webnovel

Harry Potter's Guardian Angels and The Sorcerer's Stone

Saat membaca perkamen itu ia benar – benar terkejut “Big No...... Kau pikir aku mau melakukannya?” Key hanya tersenyum meremehkan, “Hya... kau kira aku bodyguard yang selalu mengikuti Harry Potter kesana kemari – Micheoseo???” Sherly terus meluapkan kekesalannya. “Kalau begitu temui ayahku dan katakan keputusanmu” Key memasang senyuman licik membuat Sherly makin kesal, lalu sesuatu mulai terpikir di benaknya “Key.... bukankah kau seorang pangeran?” Key hanya mengerutkan dahi heran dengan arah pembicaraan Sherly jadi ia hanya diam “Jangan katakan kalau kau yang memprovokasi ayahmu.... kau pikir itu lucu hah!!!” tuduh Sherly da berteriak pada key “Tch..... lalu apa untungnya untukku?? Kau pikir aku mau repot-repot mengantar perkamen kalau bukan ayah yang menyuruhku mana mungkin aku sudi” “Percuma saja aku tidak mau dan tidak tertarik dengan tugas ini, apa kau berniat menjadikanku Bodyguard atau kau pikir aku stalker hah???” “Ahhhh...... sudah kuduga akan begini, sebenarnya sudah kubilang pada ayah agar mengurungkan niatnya menyuruhmu tapi dia tetap bersikeras, ckckckcckck Kau tau kan apa kata ramalan itu.... Pangeran Kegelapan masih ada dan tidak sulit menemukannya karena dia mengincar kehidupannya kembali dan Harry Potter....” “Lalu apa hubungannya denganku?” Ujar Sherly enteng sambil meminum segelas air untuk meredam emosinya. “Jelas sekali kau menolak menjaga Harry karena takut pada Pangeran Kegelapan kan?” “Uhuk......huk....... Mwo????” tiba – tiba Sherly tersedak begitu mendengarnya “Wae??? Kau masih tak mau mengakuinya?” “Nuguya?? Jika yang kau maksud aku, kau salah aku tidak penah takut Voldemort aku hanya.... tidak mau terlihat makin aneh” geram Sherly kesal “itu hanya alasan kan, sebenarnya kau hanya..... takut” “Terserah apa katamu, Kau hanya ingin aku terus membuntutinya kan, okey akan aku lakukan, Apa kau puas sekarang!!!” Sherly melotot dan menggebrak meja lalu pergi..

Emma_JM95 · Book&Literature
Not enough ratings
22 Chs

Ch. 9 : Mimpi Yang Aneh

Kepalaku terasa begitu berat, aku terbangun di tempat yang benar – benar asing. Aku berada di kastil tapi aku yakin aku tidak sedang berada di Hogwarts saat ini. Tempat ini agak menyeramkan aku tak tahu mengapa. Aku berjalan menelusuri koridor tanpa tahu arah yang kutuju sampai seseorang menepuk pundakku, aku tersentak dan berbalik melihat siapa yang mengejutkanku.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya pria tua berjubah abu – abu itu

"Siapa kau? Apa kau tau aku berada dimana?"

"Kau tak seharusnya berada disini, berbahaya jika ada yang melihatmu disini,"

"Well, Aku bahkan tak tahu mengapa tiba – tiba aku berada disini"

"Aku yang mengundangnya" ujar suara yang berada di belakangku, aku melihat suara itu berasal dari pria tua berjubah putih.

"Tempat apa ini? Uhm... Jangan tersinggung, Apa sekarang ini aku berada di panti jompo?"

"Kau berada di Isengard, Nak. Dan perkenalkan aku Saruman" Jawab pria berjubah putih yang mengaku bernama Saruman. Aku memutar otakku sepertinya aku pernah dengar nama tempat ini.

"Untuk apa kau mengganggu mimpinya?" tanya pria tua berjubah abu – abu itu. Mimpi... jadi ini hanya mimpi? Tapi mengapa di mimpi sekalipun mereka tahu ini mimpi?

"Jadi ini hanya mimpi? Kalau kau yang mengundangku seharusnya kau bawa aku ke tempat yang lebih menarik. Aku tak suka tempat ini."

