webnovel

Harry Potter's Guardian Angels and The Sorcerer's Stone

Saat membaca perkamen itu ia benar – benar terkejut “Big No...... Kau pikir aku mau melakukannya?” Key hanya tersenyum meremehkan, “Hya... kau kira aku bodyguard yang selalu mengikuti Harry Potter kesana kemari – Micheoseo???” Sherly terus meluapkan kekesalannya. “Kalau begitu temui ayahku dan katakan keputusanmu” Key memasang senyuman licik membuat Sherly makin kesal, lalu sesuatu mulai terpikir di benaknya “Key.... bukankah kau seorang pangeran?” Key hanya mengerutkan dahi heran dengan arah pembicaraan Sherly jadi ia hanya diam “Jangan katakan kalau kau yang memprovokasi ayahmu.... kau pikir itu lucu hah!!!” tuduh Sherly da berteriak pada key “Tch..... lalu apa untungnya untukku?? Kau pikir aku mau repot-repot mengantar perkamen kalau bukan ayah yang menyuruhku mana mungkin aku sudi” “Percuma saja aku tidak mau dan tidak tertarik dengan tugas ini, apa kau berniat menjadikanku Bodyguard atau kau pikir aku stalker hah???” “Ahhhh...... sudah kuduga akan begini, sebenarnya sudah kubilang pada ayah agar mengurungkan niatnya menyuruhmu tapi dia tetap bersikeras, ckckckcckck Kau tau kan apa kata ramalan itu.... Pangeran Kegelapan masih ada dan tidak sulit menemukannya karena dia mengincar kehidupannya kembali dan Harry Potter....” “Lalu apa hubungannya denganku?” Ujar Sherly enteng sambil meminum segelas air untuk meredam emosinya. “Jelas sekali kau menolak menjaga Harry karena takut pada Pangeran Kegelapan kan?” “Uhuk......huk....... Mwo????” tiba – tiba Sherly tersedak begitu mendengarnya “Wae??? Kau masih tak mau mengakuinya?” “Nuguya?? Jika yang kau maksud aku, kau salah aku tidak penah takut Voldemort aku hanya.... tidak mau terlihat makin aneh” geram Sherly kesal “itu hanya alasan kan, sebenarnya kau hanya..... takut” “Terserah apa katamu, Kau hanya ingin aku terus membuntutinya kan, okey akan aku lakukan, Apa kau puas sekarang!!!” Sherly melotot dan menggebrak meja lalu pergi..

Emma_JM95 · Book&Literature
Not enough ratings
22 Chs

Ch. 22 : Nightmare

Key POV

Ron mengeluh mengenai Naga Hagrid, Nobert "Dia menggigitku" katanya menunjukkan tangan yang dibalut saputangan berdarah.

"Aku tak akan bisa memegang pena selama seminggu, percaya deh Naga itu binatang yang paling mengerikan yang pernah kutemui, tapi jika kau lihat Hagrid memujanya kau akan kira itu anak kelinci, ketika dia menggigitku Hagrid malah menyuruhku menyingkr karena membuat Nobert takut, dia bahkan meninabobokannya, Ugh" oceh Ron.

Ada ketukan dari jendela "itu Hedwig!" seru Harry yang bergegas membuka jendela "Dia membawa surat dari Charlie!" seru Harry begitu membaca amplopnya.

Kami merapatkan kepala untuk membaca surat tersebut.

Hai Ron,

Apa kabar?Terima kasih suratnya. Aku senang-senang saja menerima naga punggung bersirip norwegia itu, tapi tidak mudah membawanya kesini. Kurasa yang paling mudah adalah menitipkannya pada temanku yang akan mengunjungiku minggu depan. Masalahnya adalah mereka tak boleh ketahuan membawa naga ilegal.

Bisakah kau membawa si Punggung Bersirip Norwegia ke menara paling tinggi tengah malam hari sabtu? Mereka akan menemuimu disana dan membawa naga selagi hari masih gelap.

Kirimi aku jawaban secepat mungkin, Salam hangat.

