webnovel

He's My Son 01

Reyneis Bastian Digantara pria remaja berusia 20 tahun, dia seorang Playboy. Suka gonta ganti pasangan, dia hobby pembalap mobil, pembalap motor, memiliki Club, dan juga Caffe. Kadang juga dia suka photographer jika ada orang yang mau 'Preweding'. Tentunya juga Reyneis ini jago memainkan DJ. Dia tertarik sama seorang gadis bernama Stella Anggraini. Dalam diam Rey menyukai gadis itu, selalu memperhatikan dari jauh. Gadis yang bernama Stella tidak tau jika Ada seseorang buang selalu memperhatikan dirinya. Rey selalu datang di tempat kerja Stella tiap malam. Gadis itu lah yang naklukin hati Reyneis seorang playboy. Stella Anggraini gadis remaja berusia 19 tahun. Ia bekerja di sebuah Billyard. Dia hidup sebatang kara. Kuliah sambil bekerja. Namun, ia di pertemukan dengan lekaki yang bernama Reyneis Bastian Digantara. "Stella elo cantik sekali, dan gue tertarik sama elo, malam ini elo akan menjadi milik gue!" Apa rencana Reyneis si playboy? Berhasilkah Reyneis mendapatkan hati Stella? Dan Bagai mana Reaksi Stella setelah mendengar ucapan Reyneis? Stella Anggraini gadis remaja berusia 19 tahun. Ia bekerja di sebuah Billyard. Dia hidup sebatang kara. Kuliah sambil bekerja. Namun, ia di pertemukan dengan lekaki yang bernama Reyneis Bastian Digantara. "Stella lo cantik sekali, dan gue sangat tertarik sama lo, malam ini lo harus menjadi milik gue!" Apa rencana Reyneis si playboy cap kadal? Berhasilkah Reyneis mendapatkan hati Stella? Dan Bagai mana reaksi Stella setelah mendengar ucapan Reyneis?

Rera_Rara · Teen
Not enough ratings
50 Chs

CHAPTER 12

                         

Hari ini Stella sedang melakukan pemotretan di Photo People Digantara. Stella ingin mengambil gambar Reyent, moment yang ke 1st tahun. Sejak Reyent lahir Stella memang selalu melakukan pemotretan, katanya buat kenang-kenangan di saat Reyent sudah dewasa kelak. Stella tidak tau jika Studio itu miliknya Reyneis. Stella juga tidak mengamati nama Studio itu bahwa ada nama Reyneis di belakangnya. Beruntung Rey tidak ada, dia belum datang. Cuma ada karyawan-karyawan ke percayaan Reyneis. Stella lagi merapikan ciput Reyent yang miring. Style Reyent memakai baju putih lengan panjang, celana kodok berwarna coklat, tidak lupa ciput berwana abu-abu. Terlihat simple, cute dan menggemaskan.

Setelah sudah siap, Stella ninggalin Reyent duduk sendiri. Biar Mba Wuri tukang photonya siap untuk memotret Reyent. Kemudian Reyent ganti Style dan gaya tengkurap. Reyent seperti mau nangis karena takut, Stella memanggilnya. "Reyent jagoan Bunda ayo lihat sini nak, senyum dong biar ganteng, nggak boleh nangis ya nanti Reyent jelek loh." Ujar Stella menghibur putranya. Wiki pun ikut memanggil Reyent, Dana, Yoga dan Juga Ririn mereka semua pada bikin Reyent ketawa tidak nangis lagi.

Kini gantian Reyent sama Stella yang di potret. Stella memakai dress putih yang bergaris warna hitam tanpa lengan. Rambutnya yang panjang di gerai. Wajahnya cuma di poles Make-up tipis. Terliat smple dan natural. Sedangkan Reyent memakai kemeja garis-garis lengan panjang, celana hitam dan sepatu berwarna merah. Senada dengan style Stella.

Pemotretan pun sudah selesai, Stella terlihat senang saat melihatliat hasil foto Reyent. Kelihatan lucu semua wajah Reyent. Kemudian mereka semua keluar meninggalkan Studio. Mereka menuju ke Playground. Stella menggendong Reyent, di belakangnya Wiki mengejarnya. Reyent ketawa kegirangan. "Nda nda," Oceh Reyent memanggil Stella. Kakinya gerak-gerak nggak mau diam, berontak ingin turun.

Nggak mau diam, berontak ingin turun.

"Reyent nanti jatuh kalau nggak mau diam, hem!"