"Kau dengar, dia tak suka tempat ini"

"Aku harus mengenalkannya pada tempat - tempat sekutunya berada, Gandalf dimulai dari kastil ini"

"Sekutu? Apa yang sedang kalian bicarakan?" tiba – tiba aku teringat tempat apa ini, jelas Aragorn pernah menceritakan padaku tentang kerajaan – kerajaan di Middle Earth salah satunya tempat ini, sekutu... aku yang kuingat kerajaan ini justru musuh Gondor... bagaimana bisa bersekutu denganku?

"Kurasa kau mengundang orang yang salah, bisakah kau kembalikan saja aku ke kamar tidurku?"

"Ikutlah denganku akan kubawa kau kembali" ujar Gandalf

"Masih ada yang harus kutunjukan padamu" potong Saruman

Mereka mengulurkan tangan masing – masing dan aku meraih tangan Gandalf karena aku hanya ingin mimpi aneh ini berakhir. Terdengar Saruman mengucapkan kata – kata yang tak mampu kupahami dan pilar di depanku tiba – tiba jatuh menghalangi jalan kami.

"Hentikan!" teriak seorang pemuda yang berlari menyusul Saruman.

"Aku yang akan membuat dia berada di pihak kita. Tapi apa yang kau lakukan bisa mencelakainya" Kurasa suaranya familiar di telingaku. Pria itu memakai baju zirah bahkan aku tak bisa melihat wajahnya.

"Apa aku mengenalmu?" tanyaku. Dia sedikit menoleh ke arahku, tiba – tiba Saruman tersenyum menatapku dan pria itu bergantian "Menarik..." serunya.

"Kita akan bertemu di dunia nyata. Sebaiknya kau kembali" Ujarnya.

"Bertemu dengannya adalah ide buruk, pejamkan matamu" gumam Gandalf.

Kupejamkan mataku, rasanya seakan aku tersedot, perutku tiba tiba melilit dan kepalaku terasa berputar – putar. Kakiku meraba – raba mencari pijakan namun rasanya kakiku terperosok ke tempat yang dalam dan aku merasakan tubuhku berguling, kepalaku terbentur lantai dan samar – samar terdengar suara gaduh. Aku mengerjapkan mata mencoba melihat sekelilingku dan mendapati diriku tengkurap di lantai.

"Kau tidak apa – apa?" tanya Ji Hyun panik. Dia membantuku duduk tegak.

"Kurasa kau terjatuh cukup keras" ujar Hermione sambil menyentuh dahiku yang terasa nyeri aku hanya meringis kesakitan.

"Aku benar – benar khawatir, biasanya kau tak pernah mengigau, aku berusaha membangunkanmu tapi tak ada hasil, kau malah berguling dan terjatuh" Ji Hyun tampak cemas hingga dia mengatakan semua itu dengan cepat.

"Jangan berlebihan aku hanya bermimpi... " ucapanku terputus Aku tak mungkin cerita pada mereka

"Bermimpi jatuh dari tangga? langit? tebing? Spertinya aku punya obat untuk lebam di dahimu tapi dimana ya...." Ji Hyun terus mengoceh sambil mengacak – acak lemari.

"Hermione, sekarang jam berapa?"

"Tujuh menit lagi tepat pukul delapan"

"Apa...!!!" Aku bangkit segera mandi dan merapikan diri dengan kecepatan ekstra setelah aku siap Ji Hyun masih berkutat dengan lemari.

"Ji Hyun... kau tau ini jam berapa? Dan kau masih mencari obat" Aku terpaksa menyeretnya.

Kami berlari menuju halaman, semua sudah berkumpul dan Madam Hooch sepertinya belum berada disana.

"Kalian dari mana saja?" tanya Ron. Aku tak menjawab hanya tersengal mencoba mengatur napasku.

"Salahkan dia" Ujar Ji Hyun, dia menunjuk ke arahku

"Kita beruntung Madam Hooch belum datang..." Ujar Hermione, "ada apa disana kenapa ramai sekali?" dia menunjuk asal keramaian tersebut.

"Yah... sepertinya Key menjadi Flower Boy Gryffindor" gumam Junho "kemarin peluncuran Album kita, lihat efek Video Musik yang kita buat semua wanita disini tergila – gila pada Key"

"Minggir!!!" terdengar teriakan Sherena, mereka pun minggir meskipun memberi tatapan sinis padanya"Key, kenapa kau diam saja... apa kau tak merasa terganggu?"

