1 Page I

        Dio anak tunggal dari keluarga ini, keluarga kecil yang selalu kekurangan, rumahnya hanya terbuat dari triplek dan kayu yang reot namun Dio tidak memperdulikan hal tersebut, Dio anak yang sangat ceria, Dio tidak memiliki ibu beliau meninggal saat melahirkan dio, kata ayah, saat ini Dio dan ayah sedang memperingati hari ulang tahun Ibu, dan setiap tahun Dio selalu merayakannya walau ibunya tidak bersama Dio dan ayahnya lagi.

          Malam itu hujan tak berhenti, mendengar suara angin yang amat besar membuat Dio ingin melihat langsung besarnya angin di luar rumah sontak membuat Dio langsung melihat jendela rumahnya.

        "Dio ada apa, apa kau terkejut karena suara angin itu?." ayah sambil melihat Dio yang tengah melihat keluar jendela.

         "Ayah, dio sangat ingin melihat keluar." lugas Dio.

         Karena semua permintaan Dio selalu dituruti ayah, Dio pun diajak berjalan-jalan di tengah hujan dan angin yang kencang ini, hujan yang sangat besar dan angin kencang membuat Dio tidak bisa mendengar sekelilingnya, namun Dio sangat bahagia saat ini karena ada ayah yang menemaninya.

        Hujan pun mulai reda, namun angin yang berhembus masih kencang bahkan sangat terdengar di telinga.

         "Dio,kamu kedinginan tidak?." tanya ayah

         "Tidak dio kuat tau yah!." Lugas Dio.

         "Iya, iya anak ayah memang kuat." ayahnya sambil tertawa mendengar ucapan Dio tadi

         "Ayah Dio haus." ucap Dio setelah beberapa menit melanjutkan perjalanan

         "Hah, katanya tadi kamu kuat." lugas ayahnya

        "Ah,ayah Dio mau cokelat hangat." Dio merengek pada ayahnya

        Ayah pun menyuruh Dio menunggu di tempat kami berdiri tadi, Dio pun menuruti apa kata ayahnya.

        Ayahnya pergi dan mencari penjual cokelat hangat, kemudian ayahnya pergi ke ujung jalan, kini Dio tidak bisa melihatnya lagi karena banyaknya kabut saat itu, lalu sesaat Dio terdiam, Dio mendengar teriakkan yang cukup keras, Dio sangat ingin melihat dari mana sumber teriakan itu yang sepertinya tidak jauh dari tempat dio berdiri, namun ayah menyuruh Dio untuk tetap menunggu di sini.

        Dio pun tidak bergeser sedikit pun dari tempatnya berdiri, dan nampaknya Dio merasakan kalau angin dan hujan makin besar.

          Beberapa saat kemudian mobil ambulans dan polisi berdatangan ketempat asal suara teriakan tadi.

          Karena lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat Dio berdiri, Dio jadi sangat ingin melihat apa yang terjadi sebenarnya.

            "Ayah maafin dio,dio mau liat sebentar.... doang." Dio berbisik sendiri.

             Dio pun pergi untuk melihatnya, banyak orang berkerumun di tempat tersebut, dan karena Dio anak kecil Dio tidak bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi.

            namun setelah beberapa saat Dio melihat seseorang yang telah berlumuran darah ditutup kain putih yang sedang dimasukkan ke dalam mobil ambulans.

          Dio sangat takut, Dio pun berlari dan kembali ke tempat Dio berdiri tadi, sambil menangis kecil.

             "Ayah, ayah kenapa lama sekali aku takut." gumam Dio, ingin segera pergi dari tempat itu.

            "Hai nak,ada apa kenapa kau menangis?."seorang wanita yang menggandeng seorang anak perempuan yang sepertinya seumuran dengan Dio, Dio sangat malu karena anaknya terus memandanginya, Dio pun langsung menghapus air mata yang mulai mengenai pipinya.

              "Tidak kok Tante aku tidak menangis,aku lagi nungguin ayah ku yang sedang beli coklat panas di ujung jalan sana." sontak Dio menjawab.

              "Oh,kalo begitu tante mau lanjut jalan ya." ucapnya wanita itu itu.

               sesaat setelah Tante itu pergi Dio merasa sepertinya tante itu orang yang baik, Dio bisa merasakan setiap ucapannya yang halus kepadanya tadi dan anaknya juga sangat manis seperti boneka.

avataravatar