webnovel

Harry Potter's Guardian Angels and The Sorcerer's Stone

Saat membaca perkamen itu ia benar – benar terkejut “Big No...... Kau pikir aku mau melakukannya?” Key hanya tersenyum meremehkan, “Hya... kau kira aku bodyguard yang selalu mengikuti Harry Potter kesana kemari – Micheoseo???” Sherly terus meluapkan kekesalannya. “Kalau begitu temui ayahku dan katakan keputusanmu” Key memasang senyuman licik membuat Sherly makin kesal, lalu sesuatu mulai terpikir di benaknya “Key.... bukankah kau seorang pangeran?” Key hanya mengerutkan dahi heran dengan arah pembicaraan Sherly jadi ia hanya diam “Jangan katakan kalau kau yang memprovokasi ayahmu.... kau pikir itu lucu hah!!!” tuduh Sherly da berteriak pada key “Tch..... lalu apa untungnya untukku?? Kau pikir aku mau repot-repot mengantar perkamen kalau bukan ayah yang menyuruhku mana mungkin aku sudi” “Percuma saja aku tidak mau dan tidak tertarik dengan tugas ini, apa kau berniat menjadikanku Bodyguard atau kau pikir aku stalker hah???” “Ahhhh...... sudah kuduga akan begini, sebenarnya sudah kubilang pada ayah agar mengurungkan niatnya menyuruhmu tapi dia tetap bersikeras, ckckckcckck Kau tau kan apa kata ramalan itu.... Pangeran Kegelapan masih ada dan tidak sulit menemukannya karena dia mengincar kehidupannya kembali dan Harry Potter....” “Lalu apa hubungannya denganku?” Ujar Sherly enteng sambil meminum segelas air untuk meredam emosinya. “Jelas sekali kau menolak menjaga Harry karena takut pada Pangeran Kegelapan kan?” “Uhuk......huk....... Mwo????” tiba – tiba Sherly tersedak begitu mendengarnya “Wae??? Kau masih tak mau mengakuinya?” “Nuguya?? Jika yang kau maksud aku, kau salah aku tidak penah takut Voldemort aku hanya.... tidak mau terlihat makin aneh” geram Sherly kesal “itu hanya alasan kan, sebenarnya kau hanya..... takut” “Terserah apa katamu, Kau hanya ingin aku terus membuntutinya kan, okey akan aku lakukan, Apa kau puas sekarang!!!” Sherly melotot dan menggebrak meja lalu pergi..

Emma_JM95 · Book&Literature
Not enough ratings
22 Chs

Ch. 18 : Man In Mask

Key POV

Aku benar benar merasa kesal pada diriku sendiri mengapa begitu mudah marah pada Sherly, padahal berhari – hari ini aku berharap dia sadar. Aku menghela napas panjang, memejamkan mata dan menyandarkan tubuhku di Sofa ruang rekreasi Gryffindor.

"Hey... Key... " samar – samar terdengar suara seseorang padahal sama sekali tak terdengar langkah kaki maupun derit pintu jadi aku tak bergeming.

"Keynand Aldrich... ku hitung sampai tiga kalau kau tak bangun akan kuledakkan kepalamu" serunya kesal, aku tersentak dan mencari sumber suara tersebut begitu terbersit pikiran siapa yang sedari tadi memanggilku, yeah tak ada yang berani membentak seperti itu padaku selain Aragorn.

"Kakak mengagetkanku saja" seruku kesal mengomel pada perapian yang tampak bayang wajah kakakku disana.

"Kemana saja kau? Aku menunggumu cukup lama" dia mendengus kesal

"Aku dari tempat Sherly dirawat, dia sudah sadar"

Aragorn melihatku dengan tatapan curiga, "Melihat bagaimana cemasnya dirimu di surat, mengapa kau tak terlihat senang saat Sherly sadar"

"Jangan sok tau - Hanya lewat surat bagaimana kau bisa tau aku cemas?"

"Huh... kau selalu saja mengelak, Aku ini kakakmu – 'Apa yang terjadi? Bagaimana ini, Apa yang harus kulakukan?' apa namanya kalau bukan cemas, Hah? – Pasti ada sesuatu yang terjadi... Katakan apa yang membuatmu seperti ini?"

"Aku bertengkar dengannya" jawabku singkat

"Hebat... berhari – hari mengkhawatirkannya kau masih sempat bertengkar setelah dia kembali sadar?" Kakakku sepertinya puas mencibirku.

