31 Lazuardi

"Siii...apa kamu!" ujarku dengan bibir bergetar. Kenapa dia tiba-tiba keluar dari pepohonan tebu dan menghadangku. Jangan-jangan dia mau berniat jahat.

"Apa kamu lupa denganku Dina?" sahutnya dengan suara yang familiar. Mataku membulat seketika.

"Ardi!"

"Iya Dina, aku Ardi." Sahutnya sosok yang di terpa kegelapan itu. Aku merogoh ponsel dengan tergesa-gesa, menyalakan Flash light dan mengarahkan ke arahnya. Ternyata Benar Dia Ardi, tetapi Penampilannya sangat kucel sekali.

"Ardi, Bagaimana kamu bisa ada disini? apa yang akan kamu lakukan?"

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan Dina, sekarang yang terpenting kamu harus segera pergi dari sini! Jangan mau diperbudak dengan Manusia setengah Genderuwo itu!" Tandasnya. Dia meraih tanganku dan mengajakku untuk berlari bersamanya. Aku yang masih terpaku pun mengikutinya.

"Kita mau kemana Ardi!"

"Pergi dari sini sejauh mungkin, Tapi sebelum itu, kita harus selamatkan Pak Min dulu."

Dia tahu soal Pak Min. Sebenernya apa yang telah terjadi dengannya. Kenapa dia tahu segala hal tentang diriku.

"Lepaskan Ardi! Aku tidak bisa. Aku harus segera kembali ke rumah belanda itu atau..."Aku berhenti melangkah seraya melepaskan genggaman tangannya.

"Atau apa?"

"hmmm..hmmm."

Aku tergagap saat mendengar pertanyaannya. Dia memandangiku dengan mimik muka penuh tanda tanya.

"Kamu mau diperbudak mereka selamanya? Ingat Dina Mereka licik? Apapun akan mereka lakukan supaya kamu terikat dengan mereka. jadi lebih baik kamu pergi sejauh mungkin daripada kamu menyesal." Dia memegang kedua pundakku, berusaha meneguhkan hatiku. Aku mulai menimbang perkataannya. Sorot matanya yang meneduhkan itu membuatku tenang. Aku pun mengangguk.

"Nah, gitu dong. Ayo sekarang kita pergi dari sini." Dia kembali menarik tanganku.

"Ini Mobil siapa?" tanyanya setelah sampai di depan mobilku.

"Mobilku Di. Tadi Bensinnya habis, makanya aku tinggalkan begitu saja." Sahutku pelan. Aku nyengir sembari menggosok rambut bagian belakang. dia berdecak kesal.

"Aduh, bisa-bisanya bensin habis, Ya sudah, tunggu sebentar." Dia pun pergi menuju desa. Beberapa saat kemudian dia membawa dua botol mineral yang berisi bensin.

"Ini cukup untuk sampai ke pom bensin." Tukasnya. Saat mengisikan bensin ke Tangki, samar-samar terlihat bayangan Raksasa yang berjalan ke arah kami.

"Ardi! Itu apa?"

"Itu Genderuwo jelmaan Anton. Ayo, kita harus segera pergi dari sini." Tuturnya. Dia yang mengambil alih kemudi. Sementara, aku duduk di sampingnya sembari melihat raksasa itu semakin mendekat.

"Gimana ini Di? Kita enggak mungkin 'kan putar balik?" Pekikku. Jalanan itu sangat sempit. Sangat mustahil untuk berbalik arah menghindari Raksasa itu.

Di tengah kepanikan, dia menegadahkan tangan. Mulutnya berkomat-kamit melafalkan doa. Aku terpana melihatnya, ternyata setelah sekian lama tidak bertemu dia telah berubah menjadi pribadi lebih baik. Diam-diam, aku menyimpan kekaguman terhadapnya.

Setelah mengusapkan telapak tangannya ke wajah, tanda selesai berdoa. Dia mulai menyalakan mesin. Sementara Mahluk itu sudah semakin dekat.

"Pasang sabuk pengamanmu Dina, kita akan ngebut!" titahnya. Aku melakukan apa yang dia suruh. Tanpa menunggu lebih lama lagi, dia mulai mengendarai mobil dengan kecepatan penuh. Menembus raksasa itu. Melesat di jalan lurus yang membelah perkebunan itu.

Mungkin karena Doa Ardi tadi, Raksasa itu tidak mengganggu kami. Tapi, aku menjerit histeris karena Ardi yang mengendarai mobil ugal-ugalan.

"Pelan-pelan Ardi!" aku secara refleks memegangi pundaknya.Tapa menggubris perkataanku, dia terus melaju sampai menemui tikungan. Aku menjerit histeris saat dia tiba-tiba membelokan mobil dengan kecepatan tinggi. Hampir saja melewati garis jalan dan nyemplung ke persawahan. Memang kelakuan Ardi dari dulu tidak pernah berubah kalau menyetir mobil, Maunya ugal-ugalan.