Charlie

Mereka saling pandang, "jubah gaib" kata Harry. "Mestinya tidak sulit jika dua diantara kita membawa nobert dengan jubah gaib" lanjut Hermione.

Aku memerhatikan Sherly yang termangu tak seperti biasanya dia terlihat begitu lelah "Kau kenapa?" tanyaku.

"Dia tidak bisa tidur semalaman, berkali-kali terjaga karena mimpi buruk – mengigau hingga menjerit… Aww" Hermione memekik kesakitan, sepertinya Sherly menginjak atau menendang kakinya.

"Jangan berlebihan… itu hanya mimpi kurasa aku hanya butuh banyak istirahat" ujarnya setenang mungkin sambil meneguk minumannya.

Hermione memutar bola matanya "Tch…. Semalam bukan seperti itu yang kau katakan" sahut Hermione yang segera mendapat tatapan tajam dari Sherly, itu membuatku semakin penasaran dan curiga pada gelagat mereka.

"Kau menyembunyikan sesuatu" tebakku

"Hei itu mimpiku jadi terserah aku, dan aku tak harus menceritakan padamu" jawabnya dengan ketus

"Great... Awalnya kau yang memaksa dan ingin mencampuri urusanku dengan Aragorn kenapa sekarang aku yang tak boleh mengetahui apa yang terjadi padamu, sungguh tak bisa dipercaya" protesku

Ron menggeleng-gelengkan kepala "Ayolah, jangan mulai lagi" sementara Sherly masih tutup mulut.

"Okey, aku akan cari tau sendiri" mataku tertuju pada Hermione. mungkin dia merasakan tatapanku Hermione menelan makanannya buru-buru.

Sherly bangkit dari tempat duduknya "Kalau kau buka mulut sedikit saja, kau akan tahu akibatnya" gertak Sherly. Hermione menatap kami berdua bergantian.

"Hermione... katakan saja - ini perintah" Aku sebenarnya tak suka mengintimidasi sahabatku sendiri tapi apa boleh buat?

"Lakukan hal itu di istanamu sendiri" balas Sherly.

"Hermione" geramku.

"Ini urusan kalian jangan libatkan aku, lebih baik aku tutup mulut tapi jangan kau pikir aku berpihak pada Sherly" putus Hermione dengan mengangkat kedua tangannya tanda menyerah lalu dia bangkit dan pergi meninggalkan kami.

Harry berdiri dan menarik Sherly agar kembali duduk lalu berbisik "Apa kalian lupa seperti apa terakhir kali kalian bertengkar? Sherly–Kau tak sepenuhnya bisa mengendalikan dirimu sendiri apa kau ingin Sauron mengendalikanmu lagi?"

"Dan kurasa kau memang perlu menceritakan masalahmu, selama ini sedikit demi sedikit kita bisa mengatasinya bersama, kan" Kata Ron.

Sherly menggelengkan kepala lalu melirik kearahku membuatku semakin yakin "mimpi burukmu itu… ada hubungannya denganku" tebakku kuamati perubahan raut wajahnya yang tiba-tiba menegang.

"Karena itu kau tak mau mengatakannya padaku, aku pasti dalam bahaya – Kenapa…? kau terkejut bagaimana aku bisa mengetahuinya?"

Sherly tak menjawab "Kau masih tak sadar sejauh mana aku mengenalmu? Seburuk apapun mimpimu kau akan menceritakannya pada orang yang akrab denganmu, tapi kau tak akan pernah mau menceritakannya pada orang yang terlibat dalam mimpimu itu"

Sherly tersenyum "Bagus, dengan begitu aku tak usah menjelaskan padamu lagi"

"Berhenti bersikap seperti ini padaku, aku tak peduli dengan apa yang akan terjadi padaku nanti" kudapati volume suaraku mulai meninggi.

"Mimpi buruk ku memang tentang dirimu tapi bukan tentang apa yang akan terjadi – jadi tak usah terlalu dihiraukan"

Dahiku berkerut heran "maksudmu?" tanyaku binggung namun dia tetap terdiam.