"Itu hal sepele, sebenarnya bukan hanya itu... Ehmm terlalu banyak hal rumit di otakku yang kecil ini - Sherly sudah diberitahu oleh ayahnya mengapa dia pingsan, ini ada hubungannya dengan Sauron".

"Jadi benar dia anak Sherlock Holmes – dengar kalian berdua harus waspada mereka tak akan menyerah begitu saja"

Hal itu juga yang mengganggu pikiranku "Aku masih bingung mengapa harus Sherly – tapi yang terpenting sekarang adalah melindungi Sherly dari Sauron, saat itu mereka bermaksud merusak segel yang dibuat untuk melindungi Sherly, Mr. Holmes juga mengatakan kalau dia butuh waktu untuk menyegel kembali"

"Aku jadi mulai mengkhawatirkanmu... " Ujar Aragorn dia mulai membuatku bingung mengapa justru aku yang dia khawatirkan.

"Aku???" aku tertawa sambil menggelengkan kepala tak percaya.

"Selagi segel itu belum selesai, jangan terlalu memprovokasi emosinya... kalau sampai dia dikendalikan dan Sauron tau siapa dirimu, Kau tidak akan selamat – mengingat kau selalu bertengkar dengan Sherly mungkin lebih baik jika Kau menjaga jarak dengannya"

"Kau tidak bisa mengaturku dengan seenaknya seperti itu – kakak tenang saja Sauron tak akan mengenaliku" Protesku begitu mendengar kalau aku harus menjaga jarak dari Sherly.

"Key… Bukan hal sulit untuk Sauron tahu siapa dirimu yang sebenarnya"

"Meskipun begitu, Aku tidak bisa kalau harus menjauhinya... – Aku akan membantunya tapi bukan dengan lari seperti itu" Aku tetap bersikeras

"Key..."

"Kakak pergi saja..." Aku mengusir kakakku

"Hey dengarkan aku..."

"Kalau kakak tak mau pergi baiklah... aku yang pergi, bye" ucapku lalu beranjak menaiki tangga menuju kamarku dan tak memperdulikan teriakkan kakakku.

Aku tak habis pikir kakak yang selalu mengatakan kalau aku adalah adiknya dan mengenalku dengan baik tapi tak bisa memahamiku sama sekali. Tapi apa separah itu? jika Sauron berhasil mengendalikan Sherly – apa yang terjadi padanya? Apa dia tak bisa berbuat apa – apa untuk melawan?? atau bahkan seperti yang Aragorn bilang dia akan mencelakaiku?

"Tidak.... itu tak masuk akal" aku menggelengkan kepala menyingkirkan pikiran – pikiran negatifku.

Sherly POV

Mataku sangat sulit terpejam mungkin karena sudah berhari – hari tidak sadarkan diri, aku mulai mengutuk diriku sendiri yang telah mengusir teman – temanku hingga aku kini sendirian dan sangat merasa bosan. Aku merasakan angin berhembus, mataku beralih memerhatikan jendela yang terbuka, mungkin hanya firasatku saja yang merasakan ada hal yang aneh seperti ada seseorang yang memerhatikanku.

Aku mencoba bangkit dan berjalan tertatih menghampiri jendela dan menengok ke sekeliling tempat itu, tak ada siapa pun, namun tiba - tiba aku dikejutkan oleh bayangan hitam yang melintas dihadapanku dengan sangat cepat. Aku bahkan tak bisa menerka apa yang baru saja lewat.

Aku mulai merasa penasaran karena keanehan tersebut, jadi kuputuskan untuk keluar dari tempat ini dan mencari tahu. Beberapa bagian tubuhku masih merasakan nyeri namun itu bukan masalah besar, aku harus terus mencari sosok tersebut.

Aku sudah berjalan cukup jauh dari tempatku dirawat, namun tak kunjung menemukan sosok yang kucari, aku mulai mengedarkan pandangan ke segala arah di sekelilingku tiba – tiba sosok tersebut melintas kembali.

"Berhenti... Siapa kau? Mengapa kau mengikutiku?" teriakku, aku tak tahu pada siapa aku berteriak karena sosok tersebut sudah lenyap dari pandanganku.

"Bukankah saat ini kau yang mengikutiku?" Mataku mungkin terbelalak saat ini, suaranya yang mengejutkanku berasal tepat dari balik punggungku.

