5 Dua Jam dengannya

"lagi mas, makin nampak jurang pemisah antara kita, mas Ferdian makin melesat jauh tinggi dengan karirnya, sedangkan aku masih tetap seperti ini, tidak berubah, aku makin tidak mampu mengimbangimu mas." Indira mengungkapkan unek-unek yang ada di hatinya.

"Jangan bersedih sayang, kamu bicara apa? tidak ada jurang pemisah, kamu dan aku sama, semua tidak akan berharga jika itu membuatmu sedih. Hanya dirimu yang berharga dalam hidupku Ra, please ... jangan menangis. Kalau kamu tidak setuju, aku bisa merobek surat ini sekarang, jadi aku tak perlu pergi kemana-mana" kertas yang tadi dalam genggaman Indira dengan cepat sudah ditarik oleh Ferdian dan hendak menyobeknya.

Indira langsung memegang kertas itu.

Sekarang kertas itu dipegang oleh dua tangan mereka.

"Tidak! bagaimana mungkin aku seegois ini? mana mungkin aku sampai hati membiarkan kebahagiaan mas Ferdian dalam berkarir itu dipupusnya malam ini. Aku bukan gadis sejahat itu. Aku harus support dia dalam segala hal. Aku tidak boleh lemah begini" Bisik Indira dalam hatinya sedang berdebat.

"Jangan mas, bagaimana keluargamu? pasti mereka bahagia sekali kan? terus tiba-tiba harus batal gara-gara aku? bagaimana penilaian mereka kepadaku? ini kesempatan emasmu, pasti tidak semua pegawai ditunjuk kesana kan mas?" Selidik Indira sambil memegang kertas itu. Ferdian menggeleng

"Orang tua dan kakakku belum tahu Ra, kamu satu-satunya yang aku beri tahu pertama kali, aku mau respon darimu dulu, yang berangkat kesana hanya tiga orang saja, semua beda bagian Ra" Jawab Ferdian juga tak mau melepas kertas itu.

Sambil berderai air mata Indira mengutarakan ungkapan hatinya. Ia merasa terharu karena dirinyalah yang diberi tahu lebih dulu dari keluarganya, andai keluarganya tahu dulu, pasti Indira tak akan bisa merubah apa-apa, tapi semua kini di tangannya, pemuda di hadapannya ini akan berangkat atau tidak, itu tergantung keputusannya.

"Mas ambil saja, maafkan aku, tadi berekspresi spontan, setelah aku fikir, mas Ferdian harus mencoba mengambilnya. Aku sangat senang dengan prestasi kamu mas, kita akan belajar untuk LDR-an. Aku percaya padamu mas, nanti aku akan segera daftar kuliah. Aku akan menambah kesibukan sehingga waktu akan cepat berlalu, tiga bulan bukan waktu yang lama mas. Tenang saja aku akan baik-baik saja." Percaya diri yang ia sampaikan kepada kekasihnya itu membuat Ferdian tersenyum haru, lalu memeluk gadis itu. Padahal yang sebenarnya ia rasakan adalah perih.

"Aku sungguh terharu dengan sikapmu, kamu luar biasa Ra. percayalah kepadaku, aku akan sebaik-baiknya menjaga hubungan kita selama disana" Ferdian mengecup kepala Indira dengan penuh cinta. Meskipun tangisan gadis itu meleleh dan tak dapat dihindarkan.

Ferdian menyimpan secarik kertas itu lagi dalam tasnya lalu menghadap gadisnya itu, ia seka air mata Indira lalu menatapnya penuh arti. Dua jam pertama telah berlalu, kesenangan di pasar malam minggu tadi mendadak memudar, keduanya tak memungkiri sedikit dilanda pilu, mereka akan menghadapi hubungan jarak jauh yang pasti akan sukar untuk dijalani.

"Aku hanya mencintaimu Ra, kamu tahu sekian tahun aku hanya untuk dirimu, keadaan yang akan kita alami ini adalah murni dari pekerjaan. Aku yakin tak akan mengubah cinta kita. Kamu juga ya? doakan aku ya sayang" Pinta Ferdian sembari mendekatkan wajahnya ke arah Indira untuk lebih meyakinkan sambil menggenggam erat kedua tangan gadis cantik itu dengan kedua tangannya. Indira masih menangis dan memejamkan mata berusaha menghentikan derai air mata itu.

