webnovel

03

London

Di rumah pak Adam,

Di kamar Titah..

"Nduk, ini ibu", kata bu Rusmini.

"Inggih bu"

(Iya bu), sambung Titah.

"Ibu mlebet dhateng lebet kamar panjenengan nggih"

(Ibu masuk ke dalam kamarmu ya), kata bu Rusmini lagi.

"Inggih bu"

(Iya bu), sambung Titah lagi.

"Nak, ini ada makanan kesukaanmu di dalam dus, ibu belinya banyak untuk persediaanmu di sana, satu lagi jangan sampai kamu telat makan ya, ingat lambungmu", kata bu Rusmini lagi.

"Iya bu, oh ya bu, nanti sampai di rumah bapak, Titah kabarin ibu ya", sambung Titah lagi.

"Iya nak, kamu sudah siap belum untuk ke bandara, kalau sudah hayuk, ayahmu sudah menunggu di depan ?", tanya bu Rusmini.

"Sudah bu, yuk", jawab Titah.

"Sep, tolong ya", pinta bu Rusmini.

"Muhun, laksanakan bu"

(Iya, laksanakan bu), Asep melaksanakan perintah dari bu Rusmini.

Di depan rumah pak Adam..

"Ibu duluan saja masuk ke dalam mobil, Titah ingin berbicara dengan Asep dan Asih", kata Titah.

"Iya nak, ibu ke mobil duluan kalau begitu", sambung Rusmini.

"Asep, Asih", kata Titah lagi.

"Muhun mbak"

(Iya mbak), sambung Asep.

"Inggih mbak Titah"

(Iya mbak Titah), sambung Asih juga.

"Saya Titip ibu dan juga bapak ya, selama saya di Indonesia tolong kalian jaga mereka ya", kata Titah lagi.

"Iya mbak", sambung Asih dan Asep bersamaan.

"Ya sudah bi Asih tutup dan kunci pintunya ya, kita ke bandara sekarang", kata Titah lagi.

"Inggih mbak Titah"

(Iya mbak Titah), sambung Asih lagi.

Jakarta

Di rumah pak Nano,

Di teras depan rumah..

"Hari ini Titah berangkat dari London ke Jakarta, berarti sampainya besok, kira-kira saya jemput jam berapa ya besok, whatsapp Titah saja lah", kata pak Nano.

"Mas, kang mas kenapa ?", tanya bu Ajeng.

"Saya memikirkan Titah, diajeng, Titah mau di jemput jam berapa biar besok jemput dia ke bandara lebih awal gitu", jawab pak Nano.

"Oh gitu, ya sudah kang mas whatsapp saja", kata bu Ajeng.

"Ini baru mau saya whatsapp diajeng", sambung pak Nano.

**

Percakapan pak Nano dan Titah lewat whatsapp.

"Assalamu'alaikum nduk", pak Nano memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam pak", Titah menjawab salam dari pak Nano.

"Nduk, bapak mau tanya kamu mau di jemput jam berapa ?", tanya pak Nano.

"Besok pesawat sampai bandara jam sembilan pagi pak", jawab Titah.

"Oh gitu ya sudah, kalau begitu besok bapak sudah ada di bandara sebelum pesawat mu sampai bandara ya", kata pak Nano.

"Iya pak", sambung Titah.

"Assalamu'alaikum nduk", pak Nano memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam pak", Titah menjawab salam dari pak Nano.

**

Masih di depan rumah pak Nano..

"Bagaimana kang mas, apa kata Titah ?", tanya bu Ajeng.

"Kata Titah, jam sembilan pesawatnya sampai bandara diajeng", jawab pak Nano.

"Oh, lalu kita jemput Titah ke bandara jam berapa kang mas ?", tanya bu Ajeng lagi.

"Kita berangkat dari rumah jam tujuh pagi saja, takut macet besok diajeng", jawab pak Nano lagi.

"Inggih kang mas"

(Iya kang mas), kata bu Ajeng.

"Oh ya diajeng, Renaldy kapan pulang ?", tanya pak Nano.

"Mungkin sebentar lagi kang mas, nah itu suara klakson mobilnya kang mas", jawab bu Ajeng.

"Tumben di depan rumah, assalamu'alaikum", kata Renaldy.

"Wa'alaikumussalam", pak Nano dan bu Ajeng menjawab salam dari Renaldy.

"Baru pulang nak ?", tanya bu Ajeng lagi.

"Iya mah, tumben di depan rumah, ada apa nih, pasti membicarakan sesuatu ya ?", tanya Renaldy juga.

"Iya membicarakan sesuatu dengan mama, tapi sudah selesai", jawab pak Nano lagi.

"Jadi seperti ini loh Renal, adikmu, Titah mau pulang hari ini ke Indonesia, besok bapak dan mama jemput ke bandara, kamu ikut atau tidak ?", tanya bu Ajeng lagi.

