webnovel

Harry Potter's Guardian Angels and The Sorcerer's Stone

Saat membaca perkamen itu ia benar – benar terkejut “Big No...... Kau pikir aku mau melakukannya?” Key hanya tersenyum meremehkan, “Hya... kau kira aku bodyguard yang selalu mengikuti Harry Potter kesana kemari – Micheoseo???” Sherly terus meluapkan kekesalannya. “Kalau begitu temui ayahku dan katakan keputusanmu” Key memasang senyuman licik membuat Sherly makin kesal, lalu sesuatu mulai terpikir di benaknya “Key.... bukankah kau seorang pangeran?” Key hanya mengerutkan dahi heran dengan arah pembicaraan Sherly jadi ia hanya diam “Jangan katakan kalau kau yang memprovokasi ayahmu.... kau pikir itu lucu hah!!!” tuduh Sherly da berteriak pada key “Tch..... lalu apa untungnya untukku?? Kau pikir aku mau repot-repot mengantar perkamen kalau bukan ayah yang menyuruhku mana mungkin aku sudi” “Percuma saja aku tidak mau dan tidak tertarik dengan tugas ini, apa kau berniat menjadikanku Bodyguard atau kau pikir aku stalker hah???” “Ahhhh...... sudah kuduga akan begini, sebenarnya sudah kubilang pada ayah agar mengurungkan niatnya menyuruhmu tapi dia tetap bersikeras, ckckckcckck Kau tau kan apa kata ramalan itu.... Pangeran Kegelapan masih ada dan tidak sulit menemukannya karena dia mengincar kehidupannya kembali dan Harry Potter....” “Lalu apa hubungannya denganku?” Ujar Sherly enteng sambil meminum segelas air untuk meredam emosinya. “Jelas sekali kau menolak menjaga Harry karena takut pada Pangeran Kegelapan kan?” “Uhuk......huk....... Mwo????” tiba – tiba Sherly tersedak begitu mendengarnya “Wae??? Kau masih tak mau mengakuinya?” “Nuguya?? Jika yang kau maksud aku, kau salah aku tidak penah takut Voldemort aku hanya.... tidak mau terlihat makin aneh” geram Sherly kesal “itu hanya alasan kan, sebenarnya kau hanya..... takut” “Terserah apa katamu, Kau hanya ingin aku terus membuntutinya kan, okey akan aku lakukan, Apa kau puas sekarang!!!” Sherly melotot dan menggebrak meja lalu pergi..

Emma_JM95 · Book&Literature
Not enough ratings
22 Chs

Ch. 11 : Kekacauan DI Malam Halloween

Key POV

Pagi ini aku terbangun dengan kondisi mengantuk, kurasa aku kurang tidur bayangkan saja berkeliaran tengah malam mengendap – endap dari Filch bahkan berlari dari Anjing besar berkepala tiga sangat melelahkan tak sebanding dengan tidurku yang hanya beberapa jam saja.

"Key... ini untukmu" Kevin menyodorkan beberapa kotak kado dan surat "Kutemukan di depan pintu kamar, hebat tampaknya mereka menyukaimu"

"Fans" Aku mengoreksi "Yeah terserah kau sajalah" Junho mengangkat bahu

"Ayolah, sebaiknya kau bergegas aku sudah lapar" Aku mendorongnya keluar kamar dan berjalan menuju Aula.

"Hey kemana saja kau semalam aku tak melihatmu di kamar" Kevin memang selalu tidur larut malam tentu saja di menyadari hampir semalaman aku tak ada di kamar.

"Ha... Kau tidak kencan selarut itu kan? Kulihat kemarin Jess mengajakmu..."

"Rupanya diam – diam kau memata – mataiku, tapi sayangnya tidak Aku tak akan pergi kemana pun dengan Jess – semalam aku hanya mencari inspirasi Aku tak mungkin menceritakan yang sebenarnya pada mereka.

