webnovel

He's My Son 01

Reyneis Bastian Digantara pria remaja berusia 20 tahun, dia seorang Playboy. Suka gonta ganti pasangan, dia hobby pembalap mobil, pembalap motor, memiliki Club, dan juga Caffe. Kadang juga dia suka photographer jika ada orang yang mau 'Preweding'. Tentunya juga Reyneis ini jago memainkan DJ. Dia tertarik sama seorang gadis bernama Stella Anggraini. Dalam diam Rey menyukai gadis itu, selalu memperhatikan dari jauh. Gadis yang bernama Stella tidak tau jika Ada seseorang buang selalu memperhatikan dirinya. Rey selalu datang di tempat kerja Stella tiap malam. Gadis itu lah yang naklukin hati Reyneis seorang playboy. Stella Anggraini gadis remaja berusia 19 tahun. Ia bekerja di sebuah Billyard. Dia hidup sebatang kara. Kuliah sambil bekerja. Namun, ia di pertemukan dengan lekaki yang bernama Reyneis Bastian Digantara. "Stella elo cantik sekali, dan gue tertarik sama elo, malam ini elo akan menjadi milik gue!" Apa rencana Reyneis si playboy? Berhasilkah Reyneis mendapatkan hati Stella? Dan Bagai mana Reaksi Stella setelah mendengar ucapan Reyneis? Stella Anggraini gadis remaja berusia 19 tahun. Ia bekerja di sebuah Billyard. Dia hidup sebatang kara. Kuliah sambil bekerja. Namun, ia di pertemukan dengan lekaki yang bernama Reyneis Bastian Digantara. "Stella lo cantik sekali, dan gue sangat tertarik sama lo, malam ini lo harus menjadi milik gue!" Apa rencana Reyneis si playboy cap kadal? Berhasilkah Reyneis mendapatkan hati Stella? Dan Bagai mana reaksi Stella setelah mendengar ucapan Reyneis?

Rera_Rara · Teen
Not enough ratings
50 Chs

CHAPTER 27

Setelah mengakhiri panggilan dari Vito, kini Pio menghampiri Rey yang bergabung dengan Aloyseus dan Revy di ruang keluarga. Dia ingin menyampaikan info dari Vito. Pio bilang bahwa resepsi pernikahan Vito akan di adakan di tempat yang sama Rey. Ini terlalu mendadak memang, sebener-nya Rey sudah tau jika Vito akan menikah dengan Sita. Tapi tidak mendadak begini. Ini namanya mengganggu acara honeymoon-nya. Vito pun menjelaskan-nya saat Rey mengomel. Kata bokap-nya Vito, lebih cepat lebih baik. Karena Sita sudah mengandung berusia dua bulan. Jadi mumpung belum terlihat membuncit perutnya, maka  pernikahan Vito dan Sita di percepat. Rey pun hanya pasrah, dia berniat dua hari lagi akan kembali ke Jakarta.

"Terlalu mendadak acara Vito, minggu depan Events-nya Gregi!" Dumel Rey.

"Yah seperti itulah sikap sahabat lo boss!" Sahut Pio.

"Urus saja Pio, dua hari lagi kita kembali ke Jakarta. Gue mau mandi dulu!"

"Siap bos!"

Jam menunjukkan pukul sepuluh lewat tigapuluh lima. waktu London. Aloyseus pamit ingin pulang. Revy mengantar kekasihnya sampai depan lift. Pintu lift terbuka, Aloyseus mencium kening Revy sebelum masuk kedalam lift. Aloyseus masuk dan pintu lift tertutup membawa Aloyseus turun kebawah. Revy berbalik dan melangkah masuk ke dalam apartment.