"Aku sangat percaya padamu mas, hanya saja, aku .. pasti akan sangat sangat merindukanmu" Ratapan Indira begitu menyentuh hati Ferdian, menyebabkan ia gundah hati, dengan perlahan ia mencoba mengecup bibir mungil gadis itu dengan niat untuk menenangkannya, ditatapnya mata gadis yang dicintainya itu lekat-lekat, lagi ia mencoba mencium bibir itu untuk yang kedua kalinya, masih dalam suasana sunyi di dalam bianglala malam. Dia cium Indira dengan penuh kasih sayang dan lebih lama dari yang pertama tadi, indira yang hanya memejamkan mata itu turut merasakan hangatnya kasih sayang Ferdian untuk dirinya, Indira segera mendekatkan tubuhnya dan memeluk erat Lelaki itu. Mereka berciuman seakan tidak akan bertemu lagi. Moment kebersamaan indah ini tak akan mereka lewatkan sedetikpun untuk berbagi kasih. mereka berdua melepaskan hasrat kebersamaan yang sebentar lagi akan hilang.

Tubuh Indira yang bersentuhan dengan tubuh Ferdian terasa menghangat diikuti desiran aliran darah, ciuman mereka terasa semakin memanas diiringi lumatan dan pagutan sambil bermain lidah. Keeratan pelukan itu membuat keduanya saling merasakan degupan jantung dan desahan nafas masing-masing yang kian memburu. Mereka terhanyut dalam peraduan kasih asmara yang syahdu. Indira tidak berdaya dengan sikap Kekasihnya itu yang semakin mesra memanjakan tubuhnya. Angin malam yang menyapu dingin kulit mereka menambah indah suasana percintaan itu.

Setelah batas waktu yang ditentukan, bianglala berputar itu habis dan terhenti. Ruang keranjang itu turun dan masing-masing penumpang keluar dari dalam dan berganti penumpang selanjutnya yang sudah mengantri.

Ferdian dan Indira segera keluar disusul oleh Angga da Aliyah. Mereka memutuskan untuk tetap berjalan-jalan dan berputar mengitari para pedagang yang sudah membuka lapak di stand-stand mereka.

"Indira, kau mau Takoyaki Seafood? aku belikan, kamu tunggu disini ya?" Ferdian menawarkan makanan kesukaan Indira itu.

Indira mengangguk sebagai tanda mau.

"Aku mau beli es jeruk dulu ya Ra," pamit Aliyah juga. Sehingga disitu berdiri mematung dua insan, Indira dan Angga.

"Beruntung sekali Ferdian jadi pacarmu Ra, kamu sangat setia, cantik dan baik" Ucap Angga memecah keheningan.

"Ah enggak juga mas Angga, aku yang lebih beruntung, aku gadis yang tak punya apa-apa, mas Ferdian memberi aku segalanya, dia setia juga menyayangi aku, aku lebih beruntung memiliki dia mas"

"Andaikan waktu itu kamu memilihku, aku pun pasti akan melakukan hal yang sama seperti dia, aku pun lelaki setia Ra"

Indira sambil tertawa kecil "cewekmu gimana kabarnya mas?"

"Aku jomblo sekarang, cewek cantik itu banyak, tapi yang punya kesetiaan sangat jarang, aku dua kali kena prank cewek cantik. kalau enggak selingkuh ya meninggalkan aku dengan alasan lain, kamu berbeda dengan cewek lain Ra, kamu cantik juga setia, banyak yang menginginkan itu."

"ehm ... Aliyah cantik, dia juga setia mas, dia baru putus juga karena cowoknya itu mengaku sudah tidak cinta lagi, aku rasa kalian banyak kesamaan" Ungkap Indira sambil mengangguk-anggukan kepala

"ah ya ya ya, humm oke .. aku kesana dulu ya" Angga manggut-manggut dan tertawa-tawa sambil pamit meninggalkan Indira.

Takoyaki dan minuman es jeruk itu telah datang, berempat sekawan ini segera duduk dengan alas rumput lapangan yang luas, mereka menikmati cemilan dan minuman yang telah di beli, sambil mengobrol hangat, menikmati keramaian pasar malam yang dipenuhi warna warni lampu.

******

Pagi yang sangat indah bagi seluruh insan di muka bumi ini ketika menatap langit dipenuhi dengan cerahnya awan dengan dihiasi pelangi, sebagai tanda sisa semesta alam diguyur hujan. Keindahan warna pelangi yang memancar menembus jendela kaca kamar Indira sedikitpun tak mengubah ekspresi wajah cantiknya yang tampak murung. Merah jingga kuning dan semua warna pelangi tak mampu mewarnai hatinya yang dirundung duka karena merasakan kegalauan yang seakan nyata.

"Ah ... belum lagi mas Ferdian meninggalkan Indonesia, kenapa aku sudah sesedih ini?" Indira duduk di ranjang empuk dengan balutan kain halus dengan corak bunga matahari mekar merekah, ia menatap jendela kacanya sambil menyeka buliran bening nan halus yang melewati pipinya. Apa-apaan ini? dia belum pergi tapi aku sudah kehilangan. makin deras air matanya. Indira, segera menguatkan hatinya agar segera bergerak untuk bersiap menyongsong harinya.

avataravatar
Next chapter