webnovel

MASUK KE KAMAR GADIS ITU

Melihat sorot mata ibunya yang bagai harimau ingin menerkam mangsanya. "Katakan, apa sebenarnya maksudmu ini?"

"Aku menyukainya, aku menginginkan dia bukan sebagai Kakak ku, aku menginginkan dia sebagai seorang lelaki" teriak Sharon pada ibunya.

"Dia satu darah dengan mu darah dari Ayah yang sama Sharon" teriakan Martha membuat Sharon menitikkan air mata.

"Ma, lihatlah bahkan dia belum pernah menganggap aku sebagai seorang Adik bukankah ini tidak masalah jika aku menginginkan dia sebagai seorang pria"

Plakkk....

Sebuah tamparan mendarat di pipi Sharon, Martha menampar putri nya itu berharap agar dia sadar, kemudian meninggalkan kamar anaknya itu.

Sharon menutup wajahnya dengan kedua tangan, ia menangis dengan keras di kamar mewah itu.

Setiap hari setelah kedatangan Adeline ke rumah nya, Mr. Jeremi tampak sangat bahagia sekali karena akhirnya putranya akan membina rumah tangga.

Hal itu rupanya menyebar sangat cepat di media sosial, semua orang mulai berbondong-bondong mencari tahu siapa perempuan yang bisa menaklukan hati Smith jeremi.

Apalagi para perempuan yang sangat gencar mengejar lelaki dingin itu, dari mulai aktris sampai super model.

Namun mereka benar-benar kesulitan mencari nama gadis itu, karena Smith benar-benar tidak pernah terlacak dekat dengan wanita.

Pagi-pagi sekali Adeline bangun dari tidurnya, ia langsung mandi dan kemudian melilitkan handuk di kepalanya setelah keramas.

Ia kemudian berjalan dari kamar mandi kembali ke kamar nya, suara pintu terbuka membuatnya kaget. Bukan pelayanan yang masuk tapi Smith.

Ia sangat kaget sehingga teriakan nya keluar begitu saja dari mulutnya.

"Hei, aku kira kamu masih tidur jadi aku langsung masuk" ucap Smith, ia masih memakai piyama tidurnya.

"Meskipun aku masih tidur apakah kamu boleh masuk ke kamar ku seperti ini?" Adeline menyela.

"Aku hanya ingin memberikan mu kertas yang harus kamu pahami, tentang aturan yang harus kamu taati saat di luar rumah karena kamu akan menjadi bagian keluarga Jeremi"

Kemudian Smith berjalan mendekat ke arah Adeline, gadis itu merekatkan kimono mandi yang di kenakan nya. "Jangan mendekat, atau aku akan berteriak sekarang"

Smith melihat sesuatu yang lucu dari Adeline dan membuatnya sedikit tertarik, sehingga ia mendekat lebih dekat ke gadis itu. Senyum menyeringai tampak terlihat di wajah Smith, sementara kakinya terus melangkah.

Adeline terus mundur hingga dia terjatuh di atas ranjang, Smith mendekat kan wajahnya dengan tangan di samping tubuh Adeline, ia menatap wajah gadis di depannya yang memejamkan mata seraya melindungi dadanya dengan menyilang kan tangan.

"Aku hanya ingin memberikan kertas ini padamu, kenapa kamu begitu ketakutan?" lirih Smith dengan wajah yang dekat dengan gadis itu.

Adeline membuka matanya, namun yang ia dapati adalah wajah tampan calon suami kontrak nya itu.

Sofia dan dua pelayan pribadi untuk Adeline masuk ke kamar itu setelah mengetuk pintu dua kali, namun mereka terkejut melihat gadis itu dengan Tuan Muda.

Dua pelayan lain langsung minta maaf dan segera undur diri, mereka tidak tahu bahwa Tuan Muda nya ada di kamar itu. Sementara Sofia berdiri beberapa saat sebelum undur diri dan kembali menutup pintu.

Adeline tampak terkejut dan berusaha bangun dari posisinya, sementara Smith tidak bergeser sedikit pun dari tatapan nya yang dingin itu dan malah tertarik dengan sikap lucu Adeline yang tampak ketakutan dan malu.

"Ah, cepat awas mereka jadi salah paham" Ia menepuk dada lelaki yang sedang menatap nya itu.