"Aku akan cerita tapi jangan menertawakanku"

Aku melirik Ron dan Harry bergantian dan mereka mengangguk seolah memberi kesepakatan tanpa suara.

"Aku, mimpi kejadian yang sudah pernah kau alami saat kau menyelamatkanku dari Troll hingga nyaris merenggut nyawamu, hanya saja bedanya dalam mimpiku tak ada Hermione dan kalian berdua – sehingga tak ada yang menolongmu"

"Astaga... seharusnya kau tau itu mimpi karena kau sudah mengalaminya lagipula mana mungkin kau mengalaminya lagi apa itu masuk akal?" Ujar Ron berusaha menahan tawa.

Aku tersenyum memikirkan bahwa Sherly mulai khawatir padaku, dia melihatku tersenyum lalu raut wajahnya berubah kesal.

"Sudah kuduga kalian akan mengejekku karena hal ini – Aku ketakutan setengah mati kalian malah..."

Ucapannya terhenti saat aku mendaratkan tanganku mengusap puncak kepalanya, dia tertegun.

"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku" ucapku matanya tertuju pada mataku, tunggu.... aku yakin melihat pipinya bersemu merah barusan

"Uhuk...huk" Sherly terbatuk menutup mulutnya sebagian dari diriku berpikir apa dia sengaja menutupi wajahnya yang merona barusan?

"Apa kau baik baik saja?" tanyaku. Aku memegangi bahunya namun dia segera menghindar.

"Awh..." Sherly mengaduh karena menabrak meja. Aku hendak membantunya namun dia berteriak.

"Jangan bergerak berhenti disitu" Aku menurut, Ron dan Harry terlihat berusaha menahan tawa.

Sherly memejamkan mata kurasa mencoba mengutuk dirinya sendiri. "Ah... aku lupa.... aku sudah janji bertemu seseorang pagi ini"

"Siapa?" tanya Harry sementara Sherly terlihat bingung.

"er... Cedric, ya aku harus bergegas sebelum kelas dimulai"

"Akan kutemani" sahutku, mata Sherly terbelalak dan segera menggelengkan kepala.

"Dia... ingin bertemu denganku saja, jadi untuk apa kau ikut denganku?" rutuknya

"Aku bisa menunggu, kalau kau menyuruhku menjauh dan menutup telinga akan kulakukan, asal aku ikut denganmu"

Sherly mengernyit heran "Dia tak akan menyukai ide itu begitu juga denganku"

"sudahlah... kau jangan bersikap seperti ini, Key – Mereka mungkin membutuhkan privacy" ujar Harry

"Apa???" pekikku kata privacy itu membuatku kesal.

Aku hendak memprotes Harry namun Sherly sudah berlari menjauh dari kami seperti dikejar aparat keamanan.

"Harry – apa kau sengaja melakukannya agar dia pergi" tuduhku.

"Kau lihat dia benar-benar kacau - hampir saja dia pingsan karena malu di depan kita, kau tega sekali"

"Tunggu.... malu kenapa? Karena bermimpi tentang diriku itukah yang membuatnya malu?" Aku tak berpikir kesana.

"Pikir saja sendiri, Apa kau tak lihat dia sudah seperti kepiting rebus hingga salah tingkah dan menabrak meja – dia pasti sangat malu saat ini – aku tak yakin dia sungguh bertemu Cedric jadi kau tak perlu cemas" Harry mengomeliku.

Aku melotot pada Harry "Siapa yang cemas? Untuk apa aku mencemaskannya?"

"Kalau bukan cemas apalagi yang membuatmu kaget seperti itu atau mungkin kau cemburu?" Ron ikut memojokkanku

"Aku??? Yang benar saja" elakku

"Yeah... terserah kau sajalah, apa kita masih tetap disini atau ke kelas?" tanya Ron

"Kalau kalian mau ke kelas pergi saja duluan" mendengar mereka mengajakku ke kelas saja membuatku badmood, bukan karena ini pelajaran Prof. Snape tapi karena dengan asrama mana kita akan mengikuti pelajaran ramuan.

Harry dan Ron memberi tatapan heran "kenapa?" tanya Harry.

