1 Kesepian

Kesepian adalah Ketakukan terbesarku tatkala mengantar suamiku di Bandara. Iya tepat hari ini, dia sudah kembali ke Amerika untuk berlayar lagi. Waktu liburannya dia gunakan untuk menikahiku dan menghabiskan waktu bersama layaknya pasangan suami istri. Aku teringat waktu pertama kali mengenal seorang lelaki yang kini menjadi suamiku itu.

Semua berawal dari jejaring sosial. Malam itu ketika sedang asik menscroll layar di beranda facebook, tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengirimkanku pesan. Sebenernya aku malas membalas pesan setiap lelaki yang tidak di kenal karena kebanyakan melihat statusku yang sebagai seorang janda. kebanyakan mereka mencari kesempatan untuk sekedar bermain-main saja

Namun kali ini sungguh berbeda.

Dia mengirim pesan suara lewat Messager. Karena penasaran, aku membuka isi pesan suara itu.

"Assalammualaikum, perkenakan nama saya Angga Syahputra. Saya masing bujang dan sekarang bekerja di kapal pesiar. Di waktu senggang, ketika saya membuka facebook, postinganmu selalu menarik perhatianku. Bolehkah saya mengenalmu lebih dekat?"

Darahku berdesir. Suaranya yang ngebass itu terdengar sangat sopan. Rupaya dia telah mengetahui jika aku membuka pesannya, lantas dia melakukan video call secara langsung. tak perlu menunggu waktu lama, aku menggeser tombol biru.

"Hai." Dari kata itu berlanjutlah perkenalan di antara kami. Aku terkesima dengan perkataannya yang lembut dan sorot matanya yang teduh, beda dari kebanyakan lelaki yang menggebu-gebu karena hasrat. Aku pun larut untuk merespon pria yang mengaku bernama Angga Syahputra, Namanya yang sesuai dengan tidak tanduk dan parasnya yang rupawan. Aku pun tidak ragu untuk memberikan nomor Whatsaapku kepadanya.

Semenjak itu, kami intens saling menghubungi layaknya pasangan kekasih. Saking dekatnya, aku mencurahkan isi hatiku kepadanya, apalagi dengan statusmu menjadi janda dan cerita kelam di baliknya. Ternyata dia sangat memahami kondisiku. Baginya tidak masalah Janda atau bukan yang penting adalah wanita yang mau berkomitmen ke jenjang yang lebih serius dan mau menerima dengan pekerjaannya sebagai pelaut.

"Aku serius denganmu Dina, liburan bulan depan, aku akan datang untuk menikahimu, aku harap kamu bersedia. " Ujarnya mantap. aku menutup mulutku yang mengangga karena terkejut. padahal kita belum bertemu di dunia nyata sekalipun, tetapi terlihat dari sorot matanya, dia sangat serius.

Tanpa bertanya, Tanpa banyak basa-basi. Lelaki ter gentle yang pernah aku temui. Senyum menghiasi wajahku bersemu merah bagaikan kepiting rebus, aku mengangguk pelan.

Dia benar-benar tidak main-main dengan ucapannya.

Di kantor KUA, dia mengucapkan ijab kobul di hadapan penghulu. Tangannya menjabat tangan Penghulu dengan mantap dan berkata, "Saya terima nikah dan kawinnya, Dina Pratiwi binti Sapto dengan Mas kawin tersebut tunai."

"Bagaimana para saksi Sah?" tanya penghulu kepada para saksi yang langsung dijawab serempak dengan satu kata Sah. Lalu terucap doa dari bapak penghulu, yang membuat air mataku meleleh. Lelaki di sampingku ini adalah lelaki yang sempurna yang Tuhan kirimkan kepadaku.

Dan setelah ijab kobul, pria itu menoleh ke arahku, dia mengulurkan tangannya, aku pun menyambutnya dan mencium punggung tanggannya dengan khidmat. Ketika badanku menegak. Dia mendapatkan kecupan mesra di dahiku. Membuat hatiku berdebar-debar tidak karuan.

"Aku sangat mencintaimu sayang, aku ingin supaya hubungan itu terjaga sampai maut memisahkan." Itulah kata-kata darinya yang akan selalu ku ingat.

Setelah, itu kita melalui hari berdua sebagai pasangan kekasih yang sah.