Aku mempertimbangkan apakah harus berbalik atau tidak. Jadi kuputuskan berbalik badan perlahan. Aku melihat siapa orang tersebut, orang itu memakai topeng perak menutupi sekeliling matanya hanya terlihat bibirnya yang tersenyum licik, dia.... sering muncul dalam mimpiku, reflek yang kulakukan adalah membekap mulutku sendiri agar tidak menjerit dan mengatasi keterkejutanku lalu berjalan mundur.

"Mengapa kau tampak terkejut? Ini bukan pertemuan kita yang pertama kan?"

Apa maksudnya mimpi – mimpiku selama ini nyata?

"Siapa kau? Bagaimana kau bisa berada disini" dia terus melangkah maju perlahan sementara aku mundur untuk menghindari kemungkinan dia menyerangku karena aku tak membawa tongkatku.

"Siapa aku... Ah... aku kecewa kau tak mengenaliku, penjagaan Hogwarts sungguh ketat tapi tak masalah buatku, karena ini misi penting aku harus mendapatkanmu." Ujarnya sambil tersenyum

"Aku tahu kau bekerja untuk Sauron"

"Bisa dibilang begitu... Kuharap kau baik – baik saja apa efek minuman itu terlalu menyakitkan?"

Aku tersenyum getir dan menatap matanya tajam "Jangan berlagak memperdulikanku" kurasa langkahku terhenti karena ada pohon di balik punggungku dia juga berhenti melangkah.

"Jangan salah justru aku sangat peduli padamu… Kau tak percaya? dengar... mari kita buat hal ini sesederhana mungkin – ikutlah bersamaku Sauron akan memberikan apa saja untukmu dan kau tak perlu menderita lagi,"

"Tch... Apa saat ini kau pikir sedang membujuk bayi?"

"Aku tahu kau orang yang keras kepala dan tak mudah dibujuk, kalau kau tak mau melakukannya untuk dirimu sendiri – lakukan demi orang lain, Apa kau ingin orang yang berada disekitarmu ikut celaka?" dia tersenyum licik.

"Kau... menggunakan mereka untuk mengancamku? Wah..."

Aku hendak beranjak dari hadapannya, kurasa aku tak perlu mendengar tawaran atau ancaman apapun darinya, karena aku tak akan berubah pikiran.

"Kau pikir aku main – main?" dia meraih pergelangan tanganku, awalnya kupikir dia hanya ingin mencegahku pergi dan melanjutkan ucapannya, tiba – tiba pergelangan tanganku yang tersentuh olehnya terasa panas seperti terbakar dan nyeri, Aku meringis kesakitan dan menggigit bibirku menahan sakit.

Key POV

Terdengar suara ketukan pintu, lalu pintu kamar terbuka terlihat kepala Harry dan Ron muncul dari balik pintu.

"Apa yang kau lakukan?? Kau melamun?" tanya Ron

"Mungkin... entahlah aku sedang banyak pikiran" jawabku

"Ada berita bagus, kami baru saja mendapat izin untuk membawa Sherly kembali ke asrama". Ujar Harry penuh antusias

"Bagus... mengapa kalian tidak langsung bawa dia kembali ke asrama?"

"Kau ini kenapa??? Kami tak akan melakukannya tanpamu – dia hanya marah sesaat, ayolah..."

Aku tersenyum "bukan itu yang mengganggu pikiranku, hanya saja aku baru saja bertengkar dengan kakakku". Harry dan Ron tampak terkejut.

"Dia kemari...?"Ron terkejut

"Dia menghubungiku dengan cara lain – perapian"

"Lalu...?" Harry menungguku melanjutkannya

"Aku belum bisa menceritakannya sekarang, kita jemput S sekarang sebelum dia mati kebosanan"

"Hermione menunggu di bawah" sahut Ron.

Setelah berjalan menyusuri koridor sekolah kami hampir sampai di ruang rawat, tempat itu terlihat sepi, Apa Sherly tertidur? Tapi pintu terbuka, aku menoleh pada Harry namun dia hanya mengangkat bahu.

"S...." seruku saat memasuki kamar "Kemana dia?" tanyaku saat melihat ranjangnya kosong, mataku mengedarkan pandangan ke sekitar mencari sosoknya.

"Seharusnya dia masih ada disini – Apa dia tau dari orang lain kalau dia diperbolehkan kembali?" pikir Ron.

"tidak mungkin hanya kalian berdua kan yang bertemu Madam Pomfrey" bantah Hermione.