Kami sampai di Aula dan bergabung dengan yang lain di meja Gryffindor. Kulihat Malfoy tampak terkejut melihat Harry dan Ron mungkin dia kecewa karena kami belum dipulangkan karena melanggar peraturan. tatapanku berkeliling mencari Sherly tapi malah tak sengaja melihat Jessica, dia melambaikan tangan kearahku – aku hanya tersenyum.

"Kelihatannya kencan kalian berjalan mulus" Aku menoleh, Sherly baru saja duduk lalu mengambil makanan dan melahapnya dengan lesu.

"Maksudmu Jess?" Aku tertawa "Ayolah, dia baru menyapaku kemarin dan kau pikir aku berkencan dengannya?"

"Kau harus lihat Kado dan surat yang kami temukan di depan kamar, semua untuk Key, itu tidak adil" Junho berbisik pada Sherly

"Begitu MV release dan BOOM dia jadi pangeran di sini" Kevin menambahkan

"lagipula dia memang pangeran" Sontak aku menoleh pada Sherly "bukankah begitu?" Aku bingung mengapa dia mengungkap rahasiaku

"Apa yang kau bicarakan?" ujarku namun kulihat dia tak menanggapiku.

"Sherly benar... tanpa ada video itu pun orang pasti akan tergila – gila padamu" Ji Hyun angkat bicara aku menghela napas lega.

"Liburan Natal kita mendapat ajakan perform di acara musik dan apa kita akan menerima tawaran ini?" tanyaku.

"Yeah, sepertinya jatah libur kita akan hangus" sahut kevin

"lakukan saja, lagipula tak ada hal menarik yang aku lakukan saat itu" gumam Sherly sambil terus mengaduk – aduk makanannya, aku heran dia hanya mempermainkan makanannya. Aku tahu kedua orang tuanya bekerja di Kementrian Sihir dan terlalu rajin sehingga jarang ada waktu luang untuknya, karena itu adikku Lizzy sering mengajaknya ke Gondor.

Seperti biasa kalau sudah jam segini ratusan burung hantu akan memenuhi aula dengan berbagai kiriman. Semua perhatian siswa tertuju pada sebuah paket besar yang dibawa puluhan burung hantu yang mengejutkan paket itu mendarat di meja kami ada surat juga diatas paket tersebut.

Harry membaca surat itu, ekspresi takjub nampak di wajahnya lalu ia memberikan secarik kertas tersebut pada Ron.

"Wow Nimbus 2000 – Aku tak pernah menyentuhnya" Aku merenggut kertas tersebut dari Ron lalu membacanya, Sherly berada dibelakangku ikut membacanya.

JANGAN BUKA PAKET INI DIATAS MEJA

Ini sapu terbang Nimbus 2000 tapi aku tak mau temanmu yang lain tau, kau mendapat sapu atau mereka menginginkannya. Oliver Wood akan menemui nanti malam di lapangan Quidditch, jam 7.00 untuk latihan sesi pertama.

Professor McGonagall

"Kita harus segera keluar dari aula" bisik Sherly. Kami mengangguk setuju.

Kami meninggalkan aula secepatnya namun di tengah jalan kami bertemu Malfoy, Crabbe, dan Goyle. Malfoy memerhatikan paket tersebut.

"Itu sapu terbang" tebaknya "Kau dalam masalah kali ini Potter. Tahun pertama tak diperbolehkan membawa sapu terbang"

"Ini bukan sapu terbang lama, ini Nimbus 2000" Kata Ron "kau bilang apa yang kau miliki di rumah, Komet dua enam puluh?" Ron tersenyum lebar pada Harry "Komet terlihat norak tapi tak sekelas Nimbus" Ron terlihat puas mengolok Malfoy kali ini.

"Apa yang kau tahu Weasley? Kau bahkan tak mampu menanggung setengahnya, Kutebak kau dan saudaramu mengumpulkan ranting demi ranting" balas Malfoy.

"lalu apa yang bisa kau lakukan? merengek untuk mendapatkannya? Itu bahkan lebih menyedihkan" cibir Sherly.