Sampai akhirnya waktu liburannya selesai, dan dia harus kembali menjalani kontrak berikutnya di kapal pesiar. Sebuah tantangan berat bagiku sebagai seorang istri pelaut. Namun, Aku berusaha untuk meneguhkan hati, supaya kuat ditinggal olehnya berbulan-bulan.

"Sayang, Mas berangkat dulu ya." Katanya berusaha melepas pelukanku yang masih erat. Entah kenapa Mas Angga bersikap biasa saja, seolah perpisahan itu bukan hal berat baginya. Atau memang dia sudah membiasakan diri untuk jauh dari pasangannya?

"Mas, kalau sudah sampai sana kabari aku ya?" Aku melepas pelukannya, dan menatapnya dengan tatapan sendu.

Mas Angga mengusap-usap rambutku dan mengecup keningku. "Iya Mas Janji. Mas pergi dulu ya" Ujarnya singkat sembari menarik kopernya menuju pintu keberangkatan, meninggalkanku yang melambaikan tangan lemah.

Setelah dia hilang di balik pintu, aku beringsut ke mobil untuk kembali ke Tempat pusat kebugaran di kota Surabaya. Aku bekerja sebagai penjaga disana. Mas Angga tidak keberatan jika aku tetap bekerja walaupun sudah menikah. Hitung-hitung menghilangkan rasa sepi mengingat di rumah hanya ada aku seorang.

Tidak berapa lama aku sudah sampai ke sana. Aku langsung menuju meja resespsionis yang tempat aku bekerja dan meletakan tas selempangku di atas meja, sejenak aku mengeluarkan alat make up dan mulai berbenah di depan cermin kecil.

ketika aku menggelung rambutku supaya lebih rapi, tiba-tiba ada seorang pria berbadan tegap yang menghampiriku.. Aku yang tidka menyadari kehadirannya pun terkejut saat dia berdehem dengan senyum miring yang tersungging di wajahnya. Raut wajahnya seperti preman-preman pasar yang liar.

"Kok di dalam ruangan pake sweater Mbak? Apa enggak kepanasan." celetuknyanya sembari matanya tidak lekat melihat ke arah dadaku yang tertutup oleh swater rompi. Aku yang risih pun membenarkan letak sweaterku.

"kan ruangan ini ber AC Pak, lagian saya baru datang, jadinya belum sempat buka sweater " sahutku Asal. Aku sengaja menghindari tatapan matanya yang seolah ingin memakanmu hidup-hidup.

"Sebenernya saya mau coba-coba ngegym di sini , Tapi, karena yang jaga secantik Mbak, saya mau langsung mendaftar jadi member aja deh." Rayuannya sama sekali tidak mempan untukku saat itu. Aku masih menunduk sembari meraih kartu anggota gym.

"Makasih ya Mbak, saya ngegym dulu." Dia menjawil daguku gemas dengan senyum genit. Tanganku langsung menepisnya. Dadaku naik turun menahan kesabaran oleh kelakuan member baru itu. Aku hanya menatap punggungnya yang berjalan menuju loker dengan tawa yang membahana, sepertinya dia senang telah menjahiliku.

Aku mendengus kesal. Pandanganku teralih kartu anggota dirinya di mejaku. Namanya Anton Wibowo. Aku lantas kembali duduk dengan pandangan menerawang.

Kehidupanku sudah bahagia bersama Mas Angga, aku tidak mau kejadian beberapa bulan lalu terulang kembali. Yang membuatku harus hijrah ke kota yang lumayan jauh dari tanah kelahiranku, meninggalkan kenangan kelam yang ingin aku lupakan dan Menyisakan sebuah rahasia terbesar yang aku simpan rapat-rapat dari semua orang termasuk Suamiku sendiri.

Tiba-tiba bayangan Arya terlintas di dalam benakku. Raja dari bangsa demit Genderuwo dengan pesona yang tiada tara. Aku mengibas-ibaskan tanganku di depan wajahku, berusaha menghilangkan bayang-bayang itu. Tekadku sudah bulat untuk bisa hidup seperti manusia pada umumnya, tetapi bagaimana kalau sampai Mas Angga tahu tentang rahasia itu? apakah dia akan marah, atau bahkan menceraikanku?

Tidak! Jangan sampai hal itu terjadi!

Note:

bagus enggak ceritanya gaes? lanjut?

jangan lupa vote dan komen ya, thanks

avataravatar
Next chapter