5 Selalu Berusaha

"Nad, kamu inget kan kesepakatan kita?" tanya Radit saat makan malam

"Aku masih inget kok Mas!" jawab Nadia

"Bagus jadi aku berharap kamu jangan sampai cinta sama aku. Walaupun kamu baikin q tetep nggak ada pengaruhnya buat aku. Ngerti kamu." ucap Radit dengan agak keras. Nadia yang mendengarnya sedikit takut dan merasa sedih.

"Iya Mas aku ngerti. Mas nggak usah khawatir. Aku nggak akan punya perasaan sama Mas."

"Oke. Bagus kalau begitu!"

Radit tetap menjadi Radit yang dingin untuk Nadia walaupun Nadia telah berusaha sekuat tenaga untuk membuat Radit melunak.

Tanpa terasa pernikahan mereka telah menginjak usia 2 bulan. Radit sama sekali tak pernah menyentuh istrinya. Sedangkan Nadia berusaha menghindari Radit dengan selalu pulang malam dari kantornya agar tak bertemu dengan Radit. Nadia takut jika dia sering bertemu dengan Radit, perlahan rasa cintanya akan tumbuh.

Suatu malam saat dia pulang....

"Moga aja mas Radit udah tidur." gumam Nadia ketika Sampai rumah. Namun saat dia melewati kamar Radit tanpa sengaja dia mendengar Radit mengigau. Nadia yang penasaran segera masuk kamar Radit untuk melihat kondisinya.

"Mas, aku nggak apa apa kan masuk?"

Tak ada jawaban dari Radit. Dia hanya mengigau tak jelas. Nadia segera mengecek kondisi Radit. saat dia memegang kening Radit dia terkejut karena badan Radit sedang demam.

"Ya Allah Mas, badan kamu panas banget.!" segera dia turun ke bawah dan mengambil handuk dan air untuk mengompres Radit.

"Maafin aku Mas nggak becus jadi istri. seharusnya aku pulang dari tadi biar bisa rawat Mas."

Nadia terus merutuki dirinya sendiri. Dia merasa bersalah pada Radit karena suaminya itu sakit sekarang. Nadia merawat Radit semalaman dan sampai tertidur di samping ranjang dengan alas tangan sebagai bantalnya.

Radit yang sudah mulai membaik terbangun dan terkejut saat mengetahui Nadia tertidur di samping ranjangnya. Dia melihat Nadia yang begitu tulus merawatnya. Setitik rasa cinta mulai tumbuh di hati Radit. Saat akan menyentuh pipi tirus Nadia, tiba2 Nadia terbangun dan membuat Radit pura pura tidur kembali. Nadia mengambil handuk dan memegang kening Radit.

"Demamnya udah turun. Alhamdulillah. Eh gue telpon Dira dulu deh ijin nggak masuk biar bisa fokus ngerawat Mas Radit!"

📞" Halo Ra!"

"Iya Nad ada apa?Tumben pagi gini nelpon gue?" tanya Dira

"Gue ijin nggak masuk hari ini. Suami gue sakit!"

"Oke. tenang aja prend!"

"Thank you Ra. Loe emang sahabat terbaik gue!"

Nadia meninggalkan Radit di kamar dan bergegas ke dapur untuk membuatkan bubur dan teh hangat untuk Radit. Setelah berkutat agak lama di dapur akhirnya sudah siap bubur dan teh hangatnya. Nadia segera membawanya ke kamar Radit agar Radot bisa segera sarapan.

"Mas, kok udah bangun?" tanya Nadia begitu melihat Radit sudah bangun dari tidur.

"Udah dari tadi!" jawab Radit singkat.

"Ini Mas aku buatin kamu bubur dan teh anget biar badan kamu bisa enakan."

"Iya makasih. Kamu nggak kerja?" tanya Radit lagi pura pura tak mengetahui

"Nggak mas, gimana bisa kerja kalau mas sakit kayak gini. Lagian Dira bisa handle kok soalnya eventnya cuma dikit." jawab Nadia dengan panjang lebar.

"Ya udah. Sini buburnya biar aku makan sendiri.!"

"Nggak usah aku suapin aja!"

Nadia menyuapi Radit dengan sabar. Radit yang melihat ketulusan Nadia yang merawatnya merasa bersalah. Tak seharusnya dia bersikap dingin pada istrinya itu. Tapi tekadnya untuk menemukan penolongnya masih sangat kuat. Dia berharap semoga bisa menemukannya.

"Mas, ngelamunin apa?" tanya Nadia yang bingung melihat Radit termenung.

"Nggak apa-apa.!" bantah Radit.

"Aku tahu Mas kamu nggak pernah nganggep aku sebagai istri kamu. Tapi aku akan selalu berusaha agar kamu bisa Nerima aku sebagai istri kamu Mas.!"

Radit terkejut akan ucapan Nadia. Dia tak menyangka Nadia bisa berbicara seperti itu. Dalam hati Radit menyesal melakukan hal yang menyakiti hati Nadia. Dia berharap bisa membuka hatinya untuk Nadia. Tapi Pencariannya yang tak juga membuahkan hasil membuatnya harus bersikap seperti itu pada Nadia. Dia tak mau Nadia tersakiti karena cintanya tak terbalas.

avataravatar
Next chapter