Pio masih duduk di ruang keluarga, sembari membalas pesan di group via Wechat. Pio tertawa sendiri cekikikan seperti orang gila. Revy yang melihat Pio seperti orang gila. Ia mengabaikan-nya dan ia masuk ke kamarnya. Sedangkan Lia berada di Balcony. Lia sedang menikmati lampu-lampu kerlap kerlip. Ia belum bisa tidur, jadi dia duduk di balcony. Ponselnya berbunyi ada panggilan masuk dari orang tuanya.

"Hallo!"

"Lia ini kamu? Kenapa kamu tidak pernah telphone? Kamu lagi dimana?"

"Maaf ibu, aku berada di London sama Mas Rey putra-nya Bunda Nancy. Aku sekarang menjadi Baby Sister Reyent putra Mas Rey sama Mba Stella."

"Lia jangan kaget ya! Bahwa hari ini Nenek meninggal." Kata Ibu-nya Lia sembari terisak.

"Apa Ibu? Nenek meninggal? Sakit apa?"

Lia sempat tidak percaya jika Nenek ke sayangannya pulang ke pada yang kuasa. Lia menangis tanpa suara. Ia ingat waktu kecil selalu tidur bersama Nenek-nya. Selalu minta uang.

"Biasa nak sakit tua, kamu hati-hati di sana. Jangan ceroboh saat jaga putranya Mas Rey ya! Kerja baik-baik. Nanti Ibu kirim foto Nenek, sekarang kamu istirahat jangan terlalu sedih. Kirim doa saja buat Nenek supaya tenang di sana."

Lalu panggilan pun berakhir, Lia menangis sesenggukan. Nenek kesayangan-nya sudah pergi. Air matanya semakin deras, saat melihat wajah terakhir Neneknya di dalam ponselnya. Lia memeluk erat ponselnya, seolah itu Nenek-nya.

Stella yang tadinya ingin kedapur mengisi botol air minum Reyent, langkahnya terhenti. Tidak sengaja ia mendengar pembicaraan Lia yang sedang menerima panggilan dari Ibu-nya. Stella juga dulu pernah mengalami seperti Lia. Kehilangan orang yang sangat di cintai. Tapi bedanya Lia kehilangan Nenek-nya, sedangkan Stella kehilangan Ayah dan Ibu-nya.

Stella meletakkan botol minum Reyent di atas meja. Ia menghampiri Lia yang masih terisak seraya memeluk ponselnya.

"Lia!" Panggil Stella.

Lia yang mendengar ada yang memanggil, buru-buru menghapus air matanya. Padahal Stella sudah tau.

"Eh Mba Stella, apa Reyent membutuhkan sesuatu Mba?"

"Tidak-tidak, Reyent tadi bangun dan sekarang sudah mandi. Aku tadi sedang mengisi air botol Reyent di dapur. Tapi tidak sengaja mendengar pembicaraan mu di telphone. Apa kamu ingin pulang melihat Nenek mu?! Jika iya, nanti aku bilang sama Rey, kamu bisa pulang duluan!"

"Haa! tidak Mba, tidak apa-apa. Jika saya pulang duluan, nanti yang bantu Mba Stella mengurus Reyent siapa?"

"Masalah itu gampang, saya bisa mengurusnya sendiri. Ada Revy juga disini. Lagian dua hari lagi juga kita kembali ke Jakarta. Jika kamu ingin melihat Nenek-mu untuk terakhir kalinya, kamu boleh pulang duluan besok pagi."

"Kehilangan orang yang kita sayangi itu sangat berat. Aku dulu pernah mengalami, aku tidak melihat nafas terakhir Ibu-ku." Ujar Stella sembari menerawang saat Ibu-nya meninggal dulu. "Ya sudah jangan terlalu sedih, nanti aku bilang sama Rey. Sekarang kamu beresin barang-barang mu!"

Lia hanya mengangguk, dan bilang terima kasih. Walau Stella sama Lia belum begitu lama kenal, tapi Stella memperlakukan-nya dengan baik. Ia menganggap Lia sudah seperti adik-nya sendiri. Meski Stella sudah menjadi seorang 'Nyonya', tetapi ia tetap biasa saja. Tidak merasa menjadi seorang Nyonya. Karena dulunya juga Stella seperti Lia. Jadi ia tidak pernah membedakan antara dirinya sama Lia.