"Apa salahnya... bagaimanapun mereka menyukai Album baru kita, kalau tidak ada mereka..."

"Aku tak suka mereka menempel padamu" potong Sherena

"Sherly!!! Sejak kapan kau tiba" teriak Key sambil melambaikan tangan kearahku. Sherena memutar bola matanya dan aku yakin dia menggerutu tidak jelas sambil menatap Key yang berjalan menuju ke arahku.

"Wow... sekarang kau benar – benar populer" seru Harry

"Itu tidak seberapa... tunggu sampai kalian lihat kepopuleran Lucas"

"Bukankah Lucas itu... " Ucapan Harry terputus dan hanya menatapku. Aku punya firasat Key bercerita tentang Lucas dan aku, Itu membuatku kesal

"Tentu saja, Kau bahkan tak sebagus Lucas dalam menulis lagu" Ji Hyun menusuk rusukku dengan sikunya.

"Tch.... Araseo... Lucas selalu jadi yang terbaik untukmu kan, kau kenapa?" tiba – tiba dia mendekat tangannya menyingkap rambutku. "dahimu terluka?". Aku tak bisa menjawab... entah kenapa bibirku jadi kelu dan kakiku serasa membeku, mengapa aku tiba-tiba jadi gugup begini. Dia merogoh saku jubahnya lalu menempelkan plester di dahiku, terdengar dari belakang fansnya mulai gaduh melihat kami. Key mundur selangkah dan menelengkan kepalanya.

"Aneh... kenapa kau diam saja?" tanya Key

"Terima kasih" Jawabku singkat mencoba mengatasi kegugupanku

"Itu lebih aneh lagi.... apa kau terbentur cukup keras?" Key bertanya lagi

Aku terselamatkan berkat kedatangan Madam Hooch, begitu tiba ia membagikan sapu terbang pada kami. Dia memberi contoh "Ulurkan tangan kanan kalian dan teriakan, Naik" seketika itu juga sapu tersebut melompat ke genggaman Madam Hooch, semua pun mengikuti. Aku berhasil saat pertama kali mencoba.

"Sher, kau tahu kenapa sapuku tak mau naik?" aku terkejut mendengar suara Key lalu menjatuhkan sapuku. Sialnya sapu ini tak mau menuruti perintahku, cukup lama aku berusaha hingga sapu tersebut berada di genggamanku lagi, Ada apa denganku? Key hanya menempelkan plester untukku mengapa aku gugup dan melakukan tindakan yang memalukan aku mengusap-usap wajahku kasar mengingatnya

Madam Hooch memberi aba – aba lagi cara untuk terbang, tapi belum sempat ia menyelesaikan aba – abanya sapu Neville tiba – tiba melesat terbang jauh tak terkontrol dan terhenti karena jubahnya tersangkut lalu terjatuh ke lapangan. Madam Hooch menghampirinya dan yang lain berlari menyusul untuk melihat keadaan Neville. "Tulangnya patah".

"Jangan bergerak, jika diantara kalian ada yang menerbangkan sapu maka kalian akan dikeluarkan dari Hogwarts sebelum sempat berkata 'Qiuidditch', ayo Nak" Madam Hooch berlalu sambil memapah Neville.

"Apa Kau lihat wajahnya?" Malfoy menertawakan Neville.

"Tutup mulutmu Malfoy" seruku, dia diam dan menatapku

"Kau terluka?" Dia menyentuh dahiku tapi aku menepisnya

"Singkirkan tanganmu dariku" Malfoy memasukkan tangannya kesaku celana. Matanya kini tertuju pada Rememball yang dijatuhkan Neville.

"Lihat... itu benda konyol yang dikirimkan neneknya" Malfoy memungutnya

"Berikan benda itu padaku, Malfoy" tukas Harry

Semua berhenti bicara dan hanya menatap mereka, Malfoy tersenyum licik. "Kurasa.. aku akan meletakkanyya di suatu tempat untuk ditemukan Longbottom, bagaimana dengan di atas pohon?"

"Berikan padaku" teriak Harry. Malfoy menyentakkan kaki dan terbang bersama Rememball tersebut.

