webnovel

He's My Son 01

Reyneis Bastian Digantara pria remaja berusia 20 tahun, dia seorang Playboy. Suka gonta ganti pasangan, dia hobby pembalap mobil, pembalap motor, memiliki Club, dan juga Caffe. Kadang juga dia suka photographer jika ada orang yang mau 'Preweding'. Tentunya juga Reyneis ini jago memainkan DJ. Dia tertarik sama seorang gadis bernama Stella Anggraini. Dalam diam Rey menyukai gadis itu, selalu memperhatikan dari jauh. Gadis yang bernama Stella tidak tau jika Ada seseorang buang selalu memperhatikan dirinya. Rey selalu datang di tempat kerja Stella tiap malam. Gadis itu lah yang naklukin hati Reyneis seorang playboy. Stella Anggraini gadis remaja berusia 19 tahun. Ia bekerja di sebuah Billyard. Dia hidup sebatang kara. Kuliah sambil bekerja. Namun, ia di pertemukan dengan lekaki yang bernama Reyneis Bastian Digantara. "Stella elo cantik sekali, dan gue tertarik sama elo, malam ini elo akan menjadi milik gue!" Apa rencana Reyneis si playboy? Berhasilkah Reyneis mendapatkan hati Stella? Dan Bagai mana Reaksi Stella setelah mendengar ucapan Reyneis? Stella Anggraini gadis remaja berusia 19 tahun. Ia bekerja di sebuah Billyard. Dia hidup sebatang kara. Kuliah sambil bekerja. Namun, ia di pertemukan dengan lekaki yang bernama Reyneis Bastian Digantara. "Stella lo cantik sekali, dan gue sangat tertarik sama lo, malam ini lo harus menjadi milik gue!" Apa rencana Reyneis si playboy cap kadal? Berhasilkah Reyneis mendapatkan hati Stella? Dan Bagai mana reaksi Stella setelah mendengar ucapan Reyneis?

Rera_Rara · Teen
Not enough ratings
50 Chs

CHAPTER 45

Stella terbangun dari tidurnya, karena ia merasakan tidak nyaman di bagian bawah sana.  Jika Stella sedang kedatangan tamu memang sangat menyiksa bagi dirinya. Semuanya terasa sakit, di tambah darah kotornya sangat banyak keluarnya. Kadang sehari sampai  lima kali berganti pembalutnya. Stella beranjak bangun, dengan pelan ia melepas tangan Rey yang memeluk perutnya. Niat Rey ingin mengurut perut Stella yang sakit, malahan ikut tertidur juga. Apa lagi Rey memang kurang tidur selama tiga hari ini. Stella melihat jam yang bergantung di dinding tepat depan ranjangnya. Masih jam tiga siang, hari ini menurut Stella waktunya sangat lama. Padahal menurut Stella, ia tadi sangat lama tidurnya. Ternyata masih siang. Stella melangkah ke kamar mandi sembari membungkuk memegangi pinggangnya yang masih terasa sakit dan linu. Setelah mencuci dan berganti, ia kembali keluar dari kamar mandi.

Stella mengecek spreinya, takut ada nodanya. Setelah di check ternyata tidak ada. Lalu Stella naik ke ranjang dan kembali terbaring lagi. Merasakan ada pergerakan di sampingnya, Rey membuka kedua matanya.

"Kenapa? Masih sakit perutnya?"

Stella mengangguk. Ia meminta Rey untuk mengganti botol yang terisi air panas. Karena sudah dingin, Stella minta ganti air panas yang baru. Rey pun langsung beranjak, mengambil air panas di dapur. Rey tidak perlu turun ke lantai satu, memang di lantai dua ada kitchen set kecil. Tapi tidak untuk buat masak, itu kusus untuk menyimpan keperluan Reyent putranya. Seperti susu, dot, alat buat sterile dot atau empeng, air panas,  dan juga cemilan Reyent. Di bawah juga ada, di lantai atas ini persediaan jika malam Reyent terbangun lapar ingin minum susu. Jadi atas bawah Rey menyediakan untuk putranya.

Rey sudah kembali mengambil air panasnya. Rey naik keranjang dan duduk bersandar sembari menyingkap kaos Stellla ke atas. Lalu Rey meletakkan botol yang terisi air panas. Rey mengambil minyak yang Nancy letakkan di atas nakas. Di oleskan-nya ke perut dan pinggang Stella.

"Rey maaf membuat mu repot!" Lirih Stella merasa tidak enak.