Dia memperlambat laju mobil ketika sampai di perkampungan. Aku yang memejamkan mata karena ketakutan pun, pelan-pelan membukanya. Terlihat Ardi yang cengar-cengir tanpa dosa. Seketika, aku memukul pundaknya keras. sebal.

"Kamu dari dulu enggak pernah berubah ya! Kalau Nyetir mobil kayak di kejar setan, kalau jantungku copot gimana?" bibirku manyun. Aku bersedekap sembari membuang wajah.

"Lha kan kita emang di kejar setan!" kelakarnya lepas. Sepintas, aku melirik kearahnya yang tertawa. Ada getar aneh yang menjalar di hati ini.

Sesekali aku menengok ke Spion. Rasa was-was masih mendera hati ini. Seolah mengerti perasaanku, Ardi berkata

"Sudah, jangan khawatir. Mahluk itu tidak akan mengejar lagi kok." Tukasnya dengan pandangan yang fokus ke depan.

"Tapi, aku takut Di."

"Jangan Takut, 'kan ada aku." Dia menoleh ke arahku sembari tersenyum, berusaha untuk menghiburku. Di saat bersamaan, mata kami bertubrukan. Momen ini! membuatku teringat dengan masa lalu yang indah ketika bersamanya, jauh sebelum berurusan dengan bangsa lelembut. Ardi, atau Lazuardi adalah Pemuda yang cukup lama menjalin asmara denganku. kurang lebih empat tahun. Namun, karena pekerjaannya yang menuntutnya untuk jauh dariku, membuat hubungan kami menjadi kurang baik. Sementara pada saat itu, Reza teman Ardi dengan gencar mencurahkan perhatiannya kepadaku, Sehingga aku jatuh ke pelukannya.

Hal itu tidak di ketahui Ardi, sampai akhirnya dia pulang kampung. Dia terkejut saat aku memberikan undangan pernikahanku dengan Reza kepadanya. Aku tahu dia pasti sangat hancur sekali ketika melihat orang yang paling dicintainya ternyata menikah dengan temannya sendiri. Dan aku yang pada saat itu tergila-gila dengan Reza pun tidak memperdulikannya, mencampakkannya layaknya sampah.

Karma pun datang, Aku pikir menikah dengan Reza akan membuat hidupku lebih bermakna. Ternyata aku salah, tepat di hari pernikahan kami, Reza di tangkap oleh polisi karena dia adalah buronan yang selama ini di cari-cari. Dari situ juga aku menemukan fakta bahwa Reza bersekutu dengan demit supaya tidak ketahuan saat menjarah rumah-rumah penduduk. Imbasnya, aku sebagai istrinya harus mengalami terror dari bangsa lelembut dan berhubungan dengan mereka.

Kini, hanya penyesalan yang tersisa. Sekarang lelaki yang telah aku lukai perasaannya itu tepat berada di sampingku, memandangiku dengan senyum yang tulus. Aku menjadi malu dengan diriku sendiri.

"Ehemm..." Aku berdehem sejenak. berusaha lepas dari tatapan lelaki itu. Dia hanya tersenyum-senyum. Mungkin dia menyadari bahwa aku salah tingkah karena tatapannya tadi.

Hening. Masing-masing dari kami sibuk dengan pikiran masing-masing.

Mobil keluar dari area perkampungan dan berjumpa dengan jalan raya.

"Sekarang kita mau kemana?" tanyaku memecah kesunyian.

"Kita cari pom bensin dulu, setelah itu menginap di hotel. Besok kita pergi ke alas Blora untuk mencari Pak Min."

"Tunggu darimana kamu tahu soal Pak Min? Dan juga tentang Anton Manusia setengah Genderuwo?" kejarku.

"Aku memiliki indra ke enam."

"Indra ke enam sejak kapan?"

"Sejak Pak Kyai, Orang yang telah menyelamatkanmu dari siluman ular dan genderuwo itu Menurunkan ilmunya kepadaku. Sebelum akhirnya, bangsa demit itu menyerang dan melenyapkan seluruh warga desa secara misterius. Sekarang warga desa yang masih tersisa adalah aku dan kamu." Tuturnya dengan nada suara getir. Aku bisa merasakannya.

"Terus kemana perginya mereka? Ibuku? Dimana ibuku sekarang?"

"Besok, aku akan menceritakan semuanya. Yang penting sekarang, kita bisa lepas dari genderuwo itu dan bisa mengistirahatkan diri kita sejenak."

Terpaksa aku menahan rasa penasaranku untuk besok. Ada benarnya perkataan Ardi. Lagipula kejadian seharian ini membuat tubuhku lelah. Aku menguap beberapa kali dan tidak sadar tertidur di sandaran kursi.

bersambung

Note:

wah, ada tokoh baru nih, namanya Lazuardi sama kayak nama penulisnya,

btw, Lazuardi ini adalah mantan Dina di masa lalu, apa kira-kira ada kemungkinan mereka CLBK gak ya?

terus apakah tokoh Ardi ini mampu membantu Dina untuk lepas dari jeratan demit?

avataravatar
Next chapter