"Kemari dan rebut dariku, Potter" Harry merengkuh sapunya

"Tidak!!" teriak Hermione "Madam Hooch menyuruh kita diam, kau akan membuat kita dalam masalah besar, Sherly katakan sesuatu"

"Harry... Fighting!!!" seruku, Harry pun melesat. Hermione menatapku tak percaya

"Apa?... kenapa kau tak mencegahnya, kita dalam masalah besar"

"Ada saat dimana kita harus peduli atau mengabaikan peraturan. Kalau bukan Harry yang mengejar Malfoy aku yang akan melakukannya"

Terlihat Harry berhasil merebut Rememball dari Malfoy dan berhasil mendarat dengan selamat.

"HARRY POTTER!" teriak Prof. Mc Gonagall

"Oow.." seruku putus asa

"Tidak pernah - selama aku di Hogwarts" Prof Mc Gonagall terlihat Shock menatap Harry "Bisa – bisanya kau, lehermu bisa saja patah"

"Itu bukan salahnya Professor, tapi Malfoy" Sahut Parvati

"Diam Miss Patil"

"Cukup, Mr. Weasley, Potter ikuti aku"

"Bagaimana ini...apa yang harus kita lakukan?" aku mulai panik

"Kita tunggu saja sampai mereka kembali." Jawab Key singkat

"Apa kau marah padaku?" tanyaku "Untuk apa?" sahutnya

"Aku tak mencegahnya bahkan membiarkannya dibawa Prof McGonagall"

"Aku akan melakukan hal yang sama kalau jadi dirimu, Katakan padaku kenapa kau terluka?, semalam kau baik ��� baik saja"

"Ah... aku hanya terjatuh dari ranjang tapi...."

"Tapi kenapa?" tanya Key sambil bersandar di pilar dan bersedekap

Aku harus mengatakannya mungkin dia tahu sesuatu karena ini berhubungan dengan Middle Earth.

"Apa kau pernah tau bagaimana mengundang orang lain melalui mimpi?"

"Apa?" Key terlihat heran dengan pertanyaanku

"Jelas tidak mungkin itu pasti benar – benar mimpi hanya mimpi" gumamku lebih terdengar seolah meyakinkan diriku sendiri.

"Memangnya siapa yang mengundangmu?" dia menahan tawanya

"Apa kau mungkin tau Gandalf atau Saruman?"

Dia tersentak dan menegakkan tubuhnya "Bagaimana kau bisa tau? Kapan kau bertemu mereka – itu mustahil"

"Mimpi... Gandalf bilang gawat kalau ada yang melihatku disana tapi Saruman bilang dia yang mengundangku – Gandalf juga bilang tidak seharusnya dia menganggu mimpiku," Ekspresi Key sulit ditebak... "bagaimana mungkin dalam mimpi mereka tahu kalau itu mimpi" gerutuku

"Apa ada lagi yang mereka katakan, ceritakan semua padaku"

Aku menceritakan semuanya pada Key, meski terkadang dia menyebalkan tapi aku percaya padanya.

"Kurasa itu bukan sekedar mimpi... aku pernah bertemu Gandalf, aku tak pernah bertemu dengan Saruman kurasa bukan hal yang bagus jika kau bertemu dengannya dia memimpin Isengard... mereka bersekutu dengan Mordor - Pasti ada hubungannya dengan mimpimu sebelum ini. Kau akan bersekutu dengan mereka?"

"Pertanyaan konyol macam apa itu?"

��Dengar kalau itu bukan hanya mimpi mereka akan terus mengganggumu hingga tujuan mereka tercapai – tapi mengapa mereka tertarik untuk mengajakmu bergabung?" aku hanya mengangkat bahu

"Pria itu juga mengatakan akan menemuiku di dunia nyata, apa menurutmu itu mungkin?"

"Kau terdengar sangat antusias padanya" Key melirikku dengan tatapan curiga

"Sudah kubilang suaranya sangat familiar mungkin aku pernah bertemu dengannya"

"Kau sudah dengar apa kata Gandalf kan, itu ide buruk" sergahnya

"Key..." Dia menoleh ke arah suara tersebut tampak seorang gadis berambut pirang kecoklatan panjang mengulurkan tangan.

"Aku Jessica Walkerfield, Ravenclaw. penampilanmu sangat keren."