"Ngomong apa barusan, hem? Aku nggak dengar!" Kata Rey pura-pura tidak dengar, "Stella Digantara, dengar baik-baik ya! Kamu istriku, dan aku suamimu. Kamu lagi sakit masa aku tinggalin kamu, membiarkan kamu kesakitan sendirian di sini. Jadi ini sudah tugasku, untuk mengurus mu, aku tidak pernah merasa di repotkan sama istriku sendiri. Begitupun jika aku sakit kamu melakukan hal yang sama. Jangan pernah ngomong gitu lagi ya! Aku tidak suka dengarnya." Ujar Rey sembari merengkuh Stella kepelukannya.

Stella hanya mengangguk. Kedua matanya berkaca-kaca. Stella terharu dengan ucapan Rey. Ternyata suaminya benar-benar berubah. Rey menatap pintu kaca balkon yang terbuka kordennya. Di luar sedang hujan deras, pasti putranya di bawah rewel ingin hujan-hujanan. Setiap hujan Reyent selalu lari di teras samping rumah sembari tertawa kegirangan dan loncat-loncat. Sifat Reyent seperti Rey waktu masih balita dulu. Ternyata benar dugaan Rey, terdengar tangisan dan teriakan Reyent minta di turunin dari gendongan Darmi.

"Ga-ga-jan-jan-Ti-ga-Ti-jan-ga!" Teriak Reyent.

"Reyent nangis Rey." Ucap Stella, ia mendengar teriakan dan tangisan Reyent.

"Ya, pasti dia ingin main hujan, aku liat dulu ya!" Stella mengangguk. Tapi belum sempat beranjak berdiri, sudah terdengar suara ketokan pintu. Dan di depan pintu terdengar teriakan Reyent yang berontak minta turun. Rey melangkah kearah pintu dan membuka-nya. Setelah di buka pintunya, Reyent langsung mengulurkan tangannya ke arah Rey minta di gendong.

"Maaf Mas Rey, Reyent main hujan-hujanan. Tadi udah basah semua main air akuarium yang di luar." Kata Lia memberitau penyebab Reyent kenapa Reyent menangis.

"Bikinin susu Lia, mungkin mau tidur!" Lia mengangguk dan pamit ingin membuat susu untuk Reyent. "Kenapa Reyent semakin nakal, hem? Main hujan nanti kalau sakit gimana? Mimi sedih lagi nanti." Tangis Reyent semakin kencang. Rey mendudukan-nya di pangkuannya, tangan Reyent menunjuk kearah pintu balkon dan berucap, "jan-jan-Mi-jan!"

"No no no!" Ujar Rey menggeleng-gelengkan kepalanya dan jari telunjuknya. "Reyent tidak boleh nakal, okay?" Kata Rey.

"Reyent sini bobo, matanya sudah ngantuk gitu!" Reyent berhambur memeluk Stella, bertepan itu pintu terbuka. Masuk lah Lia membawa susu dalam dot dan empengnya. Lalu Lia memberikannya sama Rey. Lia kembali keluar dan menutup pintu yang terkunci dengan sendirinya. Karena pintu kamar Rey terkunci dengan otomatis.

Kemudian Rey menyodorkan dot-nya ke Reyent. Dan di minum sampai habis. Lalu Stella mengganti dengan empengnya. Tak berapa lama Reyent terpejam, itu sudah menjadi sifat Reyent. Jika mau tidur selalu menangis, mengamuk. Ada aja yang di minta. Reyent makin besar semakin nambah nakal. Semua itu sifat Rey nurun ke Reyent. Reyent sudah tidur nyenyak di pelukan Stella. Wajahnya terlihat kelelahan.

Rey juga ikut kembali terbaring, memeluk Stella dan juga Reyent. Keduanya sedang menatap wajah putranya yang terlelap begitu nyenyak. Di usapnya rambut Reyent, rambutnya sudah panjang, tapi tidak boleh Rey gunting. "Putra kita sudah besar ya! Gendut dan bulat?"

"Iya, tapi nakal banget," kata Stella memandangi wajah putra-nya. "Reyent nakal pasti seperti kamu!" Rey tersenyum.

"Memangnya kamu tau kalau aku nakal?"

"Itu sudah pasti, jangan di tanya!" Lagi. Rey hanya tersenyum, dulu Rey memang sangat-sangat nakal.

"Rey!"

"Hemm."

"Kamu menikahi ku apa karena adanya Reyent?" Tanyannya, "jika tidak ada Reyent apa kamu tetap akan menikahiku?"

"Kenapa kamu nanya seperti itu? Kamu masih meragukan aku?"

"Bukan begitu!"

"Lalu?"

Hening.

Stella terdiam.