Lia juga sudah begitu lama bekerja dengan keluarga Digantara. Nancy sudah mempercai Lia.

Stella memasuki kamar, Reyent masih bergurau dengan Rey. Reyent berceloteh.

"Rey, Nenek-nya Lia meninggal, ijinkan Lia pulang ke Bandung besok pagi Rey. Kasihan dia!"

"Kan kita dua hari lagi juga back to Jakarta, bareng saja sekalian."

"Rey kehilangan orang yang kita sanyangi itu berat. Karena aku juga dulu pernah mengalami seperti Lia. Tolong bilang sama Pio suruh urus tickets Lia sekarang untuk besok pagi. Karena aku sudah menyuruh-nya untuk berkemas."

"Huffff baik lah, aku akan menyuruh Pio sekarang."

Rey pun langsung menghubungi Pio untuk mengurus kepulangan Lia besok pagi. Pio tidak memprotes, dia langsung booking tickets untuk Lia buat besok pagi.

"Sayang tidak gratis loh permintaan mu barusan!" Ujar Rey iseng.

"Jadi maksud kamu aku harus bayar gitu! Hadech perhitungan banget sama istri sendiri." Gerutu Stella sembari memanyun-kan bibirnya.

"Emmmmm jadi pengen lahap itu bibir kalau seperti itu."

Reyent yang tiduran di tengah, hanya menyaksikan Mimi-Pipinya berceloteh. Reyent bingung, dia memandangi wajah Pipi-Miminya bergantian. Sedangkan Stella mencebikan bibirnya, saat Rey masih terus menggodanya. Saking gemasnya Rey pun langsung mencium bibir Stella. Reyent jadi terabaikan. Dia hanya lihatin kedua orang tuanya yang lagi ciuman.

Dasar Rey mesum, ciuaman di depan putranya, hadech mata Reyent jadi ternodai.

Tiga menit Rey melumat bibir Stella, Karena tangan Reyent menepuk-nepuk pipi Miminya. Stella mendorong dada Rey. Lalu Stella tertawa, malu sama putranya. Reyent juga ikut tertawa. "Mi-mi-mi!" Oceh Reyent.

"Emmmmm ya nak, Reyent minum lagi?"

Reyent tidak menjawab, malahan Meraba wajah Mimi-nya.

"Reyent ganggu Pipi hmm!" Ujar Rey. Stella tertawa cekikikan. Reyent juga ikut tertawa. Padahal dia tidak mengerti.

"Makanya jangan terlalu mesum, mata Reyent ternodai oleh kemesuman mu Rey."

Rey mematikan lampu, dan mereka menarik selimut ingin tidur. Stella dan Rey memeluk Reyent yang tidur di tengah.

"Good night baby!" Ucap Rey, sembari mencium kening Stella dan Reyent.

Stella memberi empeng Reyent agar cepat tidur. Tangan Reyent tidak mau diam, entah kenapa sekarang Reyent jika mau tidur harus mainin puting Mimi-nya dulu. Seraya mengenyut empeng-nya. Tadi sebelum tidur Reyent minum Susu formula.

Rey yang melihat kegiatan putranya yang sedang mainin puting Mimi-nya, Rey frustasi. Jadi pengen meremas juga dan mengulum-nya. Tangan-nya sudah gatal ingin meremas dan memilin seperti Reyent.

"Sekarang milikku terbagi dengan Reyent!" Gerutu Rey. Stella memukul pundaknya.

"OMG! Rey kamu perhitungan sama putra sendiri!" Kesal Stella. Lalu Stella memejamkan kedua matanya. Ia tidak perduli dengan gerutuan Rey. Ia mengabaikan-nya, pura-pura tidur.