Ternyata dia melihatiat anak bebek di danau, makanya berontak ingin turun. Akhirnya Stella menurunkan Reyent dan menuntunnya. Reyent berjalan mendekati danau yang ada bebeknya, mengikutinya sembari menuntun tangan Reyent. Wiki, Ririn, Dana, Yoga pada ketawa melihat tingkah Reyent. Lalu Reyent berjongkok lihatin bebek yang berenang di danau. Reyent tertawa sembari menunjuk-nunjuk bebeknya, "Nda ta ta," coleteh Reyent nunjukin bebek pada Stella.

Semua yang ada di situ pada ketawa. Terutama Wiki langsung nyium Pipi gembul Reyent, saking gemasnya. Stella cuma tersenyum melihatiat putranya yang aktif  itu. Lalu Stella ikut berjongkok di sebelah Reyent.

"Itu namanya Bebek nak! Ayo coba bilang Bebek gitu!" Titah Stella.

"Be-be-be." Ucap Reyent.

Stella cuma tersenyum saja melihat Reyent yang mulai bicara, walau belum jelas. Ia merasa bahagia memiliki Reyent. Stella melihat sepasang suami istri bermain dengan anaknya. Ia mengamati orang itu terus, mereka terlihat bahagia. Seandainya ia seperti orang yang di lihatnya itu alangkah bahagianya dia! Bermain bertiga, jalan-jalan bertiga, foto bertiga, tidur bertiga. Ia berharap memiliki Family seperti mereka, tapi entah kapan?

Apa sudah waktunya Stella memberi tau Reyneis tentang Reyent? Memberi tau keluarga Bapak Ruslan bahwa Reyneis Ayah kandung Reyent? Tapi kapan? Stella masih belum siap, ia selalu menghindar jika ketemu Reyneis. Jika Stella memberi tau Rey tentang Reyent apa Rey menerimanya? Apa keluarga Rey juga akan menerimanya. Stella orang nggak punya. Anak Yatim Piatu. Anak sebatang kara. Tidak memiliki kekayaan. Tidak memiliki keluarga. Apa keluar Rey akan menerimanya dengan apa adanya? Menerimanya dengan suka rela? Karena jaman sekarang yang di pandang itu adalah kekayaan.

Lamunan Stella buyar karena jitakan Wiki. Wiki kesal sering melihat Stella melamun terus, akhirnya Wiki menjitaknya karena dia kesal, greget sama sahabatnya itu yang sering melamun.

"Lo sekali lagi melamun gue jeburin ke danau itu. Lo mau makan apa jangan ngelamun mulu?!" Kesal Wiki memarahi Stella. Saat mereka sedang makan, Reyent yang kelelahan tidur di pangkuan Ririn. Tadi kejar-kejaran sama Wiki dan Yoga. Reyent menangis karena capek, waktunya jam tidur siang juga. Di lihat Stella lagi melamun terus, Ririn berinisiatif bikinin susu untuk Reyent. Lalu Reyent di pangku dan di berilah susu yang Ririn bikin tadi.

"Oh ku mau samain aja dech," kata Stella.

Dari jauh Stella seperti meliat Reyneis sedang makan di tempat yang sama juga. Ia kawatir takut Rey melihat dirinya di sini. Ini saat yang tidak tepat. Buru-buru dia pindah tempat biar Rey tidak melihat wajahnya. Di mana-mana kenapa selalu ketemu Rey. Jakarta ini sangat luas, tapi kenapa selalu ketemu. Seolah dunia itu sangat sempit hufff. Gumam Stella dalam hati. Bukan dunia sempit, tapi karena Takdir Tuhan. Mungkin juga itu Jodoh yang sudah di atur oleh Tuhan.

"Lo kenapa pindah tempat, hem!" Tegur Wiki. Stella cuma terkekeh.

"Sini Kak Reyent biar aku yang mangku, Kak Ririn pasti capek!" Ucap Stella. Lalu Reyent pindah ke pangkuan Stella.  mereka semua menikmati makanannya yang mereka pesan.

Dari jauh Rey terliat sedang bicara dengan sahabatnya sembari menikmati makanannya. Entah apa yang di obrolkan keduanya. Kelihatannya serius banget sampai tidak tau kalau ada Stella di sebrangnya. Phonselnya berbunyi tanda ada panggilan masuk. Di lihatnya siapa yang menelphone? Kemudian Rey ijin sebentar ingin mengangkat panggilannya. Ternyata telphone dari Caffe, kata Mila karyawannya. Tidak lama Rey sudah kembali kemejanya tadi. Lalu keduanya berpisah karena Rey ingin ke Caffenya, tadi Mila bilang ada sedikit masalah soal keuangannya. Setelah sampai di Caffe Rey langsung masuk keruangannya ingin mengecek laporannya.