"Dengar ya Stella Anggraini, dengan adanya Reyent atau tidak adanya Reyent. Aku tetap akan menikahi mu. Kamu tahu kenapa aku menghamili mu?" Rey menghentikan ucapannya, dia memandangi wajah cantik Stella. "Karena aku sengaja menghamili mu agar kamu terikat dengan ku. Aku sudah sejak lama mengincar mu, ingin memiliki mu. Pas ketemu di halte, itu kesempatan buat ku untuk mengikatmu. Aku sengaja menidurimu dan membuat kamu hamil. Karena ku tiap bercinta dengan semua para mantan, selalu memakai pengaman. Hanya sama kamu ku berani tidak memakai pengaman." Rey menarik nafasnya, lalu di hembuskan-nya lagi.

"Karena aku ingin hanya kamu seorang yang boleh mengandung darah dagingku, penerus darah ku. Hanya kamu yang menjadi Nyonya ku. Aku minta maaf sudah menyakiti mu, menghancurkan masa remaja mu. Maafkan aku sayang, aku benar-benar mencintaimu. Sejak pertama melihatmu di tempat bekerjamu yang dulu di Biliyard." Ungkap Rey panjang lebar.

Stella hanya menyimaknya sejak tadi, dia terisak. Stella nggak tau harus bilang apa? Kata-kata Rey sangat mengharukan.

"Aku akui aku memang lelaki brenggsek, suka gunta ganti pasangan. Terkenal playboy, tapi aku tidak pengecut. Aku bertanggung jawab atas perbuatan bejat ku. Maaf jika caraku salah. Dengan begitu aku bisa menikahi mu. Jangan pernah meragukan aku lagi, dan jangan pernah bertanya seperti itu lagi. Aku tidak suka, mengerti!!?" Stella menggangguk. Ia semakin terisak dipelukan Rey. Ternyata Rey sudah lama mengincarnya tanpa Stella ketahui. Pantas saja dulu Rey saat ketemu langsung berucap 'Stella malam ini kau harus menjadi milik gue!'

Rey mempereratkan pelukannya, diam-diam tangannya menyelinap masuk ke kaos yang Stella kenakan. Lalu Rey meremas payudara Stella.

"Sayang di luar hujan deras." Kata Rey menggoda Stella.

"Terus!!!"

"Enaknya bercinta sayang, pasti nikmat banget bercinta di saat hujan begini." Bisik Rey di telinganya Stella.

"Otakmu selalu mesum, aku masih sakit begini kamu selalu mesum," gerutu Stella dengan bibir mencebik. Lalu Rey mencium Bibirnya yang terlihat menggemaskan. Kini uneg-unegnya Stella sudah terjawab semua. Selama ini memang Stella sempat masih meragukan Rey. Stella bertanya seperti itu hanya ingin memastikan saja biar hatinya lega.

Mereka menghabiskan waktu sorenya di dalam kamar. Sembari menunggui putranya yang terlelap. Rasa nyeri di perut dan pinggangnya sudah sedikit mendingan. Setelah ia minum air jahe hangat yang Nancy sang mertua buatin. Sebenernya Stella juga sudah tidak betah dengan perban yang membungkus di wajahnya. Rey bilang jika tidak di bungkus perban nanti terkena angin atau debu. Karena bekas operasi di wajahnya masih basah.

Sampai malam mereka di dalam kamarnya, makan juga Nancy antar ke kamar. Reyent sudah terbangun, dia juga sudah mandi dan sudah wangi. Kini dia bermain di dalam kamar. Lempar bola kecilnya sana-sini. Kadang memainkan mobil-mobilan Lamborghini kecil. Mainan koleksinya Rey. Di wariskan ke Reyent. "Ambrennm bremm bremmm!" Celoteh Reyent.

Rey dan Stella duduk bersandar di ranjangnya, berpelukan sembari mengamati Reyent. Sebenernya mereka sedang nonton Drakor di dalam laptop, sangat melow ceritanya. Ujung-ujungnya Stella menangis jika liat Drakor yang melow. Kini pandangan mereka fokus ke Reyent yang asik nonton kartun. Lucu dan menggemaskan. Rey turun dari ranjang, menghampiri putranya. Lalu Rey membopongnya dan di bawanya ke ranjang. Reyent di tidurin di tengah-tengah antara Rey dan Stella. Rey menggelitiki perutnya. Reyent yang di gelitiki tertawa cekikikan. Rey dan Stella memeluk putranya, keduanya mencium pipi gembul Reyent.