Sebelum Malfoy sempat menjawab Professor Flitwick datang. "Kuharap kalian tidak bertengkar, Nak" tegurnya.

"Potter mendapat kiriman sapu terbang Professor" Malfoy mengadu.

"Ya... ya tentu saja, Prof. McGonagall sudah mengatakan padaku semua tentang keadaan special Mr. Potter, dan Model apa itu?" tanya Prof Flitwick

"Nimbus 2000, pak" kata Harry, terlihat sekali dia menahan tawa menatap raut wajah Malfoy.

"Harry sangat berterima kasih padamu Malfoy, semua ini berkat kau" Aku menambahkan, Malfoy memberiku tatapan menusuk lalu berlalu pergi.

Kami melanjutkan langkah kami ke lantai atas "Ya kau benar, jika dia tidak mencuri Rememball Neville Aku tak akan bergabung di team..." ujar Harry

"Jadi kau pikir itu penghargaan untuk melanggar peraturan?" terdengar suara penuh amarah dari belakang, Hermione menatap paket di tangan Harry.

"Ku pikir kau tak akan bicara dengan kami lagi." Kata Harry

"Ya, jangan hentikan – itu usaha yang bagus" tambah Ron. Hermione hanya mendengus kesal dan pergi.

Sherly POV

Malam ini Harry menjalani latihan sesi pertama Quidditch bersama Oliver Wood, aku sedang membaca novel di ruang santai Gryffindor.

"Kau masih marah padaku" terdengar suara Key dari belakang

"Kenapa kau pikir begitu?" tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku dari buku yang sedang kubaca.

"Aku mengenalmu" aku hanya diam tak menjawab "sebenarnya kau kenapa? Kalau kau marah padaku tak perlu mengatakan bahwa aku pangeran pada semua orang" Aku menutup bukuku.

"Kau terlalu berlebihan meski kau pangeran toh tadi tak ada seorang pun yang percaya dan benar – benar menanggapi ucapanku kan"

"Ya, dan apa kini kau berniat mengatakan pada semua orang kalau aku... dengar sebenarnya apa yang membuatmu kesal"

Sebenarnya aku tak yakin apa yang membuatku kesal, aku hanya mengatakan hal itu begitu saja ketika Kevin dan Junho yang menceritakan kepopuleran Key – bukan bahkan sebelum itu aku yakin aku sudah kesal padanya saat Jess menyapanya dan Key tertawa ketika kita membahas Jess, sebenarnya apa yang terjadi padaku?

"Kenapa kau malah melamun?" tegur Key yang menyadarkanku dari pikiran – pikiran anehku.

"Itu semua karena kau, bukankah Ayahmu menyuruhku melindungi Harry kenapa kau mencegahku jadi orang ketiga hah? Malah menawarkan diri sendiri, kalau kau memang berniat melindungi Harry kenapa tak kau ambil alih saja peranku, kenapa kau lakukan itu?" setelah aku mengoceh seperti itu dia malah berubah jadi gugup.

"Entahlah.... mungkin er... jiwa kesatriaku tiba – tiba kambuh yeah sifat khas seorang pangeran bukan?" tawaku meledak mendengar jawabannya.

"Sudahkah kau minum obatmu? Syndrom pangeranmu itu kelewat parah"

"Ini bukan syndrom aku pangeran sungguhan" Key membela diri

"Sayangnya tak ada yang percaya" aku menggeleng dan tertawa meledeknya

Mungkin aneh bukankah aku tadi kesal padanya tapi dalam hitungan menit dia mampu membuatku tertawa seperti ini.

"Dengar, kalau pun aku bisa mengambil alih peranmu untuk melindungi Harry akan aku lakukan, tapi kau tau kan seperti apa ayahku - dia keras kepala".

"Terdengar seperti sifat orang yang sangat kukenal" sindirku

"Ya, kalau yang kau maksud itu aku...." tiba – tiba pintu terbuka.