"Karena Gryffindor sekelas dengan Ravenclaw" Aku menghela napas panjang.

"Sejak kapan...? maksudku selama ini kita hanya bermasalah dengan Slytherin bukan? mengapa kau merasa terganggu dengan kehadiran Ravenclaw?" Harry hanya mengangguk menyetujui perkataan Ron

"Kalau aku kesana sebelum kelas dimulai Jessica akan menempel padaku, itu membuatku risih" Mengingat hal itu rasanya aku ingin melempar gadis itu jauh-jauh.

"Bukankah dia sudah minta maaf" kata Harry

"Aku tak merasa dia sungguh-sungguh melakukannya – Lagipula dia sengaja mencelakai Sherly kurasa aku tak semudah itu memaafkannya"

Sherly POV

Memalukan..... entah bagaimana aku melakukan hal-hal konyol hari ini. Bahkan rasanya aku tak sanggup menunjukkan wajahku di depan yang lainnya.

"Pabo... pabo... pabo..." makiku pada diriku sendiri sambil menepuk dahiku berkali – kali dengan kesal.

"Haaaah aku pasti sudah gila" teriakku membuat beberapa murid yang melintas dikoridor yang sama denganku menoleh padaku.

Semula memang aku tak berniat menemui Cedric, jujur saja tadi aku hanya mencari alasan agar menghindari teman - temanku. Saat ini langkahku memang membawaku padanya saat kulihat dia sedang berdua dengan Cho Chang, pacar Cedric Diggory tentu saja aku mengurungkan niatku.

"Sherly" Seru Cedric tepat saat aku berbalik hendak meninggalkannya.

Aku menoleh, Cedric memang tersenyum padaku namun setelah membisikkan sesuatu pada Cho Chang, gadis itu memandangku dengan tatapan tak suka tapi segera saja disembunyikan dengan senyumnya saat cedric membelai pipinya. Aku tak menyalahkan Cho Chang karena mungkin aku akan melakukan hal yang sama jika ada yang tiba-tiba datang menggangguku dengan pacarku.

Cedric segera menghampiriku, "kenapa kau pergi? Kau pasti ingin menemuiku, kan?"

"Sepertinya aku menganggu kalian jadi...." Cedric menggeleng tak setuju "Ada apa?" tanyanya.

"banyak hal yang ingin ku ceritakan padamu, tapi sepertinya aku tak bisa menjelaskan semua karena sebentar lagi pelajaran pertama dimulai"

"ceritakan saja ah... atau kau buat resume saja untuk menghemat waktu – atau bertukar buku diary denganku" Cedric tertawa mendengar ucapannya sendiri

"Ha... Ha... lucu sekali" ujarku dengan nada mengejek

Kami mengobrol sambil berjalan "mengapa kita kearah ini?" tanyaku.

"kita bahas sambil mengantarmu ke kelas, kebetulan kelasku juga tak jauh dari kelas ramuan".

"Lalu kenapa kau tadi... berada disini?"

"Cho itu pacarku jadi terserah aku kalau mau menemuinya kapan saja, mengerti" ujarnya sambil mencubit ujung hidungku dengan gemas.

Aku menampik tanganya dengan kesal dan melotot padanya. "Oppa, Semalam aku mimpi buruk... sebenarnya aku pernah mengalami hal tersebut hanya saja keadaannya sedikit berbeda" Cedric mengerutkan dahi.

"siapa yang kau bicarakan?"

"Key..." Aku agak ragu mengatakannya.

Cedric mengumamkan 'oh' tanpa suara. "saat kami diserang Troll seharusnya ada Key, aku, Harry, Hermione, dan Ron disana namun dalam mimpiku tak ada yang menolong kita berdua, Key bahkan tak bergerak seperti orang mati"

"Coba kutebak... Kau merasa Panik"

"Dan ketakutan setengah mati" lanjutku dan mengangguk membenarkan perkataan Cedric "aku mencoba tidur lagi namun aku memimpikan hal yang sama"

Cedric memutar bola matanya "Cobalah sesekali berpikir mimpimu hanyalah mimpi biasa"

"Kau sama saja seperti yang lain".