"Apakah kamu sangat ketakutan melihat ku?"

"Tuan muda, tolong menyingkir lah jangan berpikir macam-macam"

"Panggil aku dengan namaku, kamu bukan pelayan ku Adeline"

Sofia rupanya mendengar percakapan itu dari balik pintu, ia meremas jari jemarinya sendiri.

Ia kemudian pergi berlalu setelah mendengar ucapan Smith.

"Aku tidak mau, mereka semua memanggil mu Tuan Muda"

"Mereka pegawai ku, kamu bukan"

"Aku bekerja untukmu, menjadi istri bayaran jadi ini adalah sebuah pekerjaan juga"

Jawaban Adeline membuat Smith mengernyit kan dahi.

"Baik-baik, baca lah ini dan cepat turun kita sarapan" Smith bangkit dari posisinya itu, di ikuti Adeline kemudian.

Namun kepergian Smith menyisakan tanda tanya di kepala Adeline, ia tidak tahu apa yang terjadi dengan Smith yang tiba-tiba berubah. Ia melihat sebentar kertas yang di berikan lelaki itu, kemudian langsung menaruh nya ke laci.

Tidak lama dua pelayan nya datang, setelah melihat Smith naik ke kamarnya.

"Nona muda, maafkan kami karena tadi lancang masuk. Apakah kamu bisa mengatakan ini pada Tuan muda?"

"Apa kalian takut Tuan Muda marah?"

Mereka berdua langsung mengangguk.

"Tenang saja, dia tidak akan marah tenang masalah sepele ini"

"Terimakasih Nona," jawab mereka bebarengan.

Adeline mengangguk manis.

"Tuan Muda menyuruh Nona turun untuk sarapan, pelayan lain sedang menyiapkan makanan sementara Tuan Muda mandi dulu"

Adeline mengangguk, ia membayangkan sikap Smith tadi yang membuat nya sedikit malu juga sebenarnya! Menatap pelayan nya saja membuat ia ingin memakai topeng karena malu.

Adeline berganti pakaian, dress tanpa lengan miliknya menjadi pilihan. Kecantikan natural nya kini semakin terlihat dengan rambut yang di buat bergelombang sedikit.

Ia kemudian keluar dari kamarnya, begitupun Smith yang turun menapaki anak tangga dari lantai dua.

Postur tubuhnya sangat terbentuk membuat Adeline menyadarkan dirinya berkali kali begitu melihat lelaki itu semakin dekat dengannya, ketampanan nya mencuri perhatian.

Smith duduk di kursi begitupun Adeline, setelah pelayan menarik kursi untuk mereka. Smith diam dan hanya menyantap makanan nya.

Adeline merasa bersalah, apakah ini karena tingkahnya yang terlalu berani.

Melihat itu ia berhenti menyantap makanan nya, Smith menyadari itu dan melirik Adeline sebentar.

"Kenapa kamu berhenti makan?" lirih nya tanpa melirik wajah gadis itu.

"Tidak mood, aku sudah kenyang juga"

"Kemana aktivitas mu hari ini?"

"Kampus!" jawab Adeline ketus.

"Aku akan mengantar mu"

"Tidak perlu"

Adeline mengambil gelas dan minum air putih.

"Apa kamu memilih di antar supir di banding calon suami mu?"

Mendengar itu Adeline langsung tersedak, ia hampir tak bisa bernafas karena air yang membuatnya batuk itu.

Smith langsung meraih tisu dan menyeka bibir gadis itu, takut pelayan nya curiga ia segera menggenggam tangan Adeline dan berdiri "Ayo berangkat, aku akan tetap mengantar mu"

Ia menggenggam tangan Adeline, yang membuat gadis itu menatap tangannya, kemudian wajah lelaki yang memegang nya itu!

Ia terkejut, namun tak sendirian karena para pelayan nya hampir semua menganga melihat sikap Tuan mudanya yang manis memperlakukan calon istrinya.

"Apakah aku harus menggendong mu sekarang?"

Kali ini para pelayan nya yang hampir kehilangan nafas mendengar Tuan mudanya bicara.

Ucapan Smith kali ini membuat Adeline mengerjapkan matanya berkali-kali. "Apa yang membuatnya terus merubah sikap dalam hitungan menit!" batin Adeline, melihat kelakuan lelaki di depannya, seraya mendongakkan kepala.