"Kalian belum tidur?" tanya Harry

"Ya, kami hanya mengobrol" sahut Key

"Bagaimana latihanmu?" tanyaku "Oliver mengajariku dengan baik" Ujarnya

"Kurasa aku mulai mengantuk, aku ke kamar good night" Kata Key.

Pagi di hari Halloween, hari ini membuatku gugup dan takut tapi aku jelas tak tahu atau lupa apa sebabnya. Seluruh kastil berhias pernak – pernik Halloween termasuk di Aula dan sepanjang koridor. Prof. Flitwick mengumumkan akan mengajari kita bagaimana membuat benda melayang. Flitwick menyuruh kami mempraktekkannya dengan seorang partner. Harry dengan Seamus Finnigan (yang diganti karena tadi Neville nyaris mencolok mata Harry).

Ron bagaimanapun harus berpartner dengan Hermione, mereka pasti tidak menyukai keputusan Prof. Flitwick. Karena sejak Harry menerima sapu terbang mereka tak saling bicara. Jess nyaris melonjak kegirangan bergitu Professor menyebut nama Key sebagai partnernya suara gaduh kekecewaan juga muncul dari siswi yang lain. pemilihan partner menyebalkan lainnya dari Flitwick Malfoy jadi partnerku hebat bukan?

"Sekarang, jangan lupakan ayunan indah pergelangan tangan yang kita praktekkan". Kata Flitwick.

Hasil praktek Seamus membuat bulu tersebut terbang namun terbakar seketika.

"Jangan perhatikan mereka, kita akan lakukan dengan baik – biar kuperlihatkan padamu" kata Malfoy.

"Tutup mulut besarmu" aku tak benar – benar memperhatikan Malfoy, karena mataku justru tertuju pada Key yang membimbing Jess mengayunkan tangan aku yakin Jess pura – pura tak bisa agar Key membantunya. Key membantu Jess melakukannya dengan baik tapi Hermione bisa melayangkan bulu tersebut jauh lebih tinggi Prof. Flitwick terkagum membuat Ron terlihat kesal.

"Apa kau juga mau dibimbing seperti Jess? Bulu ini akan melayang lebih tinggi dari milik Granger" ujar Malfoy, kurasa dia melihatku yang memperhatikan Jess

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku terkejut begitu Malfoy meraih pergelangan tanganku dan mengayunkannya aku memberontak "Lepaskan!!" bentakku

"Biar aku membantumu" Dia tak melepaskannya jadi terpaksa aku menggigit tangannya agar dia melepaskanku "Aw!!!" jeritnya.

Semua murid tiba – tiba memandang kearah kami kulihat Key menghampiriku "Kau baik – baik saja?" tanya Key memastikan keadaanku.

"Hey Bung dia yang menggigitku dan kau menanyakan keadaannya" protes Malfoy

"Kalian jangan hanya membuat keributan, Miss Holmes kulihat kau belum mempraktikkannya, pelajaran hampir usai berapa nilai yang harus kuberikan padamu" kata Professor Flitwick. Aku memungut tongkatku yang terjatuh dengan kesal – pada siapa? Pada Jess, Key, Malfoy termasuk Professor Flitwick sekalipun.

"Wingardium Leviosa!" Aku membuat bulu tersebut melesat tinggi dan bergerak kesana – kemari mengikuti ayunan tongkatku.

"Daebak" gumam Key. Aku berjalan ke arah Malfoy "Dengar, Kau tak perlu repot – repot membantuku, urus saja dirimu sendiri" aku mendorongnya menjauhiku.

"Berapa nilai untukku Professor?" prof. flitwick masih terpaku "sempurna, Nak"

Aku merengkuh tas dan buku lalu pergi meninggalkan kelas menuju Aula, "Kau hebat aku lega ada yang lebih baik dari Granger, tak heran jika tak ada yang mau bersamanya - dia adalah mimpi buruk". Gumam Ron. Aku tak menjawab sebab aku merasa bisa meledak sewaktu – waktu walau dengan sedikit pemicu, seseorang menerobos melewati kami, itu Hermione dia tertunduk menutupi wajahnya yang menangis.