"Hey... kau sudah mengalaminya dan nyatanya tak seburuk itu keadannya kan? jadi apa lagi yang kau khawatirkan hah??"

Ada rasa kesal karena ucapan Cedric memang ada benarnya lalu mengapa aku sangat khawatir?.

"Ehmm... Mungkin kau ada benarnya sih"

"Mungkin katamu?"

"Ya.... mungkin aku hanya.... " ucapanku menggantung jujur saja aku cemas, tapi aku tak bisa mengakuinya begitu saja.

"Kita bicarakan yang lain kalau itu membuatmu tak nyaman" jangan heran melihat sikap Cedric dia sangat mengerti aku.

"Oppa, ini benar-benar memalukan... aku sudah menceritakan hal ini pada sahabatku termasuk Key" aku menghela napas. "Apa kau tau bagaimana reaksi Key? Dia malah berpikir aku sangat mengkhawatirkannya, sepertinya itu yang membuatku melakukan hal-hal konyol dan memalukan" lanjutku sambil menekan pelipisku

"Jadi maksudmu Key salah tanggap karena mengira kau mengkhawatirkannya? Lalu untuk apa kau menceritakan mimpimu dengan gelisah dan panik seperti ini kalau bukan karena cemas, hah?" Cedric mengetuk-ngetuk pelan kepalaku dengan telunjuknya.

Aku mengacak-acak rambutku frustasi "Ah... Mollaaa, saat dia mengatakan itu... tiba-tiba saja aku melakukan hal konyol yang memalukan - Arghhhh mengapa bisa begini?"

"Kalau kau bersikap gugup, salah tingkah dan melakukan hal yang memalukan dihadapannya, bisa-bisa mereka mengira kau menyukai Key"

"Aku tidak begitu" aku segera menyangkal.

Cedric malah tersenyum jahil "Siapa yang bilang kau suka padanya? Aku hanya mengatakan bisa saja orang beranggapan kau menyukai Key – Lalu apa akibatnya? Penggemarnya akan menerormu seperti beberapa waktu lalu"

Aku melotot padanya "siapa yang mengatakan padamu mengenai hal itu?" aku mencengkram erat lengannya

"sebenarnya aku melihat saat Key memperingatkan Jessica agar tak menyentuhmu – kau tak tahu betapa marahnya dia saat itu Dia bahkan mendorong Jess hingga membentur dinding, dia kasar sekali apa dia lupa yang dihadapinya hanya seorang gadis"

Aku mengeryit, Apa aku tak salah dengar? "Kau membela Jess??? apa pedulimu padanya? kau tak lihat apa yang dia lakukan padaku?" Aku berteriak kesal.

Raut wajahnya cukup terkejut melihat kemarahanku seolah mengatakan 'O Ow... sepertinya aku salah bicara' Cedric melirikku "Saat Kau tak sadar karena racun waktu itu aku sempat sedikit chit chat dengan Key…. Aku yakin dia tak mengatakan hal itu padamu" sebelah alisnya terangkat.

Sial kurasa dia ingin berkelit, "Jangan mengalihkan topik pembicaraan" jawabku ketus meski aku sedikit tertarik tapi aku tidak suka jika dia mengalihkan pembicaraan.

"lagipula aku tak penasaran dengan apa yang kalian bicarakan".

Aku mempercepat langkahku karena masih kesal pada Cedric. "Hey.... jangan membuatku pusing seperti ini?"

"Kau tahu kan Jessica itu juga seasrama dengan Cho apalagi dia wanita, aku juga tak suka kalau Key bersikap kasar"

"Orang yang kau bilang kasar itu justru berusaha membelaku sementara kau...?" Aku tak melanjutkan ucapanku karena terlalu marah pada Cedric.

"Ya... aku salah tak seharusnya aku menyalahkan Key" dia tiba-tiba saja sudah berada dihadapanku menghadang jalanku lalu mencubit kedua pipiku dengan gemas.