***

Sita dan Ririn sudah pulang karena banyak pekerjaan, jadi tidak bisa menginap lama-lama. Sita pulang karena kandungannya suka keram, jadi Vito memintanya istirahat di rumah saja. Wiki masih menginap, dia belum pulang ia masih rindu dengan Stella, rindu kebersamaannya dulu. Kini rumah kembali rame. Sahabat-sahabat Rey pada datang, Lulu, Dicky, Ardi, Beni, Farel, Deden, dan masih banyak lagi. Fara juga datang, tapi dia selalu menyendiri. Tidak pernah ikut berkumpul. Di sini lah Fara sedang duduk termenung di pinggir kolam renang sembari menghisap rokoknya.

Fara sering melamun sendirian, kadang air matanya menetes di pipinya tanpa di sadarinya. Berbeda dengan Lulu, ia sangat happy banyak canda, care sama orang yang sudah ia kenal.

"Tuan rumahnya kemanah nih? Ngendok mulu nggak nongol-nongol!"

"Tuan rumahnya sedang buat baby lagi, maybe!" Ujar Deden.

Panjang umur, orang yang di omongin sudah turun. Rey turun sembari menggandeng tangan Reyent. Stella masih di dalam kamar, ia malas turun. Lulu dan Fara yang masuk kamar melihat keadaan Stella. Mereka berempat sedang berbincang di balkon. Membahas empat hari yang lalu, bagaimana kok bisa terjadi seperti ini. Stella menceritakan dari awal sampai wajahnya yang jadi korban. Lulu yang mendengar cerita Stella ia menggeram.

Sebagai seorang perempuan ia juga tidak terima, ia marah-marah sendiri.

"Sangat aneh memang," Stella tersenyum tipis. "Aku bukan artis, aku bukan orang terkenal, tapi sudah memiliki netizen yang sirik sama aku. Bahkan kemaren belum di mulai, baru akan di mulai sudah begini. Apa lagi aku sudah menjadi Artis model terkenal seperti apa para netizen?" Ungkap Stella.

"Udah lupain jangan di ingat lagi kejadian itu. Yang penting kadal sudah memberi pelajaran sama wanita anji** itu." Ucap Lulu asal nyeplos saja.

"Jadi Nyonya besar saja di rumah!" Kata Fara. Stella tersenyum.

Di bawah semakin rame, melihat kelucuan Reyent. Tadi saat baru turun liat Beni, Reyent langsung mengajaknya bermain. Apa lagi Beni lucu orangnya. Beni di suruh jongkok, lalu Reyent naik di atasnya. Maksudnya Beni di suruh menjadi kuda. Obrolan Rey dan para sahabat-sahabatnya menjadi serius saat mendengar kabar dari Pio. Pio dapat kabar dari Baron. Kabar bahwa Silfy adalah adek dari Avi. Mereka sepupuan, Avi mengajaknya kerja sama. Ia menyuruh mencelakai Stella. Avi masih menyimpan dendam pada Stella.

Rey marah giginya bergemeletuk, kedua tangannya terkepal. "Cari Anji** kecil Avi, lacak keberadaan-nya. Kalau perlu minta alamat sama Silfy sepupunya." Perintah Rey sama Pio. Pio langsung menghubungi Baron meminta Silfy jujur.

Stella dan Wiki masih berbincang di balkon. Keduanya sedang serius.

"Stella apa kamu bahagia sudah menjadi istrinya Reyneis? Seorang  Big Boss, memiliki segalanya. Juga memiliki mertua yang sangat baik dan ramah. Keluarganya pun sangat baik, mau menerima kehadiran lo dan Reyent." Tanya Wiki, mereka sedang duduk di sofa balkon kamar.

"Ya, aku sekarang bahagia. Bahagia bukan karena di nikahi sama seorang Big Boss. Atau bahagia karena kekayaannya, tetapi aku bahagia karena akhirnya putraku memiliki seorang Ayah. Jadi kelak kalau sudah besar nanti putra ku tidak menjadi bahan ejekan karena tidak memiliki Ayah. Awalnya aku sangat membenci Reyneis Bastian Digantara. Karena dia sudah hancurin masa remajaku. Tapi Setelah mendengar pengakuan Rey yang sebenarnya rasa benci itu hilang dengan sendirinya. Dan aku mulai mencintainya. Mungkin karena perlakuan dan kebersamaan ku dengannya bisa membuat ku menerima cintanya. Aku hanya mengikuti rencana Tuhan. Mengikuti apa kata hatiku." Ungkap Stella berkaca-kaca.

