1 Kepulangan

KEPULANGAN

Siang itu cuaca sangatlah panas menurutku, sudah sangat lama aku tidak mengijakkan kakiku di negri ini. Tanah kelahiranku, tempat dimana aku kembali pulang dan bertemu dengan orang tersayangku. Ya, kedua orang tuaku yang sudah aku tinggalkan untuk melanjutkan studiku.

Siang ini pun aku kembali tanpa memberitahukan pada mereka, alasannya hanya satu memberikan mereka kejutan yang tidak pernah mereka bayangkan. Karena besok adalah hari aniversary pernikahan mereka yang ke dua puluh lima tahun.

"Baiklah, aku harus membeli sesuatu terlebih dahulu sebelum pulang," gumamku sembari melihat jam yang melingkar di tanganku.

Taxi yang ku pesan sudah berada di depan menungguku, akhirnya aku bisa merasakan kembali suasana kota ini dengan udara yang sama sekali tidak berubah menurutku sejak saat itu.

"Paman, bisakah kau membawaku pergi ke Mall sebentar saja sebelum pergi ke rumahku?" tanyaku pada sang sopir.

"Baiklah, Nona. Saya akan menunggu anda," jawabnya dengan ramah.

"Terima kasih, paman," ujarku seraya tersenyum padanya.

Sekitar lima belas menit kemudian, akhirnya taxi itu berhenti di sebuah Mall yang sangat besar. Aku tidak mengingat akan Mall megah ini saat akan pergi ke luar negeri untuk kuliah dulu. Tanpa banyak membuang waktuku, akhirnya ku langkahkan kaki memasuki pusat perbelanjaan itu ternyata di dalamnya sangatlah lengkap.

"Aku akan pergi ke toko jam terlebih dahulu untuk mencari jam yang cocok buat Daddy," seruku dengan semangat.

Terlihat toko jam setelah berjalan masuk selama sepuluh menit, terlihat banyak merk jam ternama di sana. Tapi pilihanku jatuh pada jam Rolex berwarna silver yang ku yakini Daddy akan menyukainya.

"Bisa saya bantu, Nona?" tanya pelayan.

"Bisa saya lihat jam tangan Rolex itu?" jawabku sembari menunjuk jam tersebut.

Pelayan itu pun mengambilnya dan memperlihatkan padaku dengan senyuman ramahnya, tanpa banyak berpikir akhirnya jam itu yang ku beli dan meminta pelayan membungkusnya.

"Terima kasih, sudah berkunjung," serunya seraya menyerahkan paper bag berisikan jam tersebut.

"Terima kasih kembali," balasku setelah membayar jam tersebut dengan harga 5,670 USD.

Aku pun berjalan keluar dan kembali mencari sebuah toko perhiasan untuk Mommy yang memang sangat menyukai perhiasan berlian. Ternyata tempatnya berada di lantai atas dan aku harus susah payah pergi naik ke sana.

"Wah, tempat ini sungguh membuatku kagum karena begitu mudah untuk mencari sesuatu dalam satu tempat saja," ucapku seraya memasuki toko tersebut.

Terlihat pelayan mendekatiku dan melihat penampilanku akan tetapi masih dengan senyuman di wajahnya. Aku mengangguk sopan sambil terus masuk untuk melihat koleksi perhiasan di sana.

"Maaf, Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya padaku.

"Bisakah kau memberikanku satu set perhiasan yang terbuat dari diamond?" tanyaku balik padanya.

"Baiklah, tolong ikuti saya! Perhiasannya ada di sebelah sana, kau bisa memilihnya sendiri," jawabnya.

Ku lihat banyak sekali perhiasan di sana dengan banyak model dan warna yang sangat cantik, hampir saja aku tidak bisa memilihnya jika tidak melihat satu set diamond di sebuah manekin leher saja.

"Apa ini black diamond?" tanyaku penasaran.

"Ya, itu model terbaru yang elegant dan juga sangat ringan," jawabnya singkat.