"Ya ikut lah mah, masa adikku pulang saya gak ikut jemput, jam berapa jemput ke bandaranya mah ?", tanya Renaldy lagi.

"Besok dari rumah jam tujuh pagi ya, bapakmu bilang takut macet", jawab bu Ajeng.

"Oh, oke..!!", seru Renaldy.

"Permisi bapak, ibu, ini minuman dan cemilannya", kata Darmi.

"Iya mi", sambung pak Nano dan bu Ajeng.

"Saya kopi susu ya bi Darmi", pinta Renaldy.

"Iya, nanti saya buatkan dulu ya den, permisi", sambung Darmi.

"Iya bi, loh mama ngapain ?", tanya Renaldy.

"Mama lagi siapin makan siang buat besok, dan ini yang paling penting, yaitu masakan kesukaan Titah, adikmu, mama catat, biar besok Darmi yang beli sekalian ke pasar", jawab bu Ajeng.

"Oh gitu", kata Renaldy.

"Iya", sambung bu Ajeng.

Di rumah Kamil,

Di ruang tv..

"Loh mil mau kemana ?", tanya Fitroh.

"Mau menjemput anak-anak, a", jawab Kamil.

"Menjemput anak-anak, kemana, ke rumah ibunya ?", tanya Fitroh lagi.

"Iya a", jawab Kamil lagi.

"Tidak perlu, tidak usah mang, sudah di antar bi Gia kok", kata Raditya.

"Nah benar itu mil, sudah kamu di rumah saja tidak perlu kamu ke sukabumi, ke rumahnya Gia, anak-anak sekarang ada di kamarnya", kata istri Fitroh.

"Oh iya teh, a, Kamil ke kamar anak-anak saja kalau begitu", sambung Kamil.

"Kata mang Fitroh, mang Kamil masih menunggu cinta Pertamanya yaitu tante Titah, saya harus mencari tau tante itu siapa dan tinggal dimana, dan aku juga harus membantu mang Kamil mendapatkan cinta pertamanya kembali, tapi saya tidak bisa menjalankan rencana saya sendiri, saya harus minta bantuan dari Rasya dan juga Zahwa, kira-kira mereka mau tidak ya ?", tanya Raditya dalam hati.

"Dit, anjeun kunaon ?"

(Dit, kamu kenapa ?), tanya Fitroh.

"Teu mang, teu naon kok, Radit asup ke kamar baheula nya"

(Tidak mang, tidak apa kok, Radit masuk ke kamar dulu ya), jawab Raditya.

"Muhun, nya atos ditu, aya tugas nya ?"

(Iya, ya sudah sana, ada tugas ya), kata Fitroh.

"Henteu mang, aya misi, hehe.."

(Tidak mang, ada misi, hehe..), jawab Raditya.

"Misi naon ?"

(Misi apa ?), tanya Fitroh lagi.

"Ih kepo, yang jelas mah ada deh hehe..", jawab Raditya lagi.

Di kamar Raditya..

"Bagaimana cara ngomongnya dengan Rasya dan Zahwa ya, kirim whatsapp saja lah", kata Raditya.

Di kamar Rasya..

"Emm siapa sih yang chat, lagi enak-enak tidur juga", kata Rasya.

Di kamar Zahwa..

"Papa kenapa ya seperti tidak bersemangat gitu, apa papa sedang memikirkan sesuatu ya, ada chat masuk, dari aa Raditya, nanti saja deh balesnya, papa dulu saja", kata Zahwa di dalam hati.

"Pah..", kata Zahwa lagi.

"Muhun Zahwa"

(Iya Zahwa), sambung Kamil.

"Papa kunaon da ?"

(Papa kenapa sih ?), tanya Zahwa.

"Papa tidak kenapa-kenapa, kamu sudah sholat dzuhur belum ?", tanya Kamil juga.

"Saya sudah dengan Rasya tadi pah, benar papa tidak kenapa-kenapa ?", tanya Zahwa lagi.

"Iya Zahwa, ya sudah papa ke kamar saja, istirahat, tadinya papa mau jemput kamu sekalian ngajak jalan-jalan, eh taunya kamu sudah di antar mama pulang, Rasya bangunin ya suruh mandi habis itu ashar berjama'ah", jawab Kamil.

"Muhun pah"

(Iya pah), kata Zahwa lagi.

"Ulah poho nya Zahwa bangunin Rasya"

(Jangan lupa ya Zahwa bangunin Rasya), sambung Kamil lagi.

"Muhun pah"

(Iya pah..), kata Zahwa lagi.

Di kamar Raditya lagi..

"Kok belum di bales juga ya sama Rasya dan Zahwa, coba lagi deh", kata Raditya yang menunggu balasan chat whatsapp dari Rasya dan Zahwa.