"Rey juga bilang, dia sudah lama mengincar ku ingin menjadikan ku miliknya. Aku kira pertemuan pertama waktu di halte, ternyata sudah lama sejak aku masih bekerja di Biliyard dulu."

"Syukur kalau lo sudah bahagia, gue juga ikut bahagia. Jika ada apa-apa bercerita lah sama gue, jangan pernah lo tutupi lagi!"

"Pasti! kapan hubungan kamu sama Yoga akan serius! Yoga kapan melamar mu?"

"Entah lah, sepertinya keluarga Yoga tidak menyukai gue. Di lihat Nenek, Kakaknya dan Ibunya terlalu cuek sama gue. Waktu Yoga membawa gue ke rumah keluarganya pada sinis semua wajahnya. Mungkin gue ingin mengakhirinya saja mumpung belum terlanjur," ucap Wiki sedih. "Tidak seperti lo, semua keluarga Rey menerima lo. Dari adik, Kakak, Bibi, orang tua. Semua menerima kehadiran lo. Lo sangat beruntung Stella, penderitaan masa lalu lo akhirnya terbayar sudah. Gue harap lo dan putra lo selalu bahagia Stella. Sudah cukup Tuhan untuk menyiksa lo. Dulu kalau melihat lo tersiksa hati gue ikut sakit, melihat gue ada di diri lo." Ujar Wiki, mereka berpelukan. Keduanya terisak.

Stella tidak akan pernah melupakan kebaikan Wiki selama ini. Wiki terlalu baik, sayang sama dia. Susah jika mendapatkan sahabat sebaik Wiki. Dulu mereka berdua hanya orang asing. Sekarang mereka sudah seperti kakak dan adek.

"Yang sabar ya Wiki, aku akan selalu do'ain kamu supaya keluarga Yoga menerima mu dengan ikhlas. Jika Yoga benar-benar sayang sama kamu pasti dia ada di pihakmu. Memperjuangkan mu untuk menjadi pendampingnya"

Wiki tersenyum tipis.

"Gue tidak berharap mau di terima atau tidak, gue sekarang hanya pasrah saja apa rencana Tuhan selanjutnya. Sekarang gue ingin fokus kerja, kerja, dan kerja saja cari uang yang banyak." Lirih Wiki. "Dulu lo sahabat gue, sekarang lo menjadi Bos gue." Goda Wiki mengalihkan pembicaraan agar tidak terlihat sedih. Stella memukul bahunya.

"Apaan sih! Dulu, sekarang, atau besok, lusa dan selamanya. Kamu tetap  menjadi sahabat teman atau Kakak. Tidak ada yang namanya Bos di antara kita." Kini kedua tertawa, dan saling meledek.

Pintu terbuka dengan kasar, Rey masuk. "Sayang!!" Panggil Rey.

"Stella gue turun dulu ya, mau main sama Reyent ponakan gue."

Stella mengangguk, dan Wiki keluar, turun ke lantai satu. Stella menghampiri Rey. "Kamu kenapa? Wajahnya seperti menahan amarah!"

"Aku pergi dulu ya! Ada urusan."

"Urusan apa? Apa penting? Kenapa kamu  nggak pernah bilang sama aku? Seperti Silfy, kamu nyiksa dia, terus kalau dia mati gimana? Kamu masuk penjara Rey, dan aku nggak mau putraku memiliki seorang Ayah pembunuh. Tolong lepasin dia Rey, serahin ke polisi saja. Liat aku nggak apa-apa kan!"

"Apa kamu bilang? Nggak apa-apa? Liat wajahmu hancur gara-gara siapa? Wajah mu sudah tidak alami lagi gara-gara siapa? Stella, kamu hati ku. Aku tidak bisa diam jika hati ku di hancurin sama orang. Kamu tau siapa dalang di balik semua ini? Dan kamu tau siapa Silfy? Silfy adalah sepupu dari Avi. Kamu ingat kan siapa Avi?! Dia lah orangnya yang menyuruh Silfy melukai kamu. Avi." Ungkap Rey penuh amarah. Rey menarik nafasnya, lalu di hembuskan-nya lagi.

Stella terkejut mendengar Avi-lah yang menyuruh Silfy untuk mencelakai dirinya. Sebenci itu kah Avi sama dia? Hanya karena tidak bisa memiliki Reyneis Bastian Digantara.

Rey mengusap kedua pipi Stella, lalu mencium Bibirnya.

"Jangan menangis, aku pergi dulu ya?" Kata Rey dan mencium keningnya. Stella berharap semua akan baik-baik saja.

Tbc.

Terima kasih sudah mau membaca.

Saranghae 🥰

It's Me Rera.