"Apa kalian tak merasa ini aneh?" tanya Harry

Aneh memang.... aku yakin dia masih sakit jika bergerak, jadi... apa yang membuat dia rela beranjak dari sini? "Lebih baik kita cari dia – kita berpencar, Ron dan Hermione biar aku bersama Harry" kami mengangguk serempak.

Kami mencari dari tepi hutan terlarang hingga gedung sekolah, hampir sepanjang koridor, kelas, meskipun kami sadar Hogwarts tidaklah kecil. Aku sangat cemas kalau dia pergi karena kehendaknya sendiri itu tak masalah buatku tapi... kalau ada hubungannya dengan Sauron, kami harus segera menemukannya.

"Dia tak ada dimana pun bagaimana ini?" Kami berempat berpapasan suara Hermione terdengar mulai panik.

"Dia tidak diculik kan?" Harry juga menyampaikan kekhawatirannya

"Itu yang ku khawatirkan" jawabku singkat.

Pandanganku terus mencari kebawah, mungkin akan lebih mudah jika dilihat dari atas sini, Lapangan Quidditch terlihat banyak pemain berlatih, danau dan hutan, terlihat sepi yang ada hanya beberapa murid berjalan – jalan di tepi. Aku mengerutkan dahi ketika melihat ada dua orang disana, terlihat salah satunya berpenampilan aneh di halaman belakang sekolah, tampak orang tersebut sedang menyudutkan seorang gadis dihadapannya, meski dari jauh aku tak mungkin salah lihat gadis itu berpakaian seperti pakaian yang dikenakan Sherly, dia masih memakai pakaian rumah sakit.

Tanpa pikir panjang aku berlari menuju tempat tersebut meskipun agak jauh dari sini, aku harus bergegas.

"Hey... Kau mau kemana?" teriak Hermione

"Key... tunggu.... apa kau menemukannya?" teriak Harry jauh dibelakangku. Aku tak punya waktu untuk menjawab, bahkan aku tak berani menyempatkan diriku untuk sekedar berpikir, aku takut terlambat, aku takut dia celaka jadi aku terus berlari menuju halaman belakang sekolah.

"Argh...." terdengar jeritan kupercepat langkahku.

Seperti dugaanku Sherly terlihat kesakitan di genggaman pria yang memakai topeng itu.

"Hentikan!!! SINGKIRKAN TANGANMU DARINYA" Teriakanku membuatnya mengalihkan pandangan kearahku, dia tampak tersenyum.

"Wah... aku sungguh terkesan bagaimana kau bisa sampai disini"

"Lakukan saja apa yang ku katakan, SINGKIRKAN TANGANMU DARINYA" Aku mencengkram erat tongkatku, kalau dia tak bergeming aku harus menyerangnya, tapi bagaimana aku melakukannya tanpa melukai Sherly?

"Siapa dia?" terdengar suara kebingungan dari teman – temanku.

"Kalau aku tak melakukannya apa yang akan kau lakukan, Jeonha??" ada senyuman licik terpancar di wajahnya.

"STUPEFY" aku mengayunkan tongkat dan menyerangnya, dia terpental beberapa meter dari tempatnya berdiri, Sherly terjatuh aku menghampirinya namun pria itu melucuti tongkat kami berempat "Expeliarmus!!!" Dia juga berjalan mendekat.

"Kau pikir bisa menyingkirkanku dengan mudah?" Dia mengacungkan tongkat tepat di depanku. lalu menyerangku bukan dengan tongkat sihir namun dia memukul wajahku aku membalas sekali hingga tanganku berdarah karena mengenai topengnya, tapi dia malah balas memberiku dua pukulan beruntun hingga aku terjerembab terdengar Hermione menjerit karena ngeri.

"Lakukan sesuatu..." samar – samar terdengar suara panik Hermione

"tapi tongkat kita..." gumam Ron

"Ron... mereka juga tanpa senjata jadi apa bedanya" kulihat Harry dan Hermione mendekat hendak menyerang.

"Berhenti..." Ujarku berusaha mencegah

"Kalian dengar, ini adalah urusanku dengannya sudah lama aku ingin menghajarnya" Dia menatapku penuh kebencian. sudah lama??? Mengapa dia terdengar begitu membenciku bukankah kita baru sekali ini bertemu.

Aku merasa agak pusing dan aku yakin sudut bibirku berdarah sekarang, dia menghampiriku lagi kurasa dia masih belum puas menyerangku. Aku berusaha berdiri namun Sherly tiba – tiba saja sudah berada di hadapanku menghalanginya.