"Kurasa dia mendengarmu" Kata Harry

"Jadi?" meski Ron berkata seperti itu tapi dia terlihat tak nyaman "harusnya dia merasa kalau dia tak punya teman"

"Sebenarnya apa yang dilakukan Malfoy padamu?" tanya Key mengalihkan pembicaran kami. "ya hingga kau menggigitnya" tambah Ron penasaran.

Ya ini pemicu amarahku aku tak bisa mengontrolnya aku berpaling menghadap Key dan ucapanku meluncur begitu saja "bukankah yang Malfoy lakukan sama seperti yang kau lakukan pada Jessica Walkerfield"

"Sherly matamu..." seru Ron. Aku tak paham apa maksudnya.

"Yang kulakukan pada Jess??... tunggu apa kau marah?" tanya Key ragu

"Cukup, hentikan obrolan konyol ini" bentakku

"Lupakan, kuharap kau tenang... " kata Harry panik

"Harry, kubilang cukup...." jeritku

"Baik aku diam" sahut Ron yang terlihat ketakutan, amarahku yang tiba – tiba meluap membuatku sesak, sikap mereka aneh terhadapku rasanya aneh mereka terlihat waspada dan takut padaku.

"Dengar S... kita tak akan membicarakan Jess dan Malfoy lagi– matamu berubah lagi tepat saat kau marah, kau yakin baik – baik saja?" Aku bingung mendengar ucapan Key dan mencoba mencerna perkataannya.

"Fiuh... syukurlah matamu sudah kembali normal" kata Harry.

"Aku harus segera menanyakan hal ini pada Aragorn"

"Jangan... kumohon" Aku takut... jika mimpiku beberapa hari lalu ada hubungannya dengan ini, bagaimana Aragorn akan menanggapi semua ini aku belum siap menghadapinya.

"Kalian mau menjelaskan padaku siapa Aragorn?" tanya Ron

"Dia Kakakku" jawab Key mulai gelisah "lalu apa hubungannya dengan..." Harry bertanya tapi terpotong.

"Aku akan menceritakannya... tapi tidak sekarang – aku bahkan belum yakin" sahutku.

Saat makan malam Parvati dan Lavender membicarakan Hermione yang menangis sepanjang hari di Kamar mandi dan ingin ditinggalkan sendiri.

"Kurasa nanti aku harus bicara dengannya" kataku agak simpati. Saat kami sedang menikmati makan malam kami tiba – tiba Professor Quirrell berlari masuk ke aula menuju kursi Professor Dumbledore raut wajahnya dipenuhi ketakutan

"Troll –di bawah tanah, Kupikir kalian perlu tau" dia tersungkur pingsan dan terjadi keributan namun prof. Dumbledore mengayunkan tongkat dan cahaya ungu bersinar membuat seisi aula hening.

"Prefek! Pimpinlah asrama kalian ke menara masing – masing"

Percy, kakak Ron memandu kami dan meyakinkan kami agar tetap tenang dan kami akan aman jika tetap bersama barisannya.

"Bagaimana bisa troll masuk?" Harry bertanya sambil menaiki tangga.

"Jangan tanya aku, mereka dianggap bodoh" Kata Ron "mungkin Peeves memasukkannya sebagai lelucon Halloween"

"Troll, entahlah aku merasa dejavu" gumamku, Harry mencengkram lenganku

"Aku hanya memikirkan – Hermione" katanya

"Bagaimana dengannya" Key memandang kami bergantian

"Dia tak tahu sama sekali kalau ada Troll disini" Ron menggigit bibirnya.

"Baiklah, sebaiknya Percy tak melihat kita, ayo!" aku memandu mereka keluar dari barisan Percy dan menyelinap menuju Kamar mandi perempuan.

