webnovel

Neyya Arumsetya

Keesokan harinya.

Sinar matahari langsung menerobos masuk ke dalam kamar bernuansa maskulin itu begitu gordennya terbuka lebar. Membuat sang pemilik kamar langsung menutup wajahnya dengan bantal karena silau.

"Den Erlan, nggak sekolah??" tanya Prapti, ART paling senior di kediaman Brawijaya. Tubuhnya yang sedikit tambun ikut tergoncang tak kala mengoyangkan tubuh Erlangga yang masih tergelepar di atas ranjang empuknya.

Erlangga mengeryit pelan, lantas menutupi lagi wajahnya dengan bantal. Malas-malasan untuk bangun, padahal sudah hampir jam tujuh pagi.

"Den Erlan! Sekolah enggak sih?" Prapti kembali menggoncangkan tubuh Erlangga yang bertelanjang dada, kebiasaan tidur Erlangga memang nggak pernah pakai atasan.

"Aduh... Bik! Erlan masih ngantuk! Lagian hari ini cuma class meeting doang! Libur kenaikan kelas, nggak ada pelajaran!!" Erlangga mengeluh kesal karena harus terbangun sepagi ini.

Cuma Prapti yang berani bangungin Erlangga karena sudah mengasuhnya sejak masih kecil. Prapti bahkan mungkin jauh lebih mengenal sikap Erlangga dibandingkan dengan Amanda yang notabene adalah mamanya sendiri. Memang Amanda terlalu sibuk mengurus pekerjaan.

"Ya maaf, Den. Kirain masih masuk sekolah. Soalnya si Neyya pakai seragam dan berangkat ke sekolah hari ini." Prapti mengutarakan alasannya yang langsung membuat Erlangga menyibakkan selimutnya bangkit.

"Neyya?? Siapa Neyya?? Apa dia gadis yang semalam datang itu??" tanya Erlangga penasaran. Matanya langsung melek begitu Prapti menyinggung soal Neyya.

"Iya, Den. Dia itu anaknya ART baru. Namanya Neyya Arumsetya. Bagus to namanya, wajahnya juga cantik, tutur lakunya kalem, sopan, lemah lembut. Bakalan bibik jadiin menantu kalau bibik punya anak cowok. Sayangnya nggak punya." Prapti tertawa.

Wajah Erlangga mulai mengeryit, kenapa hatinya berbunga-bunga cuma karena mendengar Prapti menceritakan sedikit mengenai gadis itu, kok .... rasanya semakin ingin tahu tentang Neyya? Semakin penasaran.

Apa Erlangga sudah gila, suka sama anak pembantunya? Ah ... nggak mungkin. Erlangga nggak mungkin suka, kayak nggak ada cewek lain yang jauh lebih cantik dan terpandang saja??

"Kok diem, Den?"

"Eh ... Bi. Kok Neyya pakai seragam, memangnya dia masih sekolah??"

"Iya, dia sekolah di ST. Michael, sekolahnya sama kayak Den Erlan."

"Hah?? Serius, Bi?!"

"Iya, hari ini dia berangkat sekolah, makanya bibik juga kirain kamu sekolah, Den," ucap Prapti.

"Ehem ..." Erlangga berdehem, lalu bangkit dari atas ranjang. Langsung membuka lemari dan mengambil seragam untuk berangkat ke sekolah.

"Hlo, katanya malas ke sekolah, Den??" Prapti kaget dengan sikap juragan mudanya yang langsung berubah pikiran.

"Baru inget ada latihan basket, Bik!" Erlangga langsung bergegas ke kamar mandi untuk bersiap-siap.

"Oh gitu."

.

.

.

Tak butuh waktu lama bagi Erlangga untuk tampil ganten, wangi, keren, dan modis. Tatanan rambut mirip oppa Korea, jaket bomber ala pilot menutupi seragam, tas merk terkenal, dan sepatu air jordan warna merah.

"Mama!!" Erlangga langsung mengecup pipi Amanda begitu tiba di lantai dasar.

"Sudah mau berangkat?" tanya Amanda.

"Yup! Erlangga berangkat dulu, Ma!" Erlangga menyahut kunci motor di atas console table.

"Eh ... Er!!" Panggil Amanda sebelum putranya itu keluar dari rumah.

"Ya, kenapa, Ma?"

"Nanti siang mama mau ke Kalimantan nyusulin Papa. Kamu di rumah sendiri seminggu gimana?" Amanda menatap anaknya lamat-lamat. Sekedar informasi, Papa Erlangga berangkat semalam begitu pulang dari kantor. Nggak sempat ketemu Erlangga.

Erlangga hanya menyunggingkan bibirnya lantas berujar, "biasanya juga di tinggal-tinggal kerja, kok tumben Mama pamit? Tumben juga peduli dengan jawaban Erlan??"