Kini Rey sudah berada di dalam ruang pribadinya. Mengecek data-data keuangannya. Ternyata hitungannya salah ada yang ingin menggelapkan keuangannya. Rey marah, rahangnya mengeras, kedua netranya membulat. Siapa yang berani menggelapkan keuangannya? Selama ini karyawannya tidak ada yang berani ingin menipunya. Rey langsung menelitinya dan memanggil semua karyawannya untuk berkumpul. Rey ingin menayakan siapa terakhir yang menotal sebelum Caffe Close? Rey terlihat sangat murka.

"Tolong jawab dengan jujur, siapa terakhir yang notal keuangan dan siapa orang terakhir yang Close Caffe ini? Jawab?" Teriak Rey sembari menggebrak meja kerjanya. Semua karyawan yang berada di depannya pada menundukan kepalanya karena ketakutan. Rey bersandar di kursinya sembari memijit pelipisnya. "Maaf Mas Rey kemaren ada anak baru mungkin belum begitu lincah soal hitungan." Ucap Nia terbata.

"Siapa nama anak baru itu! Kenapa gue tidak pernah melihat mukanya? kenapa tidak memberi tau gue kalalu ada anak baru?" Tanya Rey dengan suara yang sedikit keras.

"Avi Mas namanya," jawab Rendi.

"Avi?" Tanya Rey balik.

"Ya gue Avi," celetuk orang yang di sebut Avi itu. Semua yang ada di ruangan pada menoleh ke belakang melihat Avi yang tiba-tiba muncul.

Rey terkejut, siapa Avi itu? Ternyata mantan kekasihnya dulu, sebelum Frisca.

                                >☆>☆>

Setelah mengabiskan waktu bermain dengan Reyent dan juga menikmati makan malamnya. Mereka berencana pulang kerumah. Karena jam sudah menunjukan pukul delapan malam. Suara Reyent berceloteh, entah apa yang di omongin. Biasa anak masih umur segitu wajar ngoceh-ngoceh tidak jelas. Di dalam mobil hening tidak ada yang ngeluarin suara kecuali Reyent. Mereka sibuk main dengan ponselnyanya masing-masing.

Di tempat lain.  . .

Rey setelah mengurus 'Avi' tadi, kini pergi kerumah Stella. Sudah dua hari dia nggak masuk kerja. Malam ini Rey sedang duduk di dalam mobilnya sembari memantau rumah Stella. Namun,  dia lihat bocah kecil yang tertidur di gendongan Stella keluar dari mobil. Sepertinya Stella baru pulang. Rey Syok matanya membulat, dan jantungnya berdetak kencang, tubuhnya menegang karena terkejut. Apa yang dia lihat itu nyata, apa itu Stella. Apa selama ini Stella hamil benihnya? Lalu kenapa Stella memyembunyikan darinya? Banyak pertanyaan di kepala Rey. Rey semakin penasaran. Rey membuka pintu mobil ingin menghampiri Stella, namun langkahnya terhenti. Rey melihat ada seorang lelaki di belakang Stella. Siapa lelaki itu?

Paginya. . .

Pagi ini Stella ingin kembali bekerja, merasa sudah cukup cuti tiga hari demi menghindar dari Rey. Stella akan mencoba biasa saja jika bertemu Rey di tempat kerja nanti. Saat ini Stella sedang memandikan Reyent, setelah memandikan dan mengganti pakainnya, kini ia memberi Susu Formula untuk Reyent. Susu sudah habis lalu Stella menggendong Reyent, melangkah keluar kamar. Stella menuju ruang makan yang sudah ada Ririn dan Dana. Lalu Stella duduk di sebelah Ririn, ikut bergabung menyantap sarapannya. Reyent ngoceh-ngoceh ingin ikut makan juga. Padahal tangannya sudah meggangin biscuits Bites makanan yang kusus untuk cemilan Baby. Stella selalu menyetoknya untuk cemilan Reyent.

"Kenapa, hem? Reyent mau ikut makan juga?"

"Stella anak mu gemesin banget, pengen tak gigit pipinya," ujar Dana.