"Kau menggemaskan ketika cemberut seperti ini" Cedric tertawa sementara aku memukul-mukul tangannya agar melepaskan pipiku.

"Cedric!!!... hentikan..." Jeritku.

Cedric menggeleng "aku akan berhenti jika kau berhenti marah padaku"

"Cedric!!!" aku memperingatkan lagi

"Bukankah dia minta kau berhenti" terdengar suara Key dari balik punggungku lalu Cedric melepaskan pipiku dan aku menyikut perutnya.

Aku mendapati Key berjalan mendekat bersama Sherena yang memberi tatapan tak suka ke arah kami.

"Aku ke kelas dulu Key" kata Sherena gusar.

"kita pergi bersama aku juga kearah sana" sahut Cedric

"Aku tak suka jika kau berada di dekatku" hardik Sherena

"Oppa... bukankah arah kelasmu sebelah kelas ramuan kenapa malah ke arah sana?" tanyaku malah dibalas Cedric dengan tatapan tajam.

Sherena hanya memutar bola matanya dan pergi meninggalkan kami, Cedric hendak menyusul namun kutahan "Kau berhutang penjelasan padaku, apa masalahmu dengan kakakku" bisikku

"Sher... Aku harus mengejarnya" aku melepasnya dan dia menyusul Sherena.

Aku yakin mereka ada masalah apa mungkin itu alasannya Sherena pergi dari rumah Cedric?.

"Bukankah dia pacar Cho Chang mengapa dia mengejar Sherena dan bercanda denganmu seperti itu" Aku melirik tajam pemlik suara tersebut.

"Bukan urusanmu, wajar aku bercanda dengan Cedric dia sepupuku, kau ingat"

"Bahkan bukan sepupu kandung, lagipula orang yang tidak tahu bisa saja salah paham" lajut Key

"Aku tak peduli, Kenapa Kau belum masuk kelas?" tanyaku heran melihat Key sendirian sementara teman-temannya yang lain tak ada.

"yang lain mana?" tanyaku.

Dia menarik tanganku dan berjalan menuju kelas ramuan "Mereka sudah pergi duluan" jawabnya singkat.

"Karena kau ingin berangkat bersama Sherena?" sindirku yeah barangkali Key sengaja mendekati kakaknya, sementara Key hanya tertawa menanggapiku.

"Apanya yang lucu?" aku mengerutkan dahi.

"Kau tidak sedang cemburu padaku kan" ledeknya

'Pletak' aku memukul kepalanya "ARGHH! Kenapa kau memukulku" teriaknya

"Gunakan otakmu untuk berpikir dengan benar lagipula mengapa aku melakukannya" jawabku sewot

"Tentu saja tidak, kami hanya kebetulan bertemu, sebenarnya aku tak masuk kelas duluan karena kita satu materi dengan Ravenclaw"

"Alasan yang aneh" komentarku

"sebenarnya untuk menghindari Jessica"

Lagi-lagi 'Jessica' mengapa hari ini Cedric dan Key membicarakan gadis itu membuat moodku semakin memburuk saja, Key memperhatikanku "kenapa kau tiba-tiba diam?" tanya Key.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya berpikir" jawabku singkat.

"Jangan terlalu banyak berpikir aku lebih suka kau yang selalu banyak bicara" Ujarnya sambil tersenyum.

"Dari mana saja kalian!" tegur Prof Snape

"er... kami... baru dari perpustakaan Professor" Key berusaha mencari alasan.

Snape melirik tajam pada kami bergantian seakan hendak menguliti kami hidup-hidup.

"Kalian terlambat tiga menit aku akan mengurangi 30 point dari kalian berdua"

"Apa!!! Ini tidak adil" keluhku

"Kalau kau tak ingin point asramamu berkurang lagi maka datanglah tepat waktu Ms. Holmes, segera duduk di tempat kalian masing-masing" Menyebalkan 3 menit? yang benar saja Aku bahkan tak yakin kalau aku benar-benar terlambat.

Snape menyuruh kami mempelajari bahan-bahan dasar ramuan yang umum digunakan, membosankan. Harusnya tadi sekalian saja aku tak ikut pelajaran ini jadi Gryffindor tak kehilangan point aku mendengus kesal.