"Thanks..."jawabku singkat

"Ehmm... Kalau kau tidak keberatan, apa kau ada waktu luang siang ini" Jessica melirik sekilas ke arahku.

"Sudah waktunya... aku harus mencari Ji Hyun, Aku pergi duluan"

"Hey... tunggu tapi kita belum selesai" teriaknya, aku pun pergi menjauh.

Mencari Ji Hyun hanya alasanku saja, Jessica. cara dia mengusirku agak mengusikku sebenarnya tapi mengapa aku pergi begitu saja? Tidak... bahkan aku akan tampak lebih konyol jika tetap berada disana sementara mereka merencanakan... kencan barangkali.

"Hey.. Apa kau melamun?" Cedric menegurku yang sedang duduk di teras koridor lantai empat.

"Uhm... Aku hanya - Cedric???" Aku terkejut melihatnya. Dia sepupuku bukan sepupu kandung, keluarga Diggory merawat ayahku sejak kecil, dia kelas 3 Asrama Huflepuff juga Kapten tim Quidditch yah... bisa kau tebak dia memang tampan dan populer.

"Lama tak bertemu, apa kau lupa padaku?" dia duduk disampingku

"Yang benar saja, kau sudah seperti kakak bagiku"

"Kakakmu sudah pulang, apa kau tak berniat menginap juga dirumahku musim panas ini"

"Ssstt... Dengar disini tak ada yang tau aku punya saudara, Sherena Lee dan Sherly Holmes bukan saudara – kau mengerti?" ya... dia memakai nama belakang ibuku

"Tidak, aku heran pada kalian berdua.... " sebelum Cedric banyak mengoceh aku membekap mulutnya

"Oppa.... aku sudah janji padanya jadi kumohon jangan bahas hal ini di Hogwarts eoh...." bisikku

"Baik, Kau tetap berhutang padaku... musim panas ini"

"Mana bisa begitu?" protesku "Jadi kau tak mau?" dia melotot padaku

"Aku mau tapi... kau tak bisa mengaturku seperti itu"

"Aku sedang tak ingin berdebat denganmu, kenapa kau sendirian?"

"Aku tak sendirian, ada Oppa disini" elakku

Cedric memberiku tatapan sebal "Harry dan Ron pergi bersama Prof McGonagall, Ji Hyun dan Hermione entahlah... Key – dia mungkin berkencan"

"Kalau kau sendirian..."

"datang padaku, aku akan menemanimu" Ujarku melanjutkan mendahului Cedric. Dia selalu mengatakan hal yang sama, dia hanya tersenyum dan mengacak acak rambutku.

"Ada yang ingin kau ceritakan padaku?"

Cedric sudah kuanggap seperti kakakku sendiri dia selalu mendengar semua kisahku termasuk keluhanku, juga memberiku saran,

"Aku sedang mengobrol dengan seseorang kemudian ada orang lain yang tiba – tiba datang memberiku isyarat untuk menyingkir... lalu aku menyingkir – bagaimana menurutmu?" dia berpikir sejenak "tidak seperti Sherly yang ku kenal"

"Tepat sekali, kupikir juga begitu" jawabku

"lalu untuk apa kau beranjak?" tanya Cedric "karena orang itu mengajak... orang lain menghabiskan waktu senggang... kupikir untuk apa aku disana"

"jadi kau saat ini sedang membicarakan Key – yang kau maksud orang itu adalah Key kan?" tukas Cedric

"Aku tak mengatakan hal itu... " bantahku "Aku yakin pasti dia... kau bilang dia mungkin kencan saat ini – Apa Key orang yang kau suka?"

"orang yang aku suka adalah Lucas – bukankah aku pernah mengatakannya padamu"

"Ya kau memang pernah bilang begitu tapi kelihatannya tidak seperti itu kau lebih sering bercerita tentang Key daripada Lucas" cibirnya, aku bersiap memukulnya.

Tiba – tiba Fred dan George datang menghampiriku mereka tertawa.

"Sherly... Harry dan Ron ada di Aula mereka membawa berita mengejutkan" seru Fred.