Ada seseorang melintasi koridor kami mengira itu Percy tapi ternyata bukan, orang itu Professor Snape tambahnya

"mengapa dia tidak berada di bawah tanah bersama pengajar lain?"

"Dia menuju koridor lantai tiga" Aku terlalu terkejut "Apa kau mencium sesuatu?" tanyaku karena baunya sungguh mengerikan terdengar langkah kaki raksasa Ron menunjuk ke satu titik dan tampak bayangan besar membawa pemukul bisbol lalu makhluk itu masuk ke toilet.

"Ada kuncinya – kita bisa menguncinya" Harry bergumam

"ide bagus" ujar Key penuh semangat. Kami melangkah sepelan mungkin menghindari kewaspadaan Troll kemudian mengunci pintu toilet tersebut.

"Yes" seru kami nyaris bersamaan dan tersenyum puas, tiba –tiba terdengar jeritan perempuan dari dalam ruang tersebut. aku membekap mulutku sendiri yang nyaris ikut menjerit. "Oh No!!" kata Ron wajahnya berubah sepucat Baron berdarah.

"suara perempuan di kamar mandi itu" ujarku panik

"HERMIONE" seru kami bersamaan

Harry membuka kembali kunci dan mendorong pintu kamar mandi itu hingga terbuka, terlihat Hermione yang meringkuk di dinding berlindung di bawah wastafel Troll memukul – mukul wastafel tersebut dengan pemukul bisbol.

"Aku pernah melihat ini" gumamku

"tak ada waktu untuk mengingatnya, kita harus selamatkan Hermione" sergah Key.

"Buat dia bingung, Ron" Harry menyuruhnya.

Ron mengolok Troll itu hingga menyita perhatiannya, berhenti mendekati Hermione dan berkedip seperti makhluk tolol. Harry mendekat perlahan untuk menyelamatkan Hermione.

"aku akan melindungimu dari belakang" bisikku

"kau tau ini berbahaya" sahut Key

"Karena itu pikirkan sesuatu" desakku.

"Nen...?" usulnya. "aku pemula tapi... patut dicoba"

Aku maju kedepan dan merentangkan tangan melindungi Harry yang bergerak kesamping untuk menyelamatkan Hermione, aku menfokuskan pikiranku mencoba mengumpulkan dan membangun medan energi disekitar kami agar troll tak bisa menyentuh kami sedikitpun.

"Ayo, Lari....lari...." teriak Harry dan mencoba meraih lengan Hermione.

Troll mendengar teriakan itu dan perhatiannya beralih pada kami Makhluk itu terlihat geram dan memukul berkali – kali dinding pelindung yang kubuat tapi tak mampu menghancurkannya. Aku teringat kejadian ini sama persis dengan visi yang kulihat saat membeli tongkat sihir begitu menyadari apa yang akan terjadi konsentrasiku buyar dan menoleh ke arah Key untuk memastikan keadaanya.

Pelindungku menjadi rapuh pukulan Troll itu pun menghancurkannya mungkin juga karena pikiranku yang terpecah dan aku jatuh berlutut di lantai aku merasa ngeri menyadari apa yang akan terjadi padaku, aku hanya memejamkan mata dan menjerit. Tubuhku terdorong kebelakang terjerembab, kudengar jeritan Hermione perlahan aku membuka mata terkejut melihat Key berada dihadapanku lengannya berjuang menahan tubuhnya agar tak jatuh menimpaku.

"Paboya, apa yang kau lakukan?" ujarku namun Dia tersenyum tapi tampak sekali kalau dia menahan rasa sakit sepertinya Key terkena pukulan Troll.

"Gwencanha... lebih baik Kau bantu Harry dan Ron" kata Key suaranya terdengar berat. Aku bahkan lupa pada Harry tapi tiba-tiba Key malah ambruk menimpaku, aku menahan napas terkejut, aku berusaha bangkit dan membaringkan tubuhnya.