"Sayang jangan tidur dulu, kita belum pemanasan!" Rengek Rey seperti anak kecil minta di tidurin.

Stella tetap diam, tidak menghiraukan Rey yang merengek seperti Reyent.

***

Reyent mengerjab-ngerjabkan matanya, saat terkena sinar matahari yang menerobos masuk lewat celah-celah jendela kaca.

Reyent mengambil empeng-nya yang terjatuh di bantalnya. Oya Reyent semalam Rey pindah ke baby box saat sudah terlelap. Box-nya tersambung dengan ranjangnya. Karena Rey ingin memeluk Stella, tangan-nya sembari meremas kedua payudaranya. Stella membuka kelopak matanya, saat mendengar celotehan Reyent. Stella pun meraih Reyent dan di baringkan-nya di tengah. Rey masih terlelap.

Setelah membaringkan Reyent, Stella keluar dari kamar ingin membuat Susu untuk putra-nya. Lia sudah terbang subuh tadi, karena perjalanan-nya membutuhkan waktu yang lama. Selesai membuat susu, Stella kembali ke kamar. Reyent duduk bersandar di kepala ranjang, sembari mengamati wajah Rey yang masih terlelap.

"Pii-Piiii-boo!" Oceh Reyent.

"Sssstttt! Reyent nggak boleh ganggu Pipi.  Reyent mimik susu dulu sini abisin ok!" Titahnya.

"Cuu-Mi-cu!"

Reyent menyedotnya sampe tandas, saat botol kosong di serahkannya sama Stella. "Bis-Mi-Cu-bis!" Ucapnya.

"Pintarnya anak Mimi!" Puji Stella, lalu memcium wajah Reyent. Rey mengerjab-ngerjabkan kedua matanya. Ia tersenyum melihat tawa ceria putranya dan Istrinya. Rey memeluk Reyent dan Stella.

"Good morning," sapa Rey pada istri dan putranya. "Morning kiss!" Pinta Rey. Reyent pun mencium pipi Rey. "Kok nggak nyium sayang?"

"Itu udah di wakili sama Reyent!" Ujarnya, sembari beranjak bangun. Stella masuk ke kamar mandi ingin cuci muka. Setelah selesai dia ke dapur mau menyiapkan Breakfast. Pagi ini menu-nya Pancake. Stella juga merebus Wortel, kentang, dan brokoli untuk Reyent putranya. Ia memasak bubur beras merah untuk Reyent. Saat sudah beres semua, Stella menghidangkan di meja makan. Lalu ia mencuci peralatan bekas masak.

Stella kembali ke kamar ingin membersihkan diri. Setelah membersihkan diri dan ganti pakaian, kini gantian memandikan Reyent. Stella menyuruh Rey mandi, malahan pura-pura tidur. Merasa kesal akhirnya Stella keluar ingin menyuapi Reyent. Stella memanggil Rey turun. Namun, Rey tidak kunjung turun. Stella meminta Revy untuk jaga Reyent sebentar, saat Revy baru duduk. Revy hari ini ada jam class, jadi Revy bangun pagi.

"Morning boy!" Sapa Revy pada Reyent. "Reyent said good morning Ate, bisa nggak?!"

"Ning Ning!" Jawab Reyent.

Revy melakukan panggilan video call dengan Nancy Mamanya. Suara Reyent berceloteh saat melihat gambar wajah Oma-nya. "Mum mum mum!"

Sedangkan di dalam kamar Rey menggoda Istrinya. Rey memaksa Stella untuk Mandi bareng. Stella menolak, tapi Rey tetap memaksa, menariknya masuk kedalam kamar mandi. Stella berteriak saat Rey menjeburkan ke dalam bathtub yang sudah terisi air hangat. Stella beranjak berdiri, namun Rey langsung mengungkung-nya.

"Olah raga pagi dulu sayang!" Bisik Rey ketelinga Stella sembari menggigit daun telinganya.

