webnovel

Part 11

"Kau mau kemana?" Tiba-tiba suara berat seseorang terdengar dan menghentikan langkah Marsha yang sudah akan keluar dari gedung mewah itu.

Tanpa perlu repot menjawab apalagi membalikkan tubuhnya, Marsha lebih memilih untuk kembali melangkah. Ia bisa menebak siapa pemilik suara itu, tapi lagi-lagi langkah Marsha kembali terhenti dan kali ini dikarenakan orang itu menarik lengannya.

"Kalau kau pikir aku akan menurutimu untuk memeriksa hal itu, jangan harap aku mau!" Kata Marsha setengah memekik.

Alland langsung menggelengkan kepalanya cepat atas perkataan Marsha. Bukan itu tujuannya menghentikan wanita itu pulang malam ini. Setelah selesai acara pemotretan, Marsha memang memiliki beberapa kepentingan di kantornya mengenai kontrak kerja itu sehingga wanita itu pulang sedikit telat hari ini. Melihat keterlambatan Marsha sepulang kerja membuat Alland merasa memiliki kesempatan untuk mendekati wanita keras kepala itu. Alland tidak mungkin langsung memaksa Marsha untuk melakukan pemeriksaan itu kembali karena sudah pasti wanita itu akan menolaknya. Itulah mengapa sekarang ia berada disini, mencegah Marsha pulang. Alland memiliki rencana lain untuk membujuk Marsha.

"Tidak. Bukan itu yang ingin aku katakan." Katanya dengan nada santai.

Marsha mengernyitkan keningnya bingung melihat tingkah Alland yang tidak bisa ditebak. "Lalu apa?" Tanyanya.

"Aku hanya ingin makan malam denganmu. Ah, jangan menatapku seperti itu. Ini hanya sebagai ucapan permintaan maaf dariku." Kata Alland menjelaskan ketika Marsha menatapnya dengan tatapan mengintimidasi karena wanita itu terlalu sulit untuk ditaklukkan.

"Benarkah?" Tanyanya meyakinkan.

Alland mendengus tidak suka, padahal niatnya baik walaupun ada maksud tersembunyi dibalik kebaikannya itu. Sedangkan Marsha entah mengapa terkekeh geli melihat perubahan ekspresi wajah Alland. Melihat pria itu menunjukkan ekspresi kesalnya membuat Marsha tak tahan untuk tertawa, tapi untungnya bisa ia tahan.

"Tidak perlu menunjukkan ekspresi jelekmu itu. Kau menjadi jelek!" Kata Marsha yang masih terkekeh geli di tempatnya.

"Apa kau baru saja mengataiku beruang kecil?" Sarkas Alland.

"Hei apa-apaan panggilan itu. Jangan memanggilku begitu!" Protes Marsha.

"Memangnya kenapa? Aku memiliki hak dalam berbicara dengan mulutku ini." Jawab Alland menantang.

"Aku juga punya hak atas panggilan yang mencemarkan nama baikku itu." Protes Marsha lagi.

"Terserah, tapi beruang kecil memang cocok denganmu. Kau buas dan...."

"Dan apa?"

Menggemaskan?

"Ah, tidak. Lupakan saja."

"Dan apa Alland!" Desak Marsha yang sudah terlanjur penasaran. Alland bahkan tak percaya akan Marsha yang tidak marah, tapi malah bertanya penasaran.

"Dan menyebalkan!"

Marsha mencebikkan bibirnya kesal.

"Terserah kau saja! Kau juga sama menyebalkannya!" Kata Marsha yang sudah akan pergi meninggalkan Alland, tapi dengan cepat Alland mencegahnya.

"Sudah kukatakan kita akan makan malam bersama." Tegas Alland mengingatkan.

"Kau benar. Aku hampir saja lupa." Jawabnya kelewat polos.

"Kau pelupa sekali." Cibirnya.

"Itu karena kau yang menyebalkan!"

Alland memutar bola matanya malas. "Baiklah terserah kau saja. Aku lelah berdebat denganmu." Katanya yang kemudian menarik lengan Marsha untuk mengikutinya menuju ke lobby dimana mobilnya sudah dipersiapkan oleh bawahannya.

"Kita mau kemana?" Marsha menghentikan langkahnya, sehingga langkah Alland pun terpaksa ikutan berhenti.

"Makan malam tentu saja!" Bentaknya tak tertahan. Ia terlalu lelah berdebat dengan Marsha.

"Aku tahu, tapi kita tidak bisa keluar dari sana." Tunjuk Marsha pada lobby di depan sana yang ia yakin Hans sudah menunggunya disana.

"Kenapa tidak?"

"Managerku sudah menunggu disana. Aku tidak ingin dia mengira hal yang tidak perlu dia pikirkan. Semuanya akan menjadi sangat rumit jika dia melihat kita keluar bersama." Jelas Marsha yang membuat Alland memanggutkan kepalanya membenarkan.

Benar juga.

"Baiklah. Kalau begitu kenapa tidak kau katakan saja padanya kalau kau tidak pulang dengannya malam ini?"

"Dia akan semakin curiga. Aku sudah mengatakan kalau aku akan pulang bersamanya sebelumnya." Kata Marsha membuat Alland menghelakan napasnya jengah.

Lalu Alland harus apa?!

"Ah, aku punya ide!" Pekik Marsha secara tiba-tiba. Ia pun memanggil seorang karyawan yang baru saja melewatinya dengan mengenakan sebuah selendang. Marsha pun meminta karyawan itu untuk meminjamkan selendangnya padanya. Tentu saja dengan senang hati karyawan itu memberikan selendangnya untuk Marsha tanpa harus mengembalikannya.