"Hentikan... aku tak akan membiarkanmu melukainya lagi" ujarnya

"Kalian berdua benar – benar membuatku kesal, bukankah tadi kau bilang aku hanya mengancam, sekarang kau tahu kan aku tidak main – main. Sudah kukatakan akan lebih mudah bila kau ikut bersamaku? Aku tak akan melukai siapapun" dia menatap Sherly tajam, kurasa dia sudah mengancam Sherly sebelumnya.

Pria itu menyambar dan menarik lengan Sherly, kejadiannya begitu cepat tanpa pikir panjang aku menggerakkan telapak tanganku gerakan seperti menghempaskan sesuatu yang tak kasat mata, alhasil pria bertopeng itu terhempas dan jatuh tersungkur di tanah.

"Jadi benar kau putra Arathorn... tadinya kukira Sauron berbohong padaku soal itu, Menarik" Aku seharusnya tak melakukan hal itu, tapi aku terpaksa menggunakan kemampuanku yang selama ini aku sembunyikan dari orang lain.

"Ayo, kita pergi..." Aku mengulurkan tangan pada Sherly dan mengajaknya kembali, Sherly menatapku tegang mungkin terkejut dengan apa yang kulakukan barusan namun dia menerima uluran tanganku.

Pria bertopeng itu terlihat mulai bangkit kembali namun aku menggerakkan telapak tanganku lagi dan membuat gerakan mendorong sekuat tenaga, dia pun seolah terdorong tembok tak kasat mata dan menjauh.

"Ba... bagaimana kau bisa melakukannya?" tanya Ron masih takjub.

"Nanti kujelaskan, kita pergi dari sini aku tak mau melihat orang itu lagi" entah mengapa Aku merasa tak bisa berjalan lurus nyaris tak bertenaga.

"biar kubantu..." Sherly menawarkan diri memapahku, aku tersenyum melihatnya.

"Kau... bahkan terlihat pucat – Harry dan Ron bisa melakukannya untukku"

"Tentu Yang Mulia" ujar Ron dengan nada dibuat – buat layaknya di film kolosal, sementara yang lain tertawa.

"Jangan pernah menyebutku seperti itu – Mengerti. bahkan jika itu hanya bercanda" aku memperingatkan.

Kami menuju asrama dan mencari tempat yang agak sepi, Hermione datang membawa obat untuk lukaku. Harry mengoleskan obat di tanganku.

"Argh..." pekik ku saat kurasakan pedih.

"Sebenarnya topengnya terbuat dari apa sih? Hingga tanganmu seperti ini" pikir Harry sedangkan aku meringis menahan sakit.

"Jangan bersikap sok jagoan lagi, akhirnya jadi begini kan" keluh Sherly sambil menarik daguku mendekat.

"Aku tidak begitu..... Hey... apa yang kau lakukan?" protesku melihat wajahnya mendekat padaku sungguh membuatku gugup.

"Kau pikir apa yang mau kulakukan? Tentu saja mengobati lukamu" Dia mengobati pipi dan sudut bibirku yang luka.

"Aw... pelan – pelan! Sebenarnya apa yang terjadi mengapa tiba – tiba kau ada disana?"

Sherly memutar bola matanya dan menghela napas panjang

"Bisakah kita berhenti membahas itu sekarang?"

"tidak bisa – kalau kau tak mau menceritakannya pergi saja aku bisa mengobati lukaku sendiri" Sherly terlihat cemberut mendengar ucapanku

"ceritakan saja" desak Hermione

"Aku merasa ada seseorang yang mengintaiku, jadi aku mengejarnya, lalu dia mengajakku ikut dengannya"

"dan mengancam mu" tebakku

"Aku yakin dia hanya menggertak jangan diambil pusing"

"Dia mengancam akan melukai orang lain agar kau bisa bergabung kan?" tebak Hermione.

Ekspresi Sherly berubah mengeras, sepertinya hal itu benar "Aku bisa menangkap dari pembicaraan kalian tadi" lanjut Hermione

"Jangan lakukan hal itu lagi, meski dia mengancam mu dengan apapun meski dia akan melukai siapa pun itu jangan perdulikan. Apa lagi ikut campur saat aku berkelahi dengannya seperti tadi, itu sangat berbahaya – bagaimana jika tadi kau benar – benar dibawa kabur?"