"Ada masalah?" bisik Hermione padaku.

"Ms. Granger...." Snape memperingatkan, sorot matanya membuatku merinding. Hermione hanya meringis was-was untungnya Snape hanya menegur.

Suasana begitu hening, rasanya ini tak seperti kelas namun area pemakaman, semua hanya mendengarkan suara Snape yang dingin melengkapi keangkeran kelas ini, ketika menjelaskan materi hingga pelajaran usai lalu keluar dari kelas ramuan.

"Sebenarnya kalian berdua dari mana? Kenapa lama sekali untung saja aku tak pergi bersamamu, bayangkan berapa point yang akan hilang dari Gryffindor" desis Ron kesal.

Key tak menanggapi hanya membereskan buku-buku pelajaran ke dalam tasnya, hingga suara lain yang kuyakin itu suara Jess.

"Seharusnya kau dengarkan temanmu yang lain". Kulihat buku jari Key mengeras

"Kalau kulihat... selama kau bersama dia selalu saja ada kejadian buruk menimpamu kan? Bukan begitu Jess" Ujar temannya yang berambut kemerahan aku yakin dia yang bersama Jess tempo hari mengeroyokku.

'BRAKK' aku tersentak kaget melihat Key menjatuhkan buku tebal di meja dengan kasar "Minyingkirlah" geramnya

"Kurasa Vic kurang bisa menyampaikan maksudnya dengan benar kuharap kau tak marah-dia dan aku hanya khawatir padamu" jelas Jessica membela diri.

"asal kalian tau aku tak kunjung masuk ke kelas ini karena aku tau ada kalian disini"

"Apa kau mau bilang, kau menghindariku??" Jessica terlihat Shock "Bukankah aku sudah minta maaf padanya" protesnya sambil menujuk kearahku.

"Ya... tapi itu tak merubah penilaianku padamu Miss. Walkerfield"

"Kau... dia pasti sudah mencuci otakmu" tuduh Jane salah satu teman Jessica yang berambut pirang.

Aku berdiri, apa mereka berniat menguji kesabaranku "Tunggu.... kenapa kalian selalu melibatkan aku – aku bukan satu-satunya orang yang dekat dengannya"

"Tapi kalau Key bersamamu dia selalu dalam masalah" Sahut Vic dengan nada mengejek. Aku hendak maju kupikir menonjok dia lagi tak terlalu buruk. Hermione menahan lenganku.

"Hey... nona-nona kalian salah kalau berpikir Key keluar bersama Sherly, terakhir kami melihat tadi Key bersama Sherena dan seingatku kau bersama Cedric kan Sher lalu bagaimana kalian masuk kelas bersama" Ujar Harry sambil menatapku tajam dan menggeleng pelan, aku mengerti maksudnya dia ingin agar aku tak terpancing emosiku.

Aku mulai merasa seperti direnggut kebebasanku, ini tak adil karena aku terpaksa melenyapkan emosiku sendiri "Aku dan Cedric tadi berpapasan dengan mereka berdua".

"Untuk apa kita jelaskan pada mereka, aku terluka, dalam masalah atau apapun yang terjadi padaku tak ada hubunganya dengan kalian jangan campuri urusan kami". Key memberi isyarat pada kami untuk segera pergi.

Key mengacak-acak rambutnya frustasi "Kuharap hanya mereka fans ku yang gila"

"Gawaaat..." seru Ron tiba-tiba, kami memandang Ron penuh tanya.

"Aku baru ingat – surat Charlie ada dalam buku yang di bawa Malfoy. Dia akan tau kapan kita menyingkirkan Nobert" Wajah Ron terlihat sangat panik

"Sudah terlambat untuk mengubah rencana, kita tak punya cukup banyak waktu untuk mengirim surat lagi pada Charlie. Kurasa kita harus ambil resiko lagipula kita punya Jubah gaib dan Malfoy tak tahu akan hal ini" Kata Hermione dia tampak lebih tenang daripada kami.