"Kau mau apa?" Tanya Alland bingung ketika Marsha memakai selendang itu untuk menutupi kepala dan setengah wajahnya. Dan setelahnya, tubuh Alland menegang tak kala Marsha memeluk erat lengannya. Sentuhan itu terlalu mendadak, sehingga ia begitu terkejut.

"Beraktinglah. Dia tidak akan mengira kalau ini aku." Pintanya kemudian menyeret Alland keluar dari gedung mewah itu. Tanpa Marsha sadari Alland sedang bersusah payah menahan debaran jantung yang menghantam dadanya.

"As your wish, baby." Bisiknya dengan suara parau.

***

Sudah lebih dari 20 menit menunggu, akhirnya makanan yang Alland dan Marsha pesan sudah datang. Piring-piring yang berisi makanan itu terlihat begitu menggoda untuk dinikmati. Bahkan Marsha tak mempedulikan keberadaan Alland dengan menatap makanan itu dengan mata yang berbinar-binar. Alland terkekeh geli melihat binar-binar kebahagiaan itu di mata Marsha.

"Kau terlihat seperti tidak pernah makan saja." Ledeknya membuat Marsha mencebikkan bibirnya lucu. Ia lupa jika ia sedang bersama Alland.

"Ini karena kau. Aku pulang jadi telat dan hampir melupakan makan malamku!" Katanya memprotes.

"Mengapa kau menyalahkanku?"

"Tentu saja kau. Orang-orangmu itu terlalu banyak maunya sama sepertimu." Ketusnya kesal.

"Apa mereka membuatmu terlalu lelah?" Tanyanya sembari menaikkan sebelah alisnya yang mendapat balasan anggukkan dari Marsha.

"Kalau begitu aku akan memperingati mereka." Kata Alland membuat Marsha menatapnya dengan kerutan di keningnya.

"Apa maksudmu? Ini sudah biasa aku rasakan, bahkan dulu lebih dari ini. Jadi, kau tidak perlu berlebihan." Katanya memberitahu, takut jika Alland benar-benar melakukan apa yang ia katakan. Marsha tidak suka jika ada orang yang menderita karenanya.

"Tidak. Aku harus tetap memperingatkan mereka." Katanya menolak perkataan Marsha.

Marsha memutar bola matanya malas. "Sudah kukatakan jangan berlebihan. Aku sudah lelah hari ini dan kau semakin membuatku lelah. Dan sekarang aku tambah lelah karena kau terus saja berbicara. Apa kita tidak bisa makan terlebih dahulu? Perutku terlalu lapar mendengarmu." Katanya membuat Alland mengulum senyumnya. Marsha terlalu polos dan blak-blakan. Ia pun menganggukkan kepalanya pelan.

"Baiklah. Kau boleh makan sekarang."

"Aku? Apa kau tidak ikut makan?"

"Tentu saja aku juga akan makan."

"Kalau begitu mari kita makan. Jangan berbicara terus, kau tidak tahu perutku bisa saja memakanmu jika kau terus mengajakku berbicara." Dumel Marsha dengan nada yang menggemaskan di telinga Alland. Tanpa bisa dicegah lagi pria itu sudah tertawa di tempatnya.

"Tidak ada yang lucu sir." Dengusnya kesal karena merasa Alland menertawainya.

"Ya memang." Katanya yang sudah menghentikan tawanya.

"Lalu mengapa kau menertawaiku!"

"Hei kenapa kau membentakku? Tidak baik bertengkar di depan makanan." Kata Alland memperingatkan.

"Kau menyebalkan sekali. Sudahlah jangan ajak aku berbicara lagi. Perutku benar-benar akan memakanmu sir." Katanya yang kemudian mulai memotong steaknya.

"Bisakah kau memanggilku Alland saja? Kita tidak sedang berada di kantorku." Kata Alland memprotes. Dia tidak suka dipanggil seperti itu oleh Marsha.

Marsha menggeleng kecil. "Tidak bisa." Katanya menolak.

"Just call me Alland, Marsha!" Tekannya tak suka.

Lagi, Marsha menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau. Kau tahu, jika aku memanggilmu dengan namamu itu maka kau akan kembali teringat pada malam itu. Dan bukan tidak mungkin kau akan menginginkan tubuhku yang indah ini. Bukan begitu sir?" Katanya dengan sengaja. Ia tidak ingin hanya dirinya yang malu karena Alland selalu menggodanya. Dan yeah Marsha berhasil, wajah pria itu merah merona.

"Sialan." Desisnya yang masih di dengar oleh Marsha.

Marsha mengulum senyumnya mendengar desisan kasar itu. "Tapi kalau kau tetap memaksa, aku bisa memanggil namamu. Dan jangan menyesalinya kalau aku membuatmu kembali bereaksi seperti malam itu, Alland." Kata Marsha dengan menekan nama Alland dengan nada yang berbeda, membuat Alland kembali mendesis.

Marsha benar. Alland bahkan tak berdaya ketika ia memanggil namanya dengan nada seperti itu. Bukan teriakan kekesalan Marsha kepadanya ketika wanita itu kesal padanya, tapi kali ini ia memanggil namanya dengan nada manja sama seperti pada malam itu yang membuat Alland menggeram tertahan.

"Jangan berbicara lagi. Makan saja makananmu, aku tidak ingin perutmu itu memakanku." Katanya yang kemudian mulai memakan makanannya.

Marsha terkekeh geli melihat ketidak berdayaan Alland. "Baiklah, Alland."

"Sialan."

***

Next chapter