"Apa?" tanyaku "Aku tak mau mengatakannya – cari tau saja sendiri" balas George. Dia melirik Cedric "Kau dan Cedric... "

"Memangnya kenapa dengan kami?" tanya Cedric

"Sejak kapan kalian saling mengenal? – kalian terlihat akrab" tanya Fred

"Tch.... Apa aku harus mengatakannya pada kalian" gumam Cedric

"Terserah, yang pasti tahun ini kemenangan Quidditch akan menjadi milik Gryffindor" Serunya

"Jangan bermimpi" Ujarnya singkat lalu menghadap padaku "Sherly aku harus pergi jaga diri baik – baik"

"Terima kasih, Oppa" Cedric pun berlalu

Aku berjalan menuju Aula bersama Fred dan George, mereka tak bertanya lagi prihal Cedric... aku tau mereka masih penasaran tapi aku mengabaikannya. Harry, Ron, dan Key sudah berada di Meja Gryffindor yang penuh hidangan makan siang.

"Apa yang kulewatkan? Fred dan George bilang kalian punya berita mengejutkan"

"Harry, masuk tim Quidditch" kata Ron "Seeker, minggu ini dia mulai latihan" lanjut Key

"Wow...! Kupikir kau mendapat hukuman"

"Professor dan Oliver bahkan memprediksikan kita bakal menang tahun ini" Sahut Fred

"Great... ini bakal menyenangkan" seruku sambil meneguk Jus Labu

"Sungguh??? Oppa – mu mungkin bisa kalah" Aku mengacungkan garpu kearah George bermaksud mengancamnya agar dia berhenti mengoceh soal Cedric.

"Oppa?? Nuguya??" tanya Key, dia menatapku tajam "Kau kenapa?" tanyaku, sementara Key beralih menatap Fred dan George memberi isyarat agar mereke menjawab pertanyaannya.

"Cedric Diggory, Kapten Tim Huflepuff" gumam Fred tak menghiraukanku

"Kau mengenalnya?" tanya Harry terkejut

Aku hanya tersenyum, Cedric Kapten tim Huflepuff sementara Harry baru menjadi Seeker dan saat ini kita berbicara tentang Quidditch. Aku tak mau mematahkan semangat Harry, aku juga tak mau menjatuhkan Cedric.

"Aku bahkan terkejut karena mereka berdua terlihat akrab" Kata Fred membuatku ingin mencekiknya.

"hanya berdua di teras, Sherly aku harus pergi jaga diri baik – baik" Kata George sambil menirukan gerakan Cedric

"Terima kasih, Oppa" Sahut Fred yang menirukanku

"Jangan berlebihan, kalian terlalu sering menonton Drama" Sergahku

"Yang kau sebut oppa itu jelas bukan oppamu kau tak punya kakak, jadi siapa dia" Ujar Key, dia tertunduk sambil mengaduk – aduk makanannya kurasa dia menekan sendoknya terlalu keras hingga terdengar bunyi decitan gesekan benda tersebut.

"Kalau aku memanggilnya oppa berarti dia oppa ku," jawabku enteng

"Kau anak tunggal" desak Key

"Siapa yang kau panggil oppa???" Ji Hyun tiba – tiba menyahut

Aku mendesis kesal, Ji Hyun bisa jadi cerewet lihat saja "Aigoo... jelas – jelas kau anak tunggal kalau bukan kakak yang dipanggil oppa, dia pasti orang yang spesial, ya kan? Siapa dia? Oppa yang kau kenal itu Tunjukkan padaku dimana dia" Jihyun memberi isyarat Fred untuk memberitahunya lalu Fred menunjuk ke arah meja Huflepuff.

"Oh my God, Lucas, lalu pria tampan itu... seleramu tak bisa diremehkan"

"Hyaaaaa NAM JI HYUN.... Kau pikir aku menganggapnya apa? Oppa.... ya kakak – orang itu kakakku... apa karena aku anak tunggal jadi tak boleh punya kakak" teriak ku

"Mian" jawabnya singkat begitu melihat kekesalanku

"sebenarnya apa yang kalian bicarakan aku tak mengerti" Ujar Ron

"Oppa berarti kakak, panggilan untuk seorang wanita pada pria yang lebih tua darinya, tapi la selain untuk kakak, juga banyak dipakai untuk orang yang paling disayangi bahkan banyak yang memanggil kekasihnya dengan sebutan oppa" Key berkata pelan meski aku masih bisa mendengarnya aku tak merespon tanggapan mereka.