17 Kesepian

Hari ini seperti biasa Radit mengantarkan istrinya ke kantor EOnya dan akan menjemputnya sore nanti.

"Ingat ya Sayang, kamu jangan capek capek ya.!" pesannya pada istrinya itu sebelum ia beranjak pergi.

"iya iya Mas. aku ngerti kog, aku bakalan jaga diri. Mas tenang aja."

"Ya udah, Mas pergi dulu ya.!"

"Iya Mas!" jawab Nadia sambil mencium punggung tangannya. Radit membalas dengan mencium puncak kepala istri tercintanya itu.

Radit pun berlalu meninggalkan istrinya, dan setelah mobilnya hilang dibalik gerbang akhirnya dia segera masuk ke ruangannya.

"Pagi semua." sapanya pada karyawan karyawannya.

"Pagi Bu."

Nadia segera melesat pergi ke ruangannya dan mulai mengerjakan proyek EOnya yang akan dilaksanakan seminggu ke depan.

"Ternyata lumayan juga. Fiuh...!" ucapnya sambil mulai membuka berkas berkas mengenai acara yang akan diselenggarakan.

"Pagi, Bumil cantik?" Dira menyapa sahabatnya itu.

"Pagi juga, sahabat gue tersayang. maaf ya kemarin ngrepotin loe dan Dimas jadinya."

"Ah nggak apa apa kok Nad, gue nggak ngerasa direpotin kok Ama loe. karena nganterin loe gue jadi tahu kalau gue bakalan punya ponakan baru."

"oke beneran makasih."

"Nad, loe nggak mual atau muntah gitu?"

"Nggak tuh, emang kenapa?"

"Soalnya sodara sodara gue yang hamil nih waktu hamil muda pada morning sickness semua. kok loe nggak sih?"

"Ehm, emang gitu?"

"Ya Nad, beneran. makanya gue heran kok loe nggak mual atau muntah sih?"

"Ya bagus donk, anak gue ngerti kalau mamanya ini punya kesibukan!"

"Iya iya!"

"Gimana persiapan pernikahan loe Ra? udah beres?"

"Tinggal 35 persen lagi kok Nad, acaranya kan tinggal 2 bulan lagi."

"Gue nggak sabar nih pengen liat loe kawin biar bisa nyusul gue punya baby. entar kita besanan deh!"

"Hahaha, nikah aja belum udah bahas anak lagi."

"Iya juga ya, aneh deh gue!"

"Aura aura kehamilan bikin loe tambah cantik deh Nad!"

"Masa?"

"seriusan?"

"Iya beneran deh."

"Loe pasti ada maunya nih muji muji gue!"

"nggak kalo kali ini. gue beneran tulus tahu!"

"iya udah kalo gitu. udah ah kerjaan lagi banyak ini."

"Oke deh gue tinggal dulu ya. sampe ketemu nanti siang! jangan kecapekan Nad, entar kalo loe kenapa Napa gue yang dilabrak Ama Bang Radit. kalo sekiranya capek loe istirahat aja biar gue yang lanjutin." omel Dira pada Nadia.

"Iya, bawelll!"

Setelah Dira menghilang di balik pintu Nadia bergegas menyelesaikan pekerjaannya. saat Nadia sedang sibuk berkutat dengan pekerjaannya yang menunggu tiba tiba saja dering telpon membuatnya harus menghentikan pekerjaannya.

"Halo Mas, ada apa?"

"Sayang maafin aku, aku nggak bisa jemput kamu. hari ini ada kendala proyek di Surabaya, jadinya aku harus pergi ke sana siang ini juga."

"Oh gitu. ya nggak apa apa Mas. Mas pergi aja kan urusan penting."

"Beneran nggak apa apa, nanti kamu di rumah sendirian low."

"Nggak apa apa mas nanti aku bisa minta ibu biar bisa nemenin aku."

"Ya udah kalo gitu Sayang, lega aku dengernya."

"Emangnya mas pergi berapa hari?"

"paling lama ya seminggu sayang. tergantung juga kendalanya udah beres apa belum!"

"Ya udah Mas. Masnya ati ati ya disana?"

"Iya sayang...Love you!"

"Love you too..!"

Radit mengakhiri panggilannya. sementara Nadia merasa akan sangat kesepian karena seminggu ini akan ditinggal oleh suaminya itu ke luar kota. akhirnya dia menelpon ibunya untuk menemaninya selama suaminya itu pergi.

"Halo Bu!"

"Iya Nad, kenapa tumben telfon ibu?"

"Bu, nanti bisa temenin aku nggak di rumah? mas Radit keluar kota Bu seminggu, aku di rumah sendirian."

"Oh gitu ya nggak apa apa nanti ibuk ke rumah ya."

"Oke Bu!"

Nadia menghela napasnya pelan pelan. baru saja ditinggal pamit hatinya udah merasa kesepian. bagaimana kalau seminggu? pikirnya. tiba tiba saja semangatnya mengendor, tak semenggebu tadi pagi.

"Sabar ya sayang, hanya seminggu ditinggal papa kok." ucapnya sambil mengelus perutnya yang masih rata

avataravatar
Next chapter