"Apa aku harus diam saja melihat dia menyakitimu? Kau pikir aku patung? Aku juga punya perasaan mana mungkin aku diam saja"

"Apa kau tak merasa ada hal yang aneh?" tanya Ron tiba – tiba

"Saat melihat kau dan dia berkelahi aku menyadari tatapan dia padamu sungguh mengerikan, dia sepertinya sangat membencimu Key" tambahnya

"Tentu saja aku menyadarinya karena itu aku menyuruh kalian untuk tidak ikut campur"

"Mian... sekali lagi, karena diriku semua jadi seperti ini" Ujar Sherly dengan wajah menyesal

"Dari pada kau mengucapkan maaf aku lebih senang jika kau mengucapkan terima kasih"

Sherly tersenyum mendengar ucapanku, entah mengapa aku baru menyadarinya, Aku melihat sesuatu yang aneh di lengan Sherly.

"S... Ada apa dengan lenganmu?" Senyumannya berubah cemas dia menyembunyikan lengannya dariku.

"Bukan apa – apa" jawabnya, Harry yang berada di sampingnya juga merasa penasaran menarik lengan Sherly, meski dia agak menolak memperlihatkannya

"Sejak kapan leganmu begini?" tanya Hermione.

Terdapat guratan – guratan aneh disana agak kemerahan seperti baru disayat di kulitnya.

"dari mana kau mendapatkannya?" tanya Key

"Molla... Aku tak tahu pasti kapan aku mendapatkannya, tapi kurasa ini muncul setelah pria itu mencengkeram lenganku" jadi itukah mengapa dia menjerit? Pasti sangat menyakitkan.

"Apa mungkin kau tahu apa ini? Sekarang tak terasa tapi tadi saat dia mencegkramnya Ah.. sungguh menyakitkan"

"Kau bisa tanyakan pada Aragorn" usulku, Sherly hanya mengedipkan mata seperti heran padaku.

"Aku??... bukankah disini ada adiknya, mengapa tak kau tanyakan saja padanya, eoh" Sherly menatapku heran

"Shiro... lakukan sendiri jangan katakan jika pria itu tahu siapa diriku yang sebenarnya apalagi tentang aku berkelahi dengannya"

"Membingungkan sekali banyak hal yang tak boleh ku katakan tapi kau tak mau mengatakan sendiri padanya" keluh Sherly kesal

"Dia seperti itu karena dia dan kakaknya berteng..." Aku buru – buru membekap mulut Harry dan tersenyum.

"jangan dengarkan dia" kataku

Dia memukul bahuku dengan tangannya "Kau pikir dengan membekap mulut Harry aku tak tahu apa maksudnya, Hah?" omelku

"Mengapa kalian bertengkar?" tanya Sherly

"Bukan urusanmu" jawabku

"Mwo?? Kau!!!" protesnya.

"Stop!!!" teriak Hermione lalu menatapku dengan tajam "Key... ada hal yang dari tadi ingin ku tanyakan padamu – bagaimana kau bisa melakukannya? Bagaimana kau bisa melakukan sihir tanpa menggunakan tongkat?"

"Aku... " aku bingung bagaimana harus menjelaskannya ini rumit

"Kau sudah berjanji" ujar Harry

"Sebenarnya seberapa banyak rahasia yang kau tutupi?" Ron juga mulai memojokkanku.

"Mungkin dia melakukannya karena memang harus begitu, bukan berarti dia bermaksud menutupinya" Sherly membelaku

Aku hanya heran mengapa Sherly tak ikut menyudutkanku "Aku diberi ayah kemampuan itu untuk melindungi diri disaat – saat darurat terutama ketika tak ada yang melindungiku, tapi sebenarnya aku harus merahasiakan hal ini"

"Kau... Dasar ceroboh...." Sherly berubah marah padaku "Jika memang begitu mengapa kau menunjukkan pada pria itu kalau kau bisa melakukannya, pantas saja dia sadar kalau kau Putra Arathorn"

"Aku tak peduli dengan itu, aku tak bisa berpikir sama sekali dia nyaris membawamu, menurutmu apa yang bisa kulakukan?" Dia tak menjawabku hanya menatapku.

"Wow...wow mengapa semua berubah jadi tegang seperti ini?" Ujar Ron sambil melirik kepadaku dan Sherly bergantian

"Aku, akan beristirahat di kamar" Aku beranjak dari hadapan Sherly jika sudah seperti ini biasanya waktulah yang akan mengembalikan ketenangan emosi kami.