"Baiklah, tolong bungkus ini dengan sebuah ucapan selamat aniversary di dalamnya!" pintaku seraya tersenyum.

"Baiklah, Nona bisa membayarnya terlebih dahulu di kasir. Kami akan membungkusnya dengan cantik," jawabnya.

Aku mengangguk dan pergi ke arah kasir, memberikan gold card ku padanya untukk melakukan transaksi pembayaran berlian itu dengan harga 75,089 usd.

Setelah mendapat semua yang aku butuhkan, akhirnya bisa segera pulang menemui kedua orang yang sangat aku cintai dan sangat aku rindukan.

"Im coming, Dad, Mom," ucapku dengan riang membayangkan bagaimana ekspresi mereka yang melihatku datang.

Taxi itu terus melaju dengan sangat cepat sampai akhirnya memasuki halaman rumah yang begitu luas setelah mendapatkan pemeriksaan dari kemanan di depan gerbang yang tidak percaya jika aku anak dari keluarga Leandro. Aku masih memaklumi itu karena penjaga itu terlihat baru yang tentunya tidak tahu bagaimana rupa Ku.

"Paman, terima kasih sudah mengantarku. Ini bayarannya," ucapku ramah dengan menyerahkan lima lembar uang kertas padanya.

"Nona, tunggu! Ini sangat banyak dan aku tidak memiliki kembaliannya," serunya dengan raut wajah yang khawatir.

"Ambillah, anggap saja itu tips dariku karena paman sudah sabar menunggu Ku tadi," ujarku tersenyum dan melangkah masuk dengan menyeret koperku dan membawa dua paper bag di tangan lainnya.

Pintu rumahku tidak pernah tertutup karena Mommy sangat menyukai udara luar masuk ke dalam rumah yang menurutnya sangat segar, terkecuali jika sedang musim dingin dan salju. Terlihat semua pelayan sedang sibuk di dalam sana dan tak ada yang sadar dengan kedatangaku, aku putuskan untuk terus berjalan ke lantai atas yang dimana kamarku berada.

"Hufh, pergi kemana mereka? Astaga, ternyata kamar ini masih sama seperti dahulu," ucapku menatap seluruh kamar yanyg sudah aku tinggal selama lima tahun lamanya.

Kaki ku melangkah mendekati semua tumpukkan buku yang berjejer rapi di lemari yang dulu terlihat besar dari tubuhku namun berbeda dengan sekarang. Foto masa sekolahku masih terpajang di dinding dan di atas meja. Perlahan ku buka kamar mandi terlihat masih sama, terdapat bebek karet yang masih utuh dengan keadaan yang masih bagus tetap berada di atas bath up ku.

"Ahh, rasanya aku sangat merindukan kenangan dulu. Lebih baik aku mandi saja," ucapku seraya menanggalkan seluruh pakaianku.

Ku kunci pintu kamar mandi dan membuat busa yang sangat banyak untuk berendam. Bermain lagi dengan bebek karetku seperti gadis berusia sepuluh tahun.

"Aku merindukan saat-saat ini," ucapku sembari terus meniup busa yang putih seperti salju itu.

TOK,,, TOK,,, TOK,,,

Terdengar suara gedoran pintu dari luar, aku sangat kesal karena telah mengganggu aktivitas berendamku. Terdengar lagi suara ketukan pintu itu dan terdengar pula suara seorang wanita yang sangat ku kenal.

"Zoelie!!" teriak Evany dari luar.

"Mommy, dia sudah datang?" tanyaku pada diri sendiri dan beranjak keluar dari bath up lalu membersihkan tubuhku di bawah guyuyran shower.

Aku keluar dengan memakai baju yang sengaja aku bawa sebelum mandi, terlihat wanita cantik sedang melihat barang bawaanku dengan posisi yang membelakangiku.

"Mom," panggilku seraya berjalan mendekatinya.

Evany membalikkan tubuhnya terlihat senyuman manis di wajahnya lalu segera memeluk tubuh sang putri kesayangan. Menciumi seluruh wajah Zoe dan terus memandangnya dengan lekat.