"Keynand Aldrich... bangun... kenapa kau diam saja? – buka matamu" kutepuk pipinya, aku sungguh takut dan panik melihat darahnya. Aku tersentak kaget tapi juga melegakanku ketika Key menyentuh tanganku dan membuka matanya tanpa pikir panjang aku memeluknya.

"Kau menangis...?" suaranya terdengar parau

"Sudah kubilang jangan beli tongkat itu tapi kau tak mendengarkanku, Kupikir kau.... kau..."aku baru menyadari kalau aku menangis.

"Kau pikir aku mati semudah itu? Aku akan jadi lelucon seorang pangeran yang mati dipukul Troll, cepat... bantu Harry"

"Key.... kau sudah seperti ini masih sempat – sempatnya... eottohke??" ucapku panik kulihat Harry sedang berjuang bersama Ron, dia menunggangi Troll. "Hermione... bantu aku"

Hermione membantu Key bangkit, dia bukan tak sadar sepenuhnya jadi Aku dan Hermione memapahnya. Ron berhasil menjatuhkan Troll dengan mantra Wingardium Leviosa seharusnya aku yang melindungi Harry tapi mengapa malah pangeran yang menyelamatkanku

"Apa dia mati?" ujar Ron yang memastikan Troll tersebut akan bangkit lagi atau tidak "Bagaimana dengan Key?" tanya Harry

"aku baik – baik saja" ujarnya lirih

"cukup aku akan membawamu ke ruang rawat"

Belum sempat mereka beranjak Prof McGonagall, Prof Snape dan Prof Quirrell masuk dan menemukan kami dan Troll yang pingsan. Prof McGonagall memandang kami bergantian dengan tatapan murka.

"Apa yang kalian pikirkan?" Prof McGonagall menatap tongkat kami

"Kalian beruntung tidak terbunuh, mengapa kalian tak berada di Asrama?" Harry hanya menunduk dan menatap lantai

"Kumohon Professor mereka hanya mencariku"

"Miss Granger"

"Aku mencari Troll, kupikir – karena aku bisa mengatasinya karena aku sudah membaca semua buku tentangnya" Hermione Granger berbohong pada guru benar – benar diluar perkiraanku.

"Jika mereka tak menolong aku pasti mati sekarang ini, Sherly dan Key melindungiku dari serangan Troll, Harry dan Ron menyerang Troll hingga pingsan" jelasnya

"Well, kelihatannya Miss Granger, Kau gadis bodoh bagaimana mungkin kau berpikir Troll gunung sendirian" Kalau mereka membahas ini bagaimana dengan Key, kurasa dia akan pingsan sebentar lagi.

"Miss Granger lima poin akan diambil dari Gryffindor – aku sungguh kecewa padamu, Aku masih menganggap kalian beruntung tapi masing – masing dari kalian akan mendapat lima poin, kami akan menginformasikan pada Dumbledore"

"Maaf, bukannya aku tak peduli pada poin Professor, tapi Key butuh pertolongan" McGonagall tampak baru menyadarinya.

"Bawa dia ke ruang rawat, Madam Pomfrey akan menyusul"

Harry membantuku memapah Key menuju ruang rawat Hogwarts "Kalian berlebihan" gumam Key

"Hah, kau bahkan tak bisa berdiri dengan tegak masih bisa bicara begitu" gerutuku. Key berbaring di ranjang rumah sakit Madam Pomfrey memakaikan perban di kepalanya lalu pergi.

"Apa menurutmu aku harus memberi kabar pada Aragorn dan Liz?"

"Tidak perlu, Lizzy sangat cerewet bisa – bisa dia merengek agar bisa kesini"

"Bagaimanapun juga dia itu adikmu."

"Kau punya adik?" tanya Ron

"tentu saja... tahun depan dia baru masuk" jawab Key

"Terima kasih kalian sudah mencari dan menolongku" ucap Hermione.

"Bukan masalah" kata Harry. "Jadi yang Sherly lihat saat kita membeli tongkat benar - benar terjadi, Wow kau sungguh