Stella tau apa yang dia maksud dengan 'olah raga'! Stella menolak, "dasar mesum, brengsek, awas aku mau nyuapin Reyent." Ucap Stella kesal, ia mencoba ingin beranjak dari bathtub. Namun, lagi-lagi  Rey dengan sigap langsung menarik lengan Stella dan langsung duduk di pangkuan-nya. Tangan Rey meremas Payudara Stella. Kemudian Rey melumat bibir Stella.

Stella menyerah, melawan pun percuma. Jika suaminya yang super mesum sudah menginginkan-nya. Tanpa terasa pakaian Stella yang atas sudah terlepas. Ciumannya semakin dalam dan panas. Tangan Rey turun kebawah, menyelinap masuk. Lalu memasuk-kan kedua jarinya. Desahan Stella membuat Rey semakin semangat. Rey mempercepat kedua jarinya yang di dalam milik Stella. Rey melumat bibir Stella, menyesapnya.

Rey melepas ciuman-nya, menatap Stella yang memejamkan kedua matanya. Pandangan Rey mengarah ke Payudara Stella. Ia langsung melahapnya, mengulumnya, menyesapnya. Memberi tanda merah di sekitar dadanya. "Aku haus sayang!" Parau Rey dengan mata yang sangat bergairah. Rey menyesap puting Stella begitu lahap. Kedua jari Rey masih bermain di dalam milik Stella. Memainkan klitorisnya.

Sampai Stella berteriak, karena pelepasannya. Nafas Stella terengah-engah, dada-nya Naik turun. Dengan tidak sabar Rey langsung menyatukan miliknya dengan milik Stella.

Di luar Revy sedang menggedor-gedor pintu. Ia ingin berangkat, Aloyseus sudah menjemputnya dan menunggu di bawah. Sedari tadi Revy memanggil Stella namun tidak ada sahutan. Dengan kesal Revy menggedor pintunya lagi dengan keras agar cepat keluar.

"Woii ngapain sih kalian di dalam lama banget! Gue udah mau jalan nih bang!" Teriak Revy sembari menggedor pintu  kamar mandi. Dia sudah mau jalan, tapi Rey maupun Stella tidak kunjung keluar. Revy keluar lagi, ingin melihat Reyent yang masih duduk anteng sembari berceloteh.

Tidak berselang lama pintu kamar mandi terbuka. Keluarlah Rey dengan handuk yang melilit di pinggang-nya. Rambutnya basah. Rey berganti pakaian di walk in clothes. Stella keluar juga dengan kimono tidurnya. 

"Gara-gara kamu, dasar mesum!" Cebik Stella. Ia kesal dengan kemesuman Rey suaminya. Rey yang mendengar gerutuan Istrinya, malahan tersenyum jail. Dia merasa tidak salah.

"Kan semalam tidak dapat jatah sayang, Reyent menguasai-mu!"

"Ya ampun, Reyent putra-mu kalau mau tau Reyneis Bastian Digantara. Kamu nggak mau ngalah sama anak sendiri, ya Tuhan." Ujar Stella kesal.

"Bukan gitu sayang!" Rengek Rey seraya memeluk Stella dari belakang. Stella lagi mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.

Setelah berganti pakaian dan mengeringkan rambutnya, Stella keluar dari kamar duluan. Karena Reyent nungguin. Rey masih memakai pakaian yang Stella pilihkan tadi. Dia berdiri di depan kaca rias. Dia merapikan rambutnya yang masih setengah basah.

Rey keluar menghampiri istri dan putranya yang lagi menyantap pancake. Rey kaget saat melihat Reyent blepotan semua. Badannya penuh nasi merah. Tadi saat di tinggal Stella untuk membangunkan Rey, Reyent makan sendiri. Karena Revy sibuk dengan makanannya, seraya memainkan ponselnya. Dasar Revy adik yang tidak mau bertanggung jawab. Baru di titipin sebentar saja sudah seperti ini, putra-nya blepotan semua.