Stella cuma tersenyum sembari menghirup rambut Reyent yang wangi sampoo. Reyent itu versi Reyneis waktu bayi, dulu Reyneis persis seperti Reyent menggemaskan. Selalu buat rebutan gendong ke sana ke sini. Reyent meraih tangan Stella yang hendak menyuap Nasi goreng ke mulutnya. "Ndaaa-ah-uh," coleteh Reyent ingin minta nasi goreng.

"Tidak boleh nak, ini pedas Reyent nggak boleh makan ini. Nih Reyent sudah punya Biscuits."

Sarapan pun sudah selesa, kini Stella  sudah siap mau berangkat. Ia mencari Ibu Darmi yang sedang menyapu halaman belakang rumah. Stella mencium pipi Reyent berkali-kali, setelahnya ia berikan sama Ibu Darmi. "Bunda kerja dulu ya jagoan, cari uang buat beli susu sama Bitesnya Reyent. Jagoan Bunda tidak boleh nakal tidak rewel. Baik-baik sama Tati ya nak, hem?" Pesan Stella pada putranya. Lalu ia menciumnya lagi dan pamit sama Ibu Darmi.

Stella sudah berada di halte tempat biasa ia menunggu bus. Stella tidak tau bahwa sedari tadi ada mobil yang mengikutinya. Lalu lelaki itu keluar dari mobilnya dan menghampiri Stella. Stellah terkejut. Ia mendongak menatap wajah lelaki itu. Lelaki yang tidak lain adalah Reynies Bastian Digantara.

"Hai! selamat pagi Stella!" Sapa Rey pada Stella. Tidak ada jawaban. Stella masih bergelut dengan pikiran dan hatinya yang tiba-tiba berdebar meliat Rey pagi ini. Kemudian Rey menarik pergelangan tangan Stella.

"Ikut gue sekarang, kita harus bicara! Banyak pertanyaan yang harus lo jawab dengan jujur." Ujar Rey sembari mendorong Stella masuk kedalam mobil. Stella menolak ingin menepis tangan Rey, tapi ia kalah. Ia hanya pasrah saja mengikuti kata Rey. Menurut ingin di bawa kemana. Dan ia pun sudah siap menjawab pertanyaan apa yang Rey berikan nanti. Setelah Stella masuk ke kursi penumpang, Rey pun langsung masuk ke kursi kemudi. Kemudian Rey melajukannya entah kemana? Yang penting tidak ke Apartement, tidak ke Caffe tempat Stella bekerja, atau ke restaurant lain pun tidak.

Stella tidak tau ingin di bawa kemana! Hati terus berdebar gelisah. Suasana di dalam mobil hening tidak ada pembicaraan maupun suara musik. Rey mengambil benda pipihnya yang ada di dashboard, ia menghubungi Wia.

"Hallo"

"Wia Stella hari ini gue pinjem dulu."

Klikk

Belum ada balasan dari Wia, Rey sudah mematikan panggilannya. Sedangkan Wia yang di sebrang sana mengumpat. 'Si bego si kadal main curi aja anak orang, awas nanti kalau ketemu. Huhhhh untung sepupu gue! Kalau tidak udah gue cincang lo Rey. Wia mengumpat kesal.

Dan kedua netra Stella melotot, apa barusan yang ia dengar?

Rey memarkirkan mobilnya, lalu ia keluar dan membukakan pintu untuk Stella. Kemudian ia masuk kedalam lift, Rey menekan angka delapanbelas. Apartment dia yang biasa di tempati Vito sahabatnya. Pintu lift terbuka, Rey keluar sembari menggenggam tangan Stella. Rey menekan password pintu apartment. Pintu terbuka, Rey masuk di ikuti Stella dari belakang. Dengan tidak sabar Rey langsung mendorong Stella kedinding.

"Stella tolong jawab pertanyaan gue dengan jujur."

Stella menunduk, tubuhnya gemetar, ia kembali teringat kejadian setahun yang lalu. Stella menggigit bibir bawahnya ia mengangguk.

"Siapa anak kecil yang lo gendong tadi malam?"

Degg. .

Stella langsung mendongak, mereka saling menatap wajahnya masing-masing. Rey sudah tau tentang Reyent, gumam Stella.

"Apa dia putramu? Hasil perbuatan gue setahun setengah yang lalu! Jawab Stella, semalaman gue tidak bisa tidur mikirin anak yang lo gendong. Apa dia putraku juga Stella Anggraini."

Lalu Rey meraih dagu Stella, mendongakkannya. Sampai hidung mereka bersentuhan. Stella memejamkan matanya, ia gugup, gemetar, takut. Kedua tangannya mencengkram jaketnya.