"Oh, Darling are you fine?" tanya Evany.

"Yes, mom. Im fine," balasku kembali memeluknya dengan erat.

"I miss, miss you so much. Kau membuatku seperti tidak mempunyai seorang putri, pergi meninggalkan aku selama lima tahun lamanya dan tidak pernah kembali," ucap Evany dengan nada sedih.

"Im sorry, Mom. Kau tahu bukan seperti apa diriku, aku akan pergi namun kembali dengan segala yang aku inginkan. Dan sekarang, kau bisa lihat aku kembali dengan membawa segala prestasiku," balasku tersenyum.

"EVANY,,!!!" teriak suara bariton dari luar kamar.

Ya, itu suara Daddy ku. Kebiasaannya masih tetap sama sejak dulu, selalu berteriak jika memanggil seseorang dan tidak bisa dia temukan. Aku dan Mommy tersenyum mendengar suara Daddy yang semakin mendekat.

"Leandro masih belum tahu jika kau kembali," ucap Evany.

"Benarkah, apa aku harus bersembunyi dahulu?" tanyaku antusias pada Mommy.

"No,tetap di belakangku! Daddy mu pasti akan sangat senang jika langsung melihatmu," jawab Evany.

TAK,, TAK,, TAK,,

Terdengar langkah kaki itu semakin dekat dan akhirnya Leandro masuk ke dalam kamar Zoe, melihat istrinya Evany yang memandangnya dengan tersenyum.

"Sedang apa kau berada di kamar Lie?" tanya Leandro.

Lie adalah panggilan sayang Leandro pada putri kesayangannya, yaitu Zoelie Leandro.

Leandro masih belum menyadari jika putrinya berada di belakang sang istri, Evany masih terus diam dengan hanya tersenyum. Leandro melihat rambut panjang pirang yang tertiup angin dari luar pun, memicingkan matanya.

"Siapa yang kau sembunyikan di belakangmu, Evany?" tanya Leandro.

Aku yang mendengar itu pun memiringkan tubuhku agar bisa terlihat olehnya, matanya melebar sempurna saat melihatku dan itu membuatku tertawa kecil.

"Oh, Zoelie!" teriaknya berjalan dan langsung memelukku.

Bahkan tubuhku melayang karena Daddy mengangkat tubuhku dan memutarnya, tawaku lepas begitu saja melihat Daddy yang begitu senang melihatku.

"Please stop! Aku merasa pusing," rengekku sembari memeluk erat leher Daddy.

"My Darling, i love you!" seru Daddy dengan suara yang serak.

Ku lihat Mommy yang tersenyum namun menitikkan air matanya, aku tahu jika sekarang Daddy juga sedang menangis. Aku mencoba turun dan melepaskan pelukanku dan melihat wajah Daddy yang sangat aku rindukan.

"Stop dont cry! I miss you, Dad." Aku mengusap air mata yang keluar dari matanya, mencium kedua pipinya bergantian.

"Ah, kau membuatku menjadi lelaki lemah!" serunya menghapus air matanya.

"Ah, ya aku membawakan kalian sesuatu. Tunggu sebentar!" pintaku seraya mengambil dua paper bag.

Aku memberikannya pada kedua orang tuaku, terlihat mereka begitu terkejut dengan apa yang mereka dapatkan dariku. Daddy langsung memakai jam itu dan tersenyum senang menatapku.

"Aku akan memakainya setiap waktu," ucap Daddy dengan menunjukkan jam yang berada di tangannya.

"Lihatlah, Dad! Aku mendapatkan black diamond yang baru saja ingin aku beli," ujarnya senang sembari memamerkan pada Daddy.

"Terima kasih sayang, i love you darling!" seru Daddy dan Mommy bersamaan seraya memelukku bersamaan.

"You'r welcome, mom, dad," balasku.

Hari itu menjadi pagi yang membahagiakan bagi Leandro dan Evany karena sang putri telah kembali dan bersama dengan mereka kembali.

avataravatar
Next chapter