguk menutup mata nya. Tangan nya mulai bergerak menyentuh layar laptop secara acak.

"pilihan yang bagus... Ayo kita lihat apa yang ada di kota itu!" sela Aksa.

Aletta membuka mata nya.

"jogja?" tanya Aletta saat melihat platform pencarian rumah yang sedang di telusuri Aksa.

"pilih rumah yang Letta suka!" Aksa memindahkan laptop ke pangkuan Aletta membiarkan gadis itu memilih sesuai keinginan nya.

Layar laptop berhenti sedikit lama pada sebuah gambar rumah minimalis bertingkat, namun setelah melihat harga Aletta melanjutkan ke gambar selanjutnya.

"tidak ada yang Letta suka!" Desahan Aletta kecewa.

"bagaimana dengan yang ini? Papi suka dengan model nya terlihat sangat nyaman dan lihat tidak terlalu rapat dengan tetangga!" seru Aksa menunjuk penjelasan nomor 9.

"tapi harga nya mahal pi, lagi pula kantor papi jauh dari sana!"  Aletta memberikan penolakan  meski ia terlihat sangat menyukai bangunan mini malis dengan konsep alam itu.

"alasan papi menyuruh Letta pilih satu kota dari peta, papi sudah pilih kota apa saja yang ada cabang perusahaan. Papi akan pindah kerja kesana, soal harga papi nggak akan jatuh miskin hanya karena sebuah rumah.!" kekeh Aksa mengusap kepala Aletta sayang.

"jadi kita beli yang ini saja bagaimana?" tanya Aksa menunggu jawaban Aletta.

"yah kepencet!" canda Aksa, padahal ia sengaja memencet button buy.

"papi ih.." tawa Aletta memukul lengan Aksa.

Aksa ikut tertawa melihat Aletta nya tertawa. Sudah lama ia merindukan tawa tanpa kepura puraan Aletta.

"papi mau urus pembayaran lewat M-Bangking dulu ya, pemilik rumah nya sudah meng ok kan pembelian kita!" jelas aksa mengotak atik layar ponsel nya.

"loh?,nggak chek dulu?" tanya Aletta tak terima dengan tindakan dadakan dan gegabahsang ayah.

"nggak apa apa!"  jawab Aksa lembut.

"selesai... Besok kita beres beres untuk pindah rumah baru!" seru Aksa berbaring di bagian tempat tidur nya, Aletta ada di sebelah nya kini ikut berbaring.

"Letta harap semua nya akan baik baik saja tanpa mami" lirih Aletta memeluk sang Ayah.

"nanti di rumah baru Letta harus bobok sendiri lagi gak apa apa?" tanya aksa ragu ragu, ia takut Aletta sedih dan salah mengartikan maksud nya.

Tapi tidak mungkin juga selama nya ia tidur bersama Aletta.

"hehe.. Maaf pi... Besok kita mulai dunia kita, hanya ada Aletta dan Aksara!"  jawab Aletta bersemangat mencoba mengenyahkan perasaan sedih nya.

"semoga esok lebih indah!" gumam Aletta lirih.

Semoga saja

***

Aletta duduk di di kursi meja makan bersama keluarga besar nya setelah hampir seminggu tak keluar kamar, meski masih sedih gadis itu berusaha tegar, memajang senyum manis yang di padu wajah cuby dan lesung pipi kecil di kedua sisi pipi nya.

"maaf kan Aletta udah egois seminggu ini!" Aletta menundukkan sedikit kepala nya memberikan rasa hormat bercampur penyesalan. Terlihat sangat formal memang, namun ini adalah tradisi keluarga Dirgantara yang terkenal akan etika yang di junjung tinggi, terutama di kediaman utama.

"sudah sayang,  tak ada yang menyalahkan mu!" sang kakek mengusap kepala Aletta dengan sayang. Dulu selain ibu nya, kakek adalah orang pertama yang akan membela Aletta takpeduli apa pun yang Aletta lakukan ia pasti di bela.

"Letta sayang kakek!" ujar gadis itu memeluk sang kakek dengan hangat.

"ehm... Nenek gak di sayang?" sang nenek yang duduk di bagian berlawanan dengan sang kakek pun memberikan kode keras.

"Letta juga sayang nenek!" balas Letta dengan memanyunkan bibir nya, bukan memanyunkan sebal, melainkan memanyunkan dalam fersi bermanja ria.

"sudah sudah... Ayo makan!" sang nenek menyudahi aksi manja manjaan mereka. Tak enak pada menantu nya intan, istri dari Daksa adik Aksa.

Aksa terdiri dari 3 bersaudara, yang pertama Alisya Dirgantara setelah itu di susul oleh Aksara Dirgantara dan di akhiri oleh si bungsu Daksara Dirgantara.

Ketiga nya sudah menikah, namun alisya bercerai dengan suami nya dan menjadi janda cantik yang berprofesi sebagai dokter umum.

Sedangkan Aksa sudah menikah sekitar 20 tahun yang lalu,  mendahului sang kakak,  ia menikah muda saat berusia 17 tahun. Bukan tanpa alasan, mereka adalah cinta masa kecil dimana mendiang Melia 2 tahun lebih muda. Dan kini status Aksa adalah duda Hot.

Sedangkan si bungsu menikah dengan salah seorang aktris karena terjebak skandal dan di grebek oleh keluarga utama saat sedang melakukan "itu" di hotel. Dan berakhir dengan menikah dan di karuniai seorang gadis cantik yang berusia tak jauh dari Aletta.

"nenek nggak usah antar dari jakarta ke jogja jauh nek!" bujuk Aletta tak ingin menyusahkan nenek dan kakek nya hanya untuk mengantar merereka pindah rumah.

"enggak apa apa nenek kuat kok!" jawab sang nenek mengusap kepala Aletta membujuk gadis itu agar mengizinkan mereka ikut.

"no, Tunggu kondisi nenek baik dan rumah kami selesai di renovasi nenek baru boleh kesana!" tegas Aletta melipat tangan nya di dada tanda tak ingin keputusan nya di bantah.

"tapi sayang_"

"sudah lah... Kamu gak liat dia keras kepala mirip banget sama Aksara!" sang kakek menenangkan istri nya agar tidak mendebat Aletta lagi.

"Nama nya Ayah anak pa!" Alisya datang dari arah belakang menyeret koper nya lalu menyalami Ayah dan Ibu nya.

"kita berangkat dulu ya ma,pa!"ucap Alisya bergantian dengan Aksara dan Aletta.

"hati hati, jangan lupa telpon setelah sampe!"

Ketiga nya pamit meninggalkan Kediaman utama keluarga Dirgantara dengan mobil suv yang di kedarai oleh si supir.

Melihat betapa akrab dan manja nya Aletta bersama keluarga utama, menimbulkan kecemburu pada istri Daksara, Intan.

Ia selalu merasa keluarga Dirgantara lebih menyangi Aletta daripada anak nya, hayati Dirgantara.

"dasar gak tau di untung!"  maki nya berlalu pergi kedalam kamar milik Daksara.

TBC.

.

.

avataravatar
Next chapter