19 Tanpa Ibu

Semua keluarga telah berkumpul untuk pemakaman Ibu tercinta Nadia, Bu Aliya. Nadia masih merasa syok kehilangan ibunya. dia tak menyangka ibunya akan pergi secepat ini. Meninggalkannya seorang diri tanpa melihat dulu cucu pertamanya lahir.

"Sayang, kamu yang kuat ya! Jangan sedih terus, kasihan anak kita didalam perut sayang." ucap Radit sambil mendampingi istrinya di pemakaman mertuanya.

Prosesi pemakaman telah selesai dilaksanakan semua pelayat telah kembali ke rumah masing-masing tinggal Dira dan kekasihnya Dimas dan orangtua Radit.

"Nad, gue balik dulu ya. Loe harus kuat. Ok!" ucap Dira sambil memeluk erat sahabatnya itu.

Akhirnya semua rombongan telah kembali ke rumah, begitupun Radit dan Nadia. Nadia hanya diam sepanjang prosesi pemakaman. Tak ada suara, hanya tatapan kosong yang diperlihatkannya pada orang orang. Tak ada senyum yang biasa menghiasi bibirnya. Ibu tercintanya telah meninggalkannya kini.

setelah satu jam perjalanan akhirnya Radit dan Nadia telah sampai di rumah mereka. tak ada sepatah katapun terucap dari bibir Nadia sepanjang perjalanan. Radit tahu istrinya itu merasa kehilangan.

Nadia segera berlalu menuju kamarnya. diam dan diam hanya itu yang ditunjukkan Nadia. Radit pun segera menyusul Istrinya ke kamar mereka.

"Sayang...!" Radit memanggil istrinya, tapi tak ada jawaban. Radit menghampiri istrinya di ranjang, dielusnya rambut istrinya itu dengan lembut.

"Sayang, aku kamu merasa kehilangan ibu, tapi kamu jangan gini terus. kasihan ibu sayang, ibu sudah tenang disana. Kalau kamu mau nangis, menangislah sayang, setidaknya itu akan ngurangin beban kamu!"

Nadia beranjak bangun dan segera duduk menatap Radit. Radit melihat wajah sendu istrinya dan mengelus lembut pipi istrinya.

"Kamu nggak sendirian sayang, ada aku, ada anak kita, ada papa sama mama, ada Dira. mereka sayang kamu sayang, kamu jangan ngerasa sendirian lagi."

Nadia memeluk suaminya, dikeluarkannya tangis yang dipendamnya karena kehilangan Ibu tercintanya itu.

"Yang sabar ya sayang, ini cobaan buat kita.!"

ucap Radit sambil mengelus punggung istrinya.

****

Hari ini tepat 7 hari kepergian ibu. Radit dan Nadia menggelar acara pengajian di rumah mereka. tampak tetangga sekitar dan sahabat Radit dan Nadia datang ke rumah untuk ikut mendoakan ibu Nadia. acara itu berlangsung cukup khidmat dan berjalan dengan lancar. setelah acara selesai para tamu undangan pun akhirnya pamit undur diri.

"Nad, papa sama mama pulang dulu ya. Kamu baik baik ya dirumah, jangan banyak pikiran.!"

"Iya ma,makasih udah Dateng!" jawabnya sambil memeluk ibu mertuanya itu.

"Dit, Nadia dijaga yang bener!"

"Iya, ma!"

"Ya udah mama sama papa pulang dulu!"

"Nad, gue Ama Dimas balik dulu ya! Mas Radit aku balik dulu!"

"Iya, makasih udah Dateng!"

Setelah semua tamu undur diri dan rumah kembali sepi, akhirnya Nadia dan Radit beranjak menuju kamar mereka untuk beristirahat.

"Sayang, kamu duluan ya. aku mau buatin kamu susu dulu!"

"Iya mas, makasih!"

"Sama sama sayang!"

Radit menuju dapur untuk membuatkan istrinya susu. sementara Nadia menuju tangga untuk ke kamarnya.

prang... tiba tiba terdengar suara pecahan barang. sontak Radit menghentikan kegiatannya dan menuju ke lantai atas guna melihat apa yang terjadi. Radit terkesiap melihat istrinya tengah merintih kesakitan sambil memegang perutnya.

"Sayang, kamu kenapa?"

"Sakit, Mas...!"

"ayo ke rumah sakit sayang, kamu harus dirawat!"

Radit membantu istri tercintanya berdiri, dia semakin terkejut saat melihat ada darah mengalir dari bawah rok istrinya...

"Sayang, kamu pendarahan?"

"Mas.....sa.....!" belum selesai Nadia melanjutkan katanya dia sudah jatuh pingsan di pelukan Radit. Radit bergegas menyuruh sopirnya untuk membawanya ke rumah sakit.

****

maaf ya slow update soalnya mau tamatin cerita ini dan bikin sad ending soalnya mau ada sekuelnya...

jangan lupa dukungannya ya kawan kawan...

avataravatar
Next chapter