"Ya, biasanyakan ada kakak kamu, sekarang dia kuliah di luar negeri, kan Mama khawatir kamu nggak ada yang jagain."

"Tuh ada Bibik sama yang lain. Rumah ini selalu ramai kok tanpa ada Papa atau Mama. Yang penting jangan lupa, uang saku Erlan di tambah." Erlangga langsung melingsut pergi tanpa menunggu jawaban Mamanya.

Erlangga terlalu malas menanggapi basa basi mamanya. Sudah terlambat untuk sok perhatian, sejak kecil juga papa atau mamanya tak pernah memperhatikan Erlangga. Semua kebutuhannya diurus oleh pengasuh, asisten rumah tangga, sopir. Pokoknya keduanya sangat sibuk dan membuat mereka jarang bertemu dengan Erlangga. Erlangga tumbuh menjadi dingin juga karena kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.

Motor besarnya menderu, menggaungkan suara keras dan kemudian melesat keluar dari area rumah keluarga Brawijaya.

.

.

.

Sementara itu, Neyya baru saja turun dari angkot. Masih dengan menyandang tas ransel yang sudah buntut, gadis itu berjalan menyelisuri jalan sesuai dengan petunjuk google maps menuju ke sekolah barunya.

ST. Michael, sekolah swasta elit, yang tak mungkin bisa terjangkau meski dengan menjual seluruh bidang tanah peninggalan bapaknya. Tapi berkat otaknya yang encer, Neyya bisa masuk lewat jalur prestasi. Neyya mendapatkan nilai A+ disemua ujian tes masuk.

Gadis berrambut hitam panjang bergelombang itu tiba di depan gerbang. Tanpa sadar bibirnya berdecak karena rasa kagum pada kemegahan bangunan sekolahan yang baru kali ini dia lihat, sungguh berbeda dari bangunan sekolahan reotnya di desa. Belum seragam mereka yang super keren, berbeda dari seragam putih abu-abu yang saat ini masih Neyya pakai, seragam standar siswa SMA di negeri ini.

Neyya menyandang tas ranselnya lebih erat sebelum melangkah masuk melewati gerbang. Ia mengambil napas panjang dan langsung menghembuskannya begitu kakinya menapak. Akhirnya, Neyya Arumsetya resmi menjadi murid di ST. Michael untuk satu tahun mendatang.

Suara deruan motor mendekat, semakin mendekat dan meraung di telinga Neyya. Mudah bagi Erlangga menemukan sosok Neyya, hanya dia yang berjalan dengan seragam sekolah lain. Erlangga menatap gemas pantat sintal Neyya dari belakang. Ternyata selain cantik Neyya punya body yang cukup indah. Erlangga gemas pengen ceples pantatnya, tapi menahan diri karena ini di sekolahan.

Saat sudah berhasil mendekat, Erlangga menggleyer gas motor di sebelahnya.

BRUMM!!

"Astaga Dragon!!" Dengan latah Neyya berseru. Wajahnya pucat sangking kagetnya. Dan bukannya merasa bersalah, Erlangga justru berteriak sakarstik pada Neyya.

"Hei, Cewek Kampungan, kamu sekolah di sini juga??"

Eh?? Apa Erlangga sedang berlagak bodoh, padahal jelas-jelas dia tahu dari Prapti, kalau Neyya murid baru di sekolahnya.

Wajah Neyya mengerut dalam, siapa cowok ini?? Kok sok kenal banget. Mana panggil dengan sebutan Cewek Kampungan. Neyya sadar dia miskin, tapi seragamnya selalu bersih, rapi, dan licin. Neyya tidak pernah terlihat kusut apa lagi kumal kok, apa karena model tasnya yang ketinggalan jaman?

Erlangga melihat wajah cantik Neyya yang sedang menatapnya marah. Ternyata gadis itu jauh lebih cantik dari gadis yang ia lihat —dalam keadaan gelap— semalam. Mata bulatnya beneran bersinar, dilengkapi hidung mancung, bibir mungil merah muda, dan pipi yang memerah karena amarah. Rambutnya yang hitam bergelombang tergerai sampai ke pinggang, tipikal gadis desa yang suka memanjangkan rambut.

"Kamu anak pembantu baru di rumahkukan??" sahut Erlangga untuk membuat Neyya paham, siapa Erlangga dan juga beda status sosial mereka yang menjulang tinggi.

"Eh ... jadi kamu ... Den Erlan?" gagap Neyya, wajahnya menjadi semakin pucat.

**** ❤️❤️❤️ ****

Vote, like, comment, share, review, follow my IG @dee.meliana

Ayoo add to your collection!! Jangan lupa di vooteeee

BELLEAMEcreators' thoughts