Kembali Rey bertanya, "Jawab jujur Stella! Apa dia putra gue?"

Dengan gemetar Stella menggangguk pelan atas jawabannya. Kedua matanya masih terpejam. Sedang kan Rey melihat anggukan Stella atas jawabannya. Tubuhnya menegang kedua netranya menatap Stella yang masih menunduk.

Dia punya seorang putra, dia sudah menjadi seorang Ayah, dia bukan anak Mama lagi yang manja, apakah ia bisa ngilangin kemanjaannya setelah mengetahui ia memiliki seorang putra?

Kemudian Rey berucap, "kenapa lo menyembunyikannya dari gue! Kenapa lo tidak mencari gue untuk tanggung jawab! Kenapa Stella, hem?" Ujar Rey sembari mengelus dagu Stella.

"Kita akan segera menikah, gue akan temui keluarga lo untuk melamar lo."

Lalu Rey mendekatkan wajahnya. Rey mencium bibir Stella yang sudah menjadi candunya. Rey melumatnya mencecapnya, memasukan lidahnya ke rongga mulut Stella. Ciumannya semakin dalam, semakin panas sampai Stella kewalahan tidak bisa bernafas.

Walau Stella tidak mau membalasnya Rey tetap menikmati ciumannya. Melumatnya. Menghisapnya dengan lembut, tidak seperti kemaren waktu di ruangan Wia. Rey menghentikan ciumannya menatap wajah Stella yang masih terpejam. Lalu Rey kembali menciumnya, bibirnya turun keleher Stella, tidak ada penolakan dari Stella. Rey menggendong Stella, tanpa melepas ciumannya, Rey berjalan menuju ke arah kamar. Sesampainya di kamar Rey menurunkan Stella di atas Ranjang yang cukup besar.

Rey melepas kemeja yang ia pakai, dengan masih melumat bibir Stella sembari meremas payudaranya. Ciumannya semakin panas, lalu turun ke ceruk leher Stella. Menghisapnya sampai warna keunguan. Tangannya masih meremas payudara Stella, lalu tanpa terasa kemeja yang Stella pakai sudah terlepas. Meninggalkan Bra berwarna hitam, Rey menikmati tubuh Stella yang terlihat putih halus dan indah. Apa lagi bagian dadanya sangat indah. Bibir Rey tertarik kesamping melihatkan senyuman Devilnya.

Kemudian Rey kembali mencium bibir Stella lagi, tangannya membuka kaitan bra Stella. Lalu turun kebawah mencoba mebuka kancing celana Jin Stella. Tidak ada penolakan, dari tadi Stella hanya diam. Tau-tau kedua jari Rey sudah masuk ke celana dalamnya, memainkan klitoris milik Stella. Dengan tidak sabar Rey langsung memasukan kedua jarinya ke milik Stella. Bibirnya mengulum payudaranya, dan tangan yang satunya  meremasnya, memijitnya, memilin putingnya dengan gemas. Reyneis sudah di penuhi gairahnya. Ia ingin segera memasuki milik Stella. "I need you Stella! Now!" Ucap Rey. Stella hanya memandangi wajah Rey.

Kemudian Rey sudah menyatukan dengan milik Stella. Terdengar lenguhan dari bibir Stella, Rey semakin bersemangat untuk menggerakkan miliknya. Menekan kedalam milik Stella. "Sssttt aahh ahhh Rey," Desah Stella manggali nama Rey.

"Sebut nama gue Stella please!" Bisik Rey ke telinga Stella. Rey semakin cepat menggerakkan pinggulnya sembari memeluk Stella, menciumnya, mengigit lehernya, dadanya. Keduanya berteriak karena mencapai pelepasannya. Kedua nafasnya terengah-engah. Rey ambruk di atas tubuh Stella. Berucap.

"You're mine Stella Anggraini,  jangan coba-coba menghindari gue lagi, dan jangan coba-coba menghilang lagi. Gue akan bertanggung jawab atas perbuatan gue dulu maupun sekarang ini. Jangan takut, jangan menangis. Tidurlah. Hari ini nggak usah bekerja." Ungkap Rey panjang lebar.

Lalu Rey menarik selimutnya untuk menutupi tubuh mereka. Keduanya pun memejamkan matanya, saling berpelukan dan menuju kealam mimpi.

                                  >☆>☆>

BERSAMBUNG.

It's Me Rera. 🥰