Stella membiarkan-nya saja, sudah terlanjur. Nanti jika sudah selesai makan baru Stella mandiin lagi. Rey duduk dan menggelengkan kepalanya saat melihat putra-nya memainkan nasinya. Reyent malahan tertawa saat Rey menegurnya. Stella sedang menyiapkan makanan dan minuman buat Rey. Rey ingin memakan Garlic bread toast and scramble egg. Minumnya Moccacino Late hangat.

Lalu mereka menikmati makan paginya, Reyent berceloteh seraya memukul makoknya dengan sendok. "Bis-bis-mam-bis!" Oceh Reyent.

"Pintarnya Reyent anak Mimi, Reyent sudah kenyang belum hmm? Reyent mau mamam roti tidak?" Ucap Stella  menawari roti.

"Num-Mi-num-num!" Pinta Reyent, minta air minum. Lalu Stella memberi botol minumnya, dan langsung di minum Reyent.

Setelah minum Reyent bilang, "Aaahhhh! Num!" Rey terkekeh mendengar suara Reyent jika abis minum bilang 'Aaahh'.

"Sayang seperti desahanmu tadi waktu kita mandi.!" Bisik Rey pelan ketelinga Stella. Tangannya sembari meraba selangkangan istri-nya.

Stella mencubit perutnya saat mendengar bisikan Rey, "Si bego ngomongnya, di sini ada Reyent, tapi kamu mesum depan Putra-mu hem!" Omel Stella pada suaminya yang super mesum. Rey malahan tertawa cekikikan.

"Sayang nyubitnya salah, harusnya di bawah sini nyubitnya!" Bisik Rey lagi, sembari cekikikan. Reyent menegor Pipi-nya yang cekikikan.

"Pii-Piiii!" Panggil Reyent.

"Iya jagoan Pipi, Reyent mau mamam lagi!"

"Bis-bis-mam-bis!" Ocehnya.

***

Makan pagi pun sudah selesai, kini Stella sedang memandikan Reyent yang kedua kalinya. Rey mengobrol dengan Pio. Membicarakan hari ini mau jalan kemana?

Rey ingin mengajak istri dan putra-nya berkeliling sebelum kembali ke Jakarta. Rey ingin nyenangin istri dan putra-nya. Membahagia-kan istri dan putra-nya.

Stella keluar dari kamarnya dengan Reyent yang ada di gendongannya. Ia menghampiri Rey yang duduk di ruang keluarga. Ia duduk di sebelah Rey sembari memangku putranya.

"Sudah sayang! Kalau sudah ayo jalan sekarang!" Tanya Rey. Stella mengangguk, tanda ia sudah siap.

Mereka keluar dari apartment dan menuju ke Basement. Menaiki mobilnya Rey yang selalu di gunakan Revy ke kampus. Pio yang mengemudinya. Rey Stella dan Reyent duduk di kuris penumpang. Mereka berkeliling, ke pantai, belanja keperluan Reyent ke mall, makan, dan ke taman. Sehingga tidak terasa hari sudah mulai gelap.

Rey, Stella, dan Pio sedang minum kopi di Starbuck. Cuaca di luar juga sedang hujan, mereka saat ini sedang menunggu Revy. Rey mau nitipin Reyent sama Revy adik-nya. Reyent tertidur akibat kelelahan. Nanti pukul tujuh lewat empat puluh lima menit malam, Rey ingin mengajak Stella Candle light Dinner yang romantis tanpa ada yang mengganggu-nya.

Orang yang di tunggu-tunggu pun akhirnya datang. Ketika Revy datang, ia langsung mencium Reyent yang berada di pangkuan Stella. Kini Reyent sudah berpindah ke pangkuan Revy. Pio pun di suruh menjaga Reyent dan Revy. Jika terjadi sesuatu Pio bisa langsung menghubungi Rey bosnya.

Rey dan Stella sudah pergi, Rey membawanya ke toko busana langganannya. Rey memilihkan long dress untuk istrinya kenakan saat Dinner nanti. Setelah mendapat long dress yang cocok, Rey menyuruh Stella mencoba di ruang ganti dengan di bantu pegawainya.

Stella keluar dengan long dress berwarna hitam tanpa lengan. Terlihat indah dan cantik ketika Stella memakainya. Sangat pas di body-nya.

Rey tersenyum, dia bangga dengan kecantikan alami istrinya. Semua yang istrinya pakai selalu cocok. Rey mendekati Stella, bibirnya masih mengembangkan senyum manisnya. Rey merasa sangat beruntung menikahi Stella. Kenapa tidak bertemu istrinya dari dulu? Jika bertemu dari dulu, mungki dia tidak akan di cap seorang Player cap kadal. Semua itu Tuhan yang ngatur.

"Kamu sangat cantik sayang dengan dress ini. Sangat pas di tubuhmu, udah jangan ganti lagi. Pakai ini saja, ayo kita keluar sekarang." Lama melamun dan memandangi wajah cantik istrinya, akhirnya Rey mengeluarkan suaranya. Rey memuji kecantikan istrinya. Rey menggenaka tuxedo berwarna hitam juga, menyerasikan dengan dress istrinya.

Rey menggandeng tangan Stella, lalu keluar dari toko busana. Rey membukakan pintu mobil untuk Stella. Rey melajukan mobilnya ke Restaurant yang sudah ia booking tadi siang.

Tidak lama mereka sudah sampai di Restaurant Grace & Butler yang Rey tuju. Sesampainya Rey dan Stella langsung di sambut oleh manager Grace Butler yang bernama Bennett. Manager Bennett menunjukan meja yang sudah di siapkan oleh karyawan Bennett. Meja yang ditaburi kelopak bunga mawar merah. Ada lilin, gelas, anggur, wine, sendok dan garpu. Dan sporsi Pizza juga cake. Untuk pembukaan makan.

Kini keduanya telah menikmati Candle light Dinner-nya. Rey memotong Pizza untuk istrinya. Stella menerima dan menyantap-nya. Lalu pelayan datang mengantar makannan nya. Kemudian Rey bersulam dengan istrinya. Tapi Stella minum tanpa mengandung alcohol.

Setelah menikmati Candle light Dinner-nya, Rey meminta manager Bennett untuk menyalakan musik. Lalu Rey mengajak istrinya berdansya. Stella memgikuti gerakan Rey. Karena tidak bisa berdansya. Jadi ia hanya mengikuti gerakan suaminya.

Rey berbisik.

"Sayang apa kamu bahagia dengan Dinner malam ini?" Tanya Rey sembari menggerakan badannya kekiri dan kanan.

Stella mengangguk.

"Iya, aku sangat bahagia Rey, terima kasih!" Cicitnya.

"Tidak perlu berterima kasih sayang, ini sudah ke wajibanku untuk membuat mu bahagia. Jadi aku minta tetaplah hidup di samping ku sampai maut memisahkan sayang." Kembali Stella mengangguk.

Rey tersenyum, mendekatkan wajahnya. Lalu mencium bibir Stella. Dan berkata,

"I love you my wife, don't live a part!"

"I love you too my husband, I wanna living with you forever."

Lalu keduanya tersenyum, Rey mencium kening Stella dengan lembut, turun pipi Kiri dan pipi kanan. Kemudian ke bibirnya, sedikit melumatnya.

Candle light Dinner pun selesai, Stella mengajaknya pulang. Ia tidak bisa ninggalin Reyent terlalu lama. Ini sudah cukup lama ia meninggalkan Reyent bersama Revy. Bukan tidak percaya, tapi Stella merasa tidak enak harus merepotkan Revy adik iparnya.

BERSAMBUNG.

Terima kasih sudah mau membaca.

saranghae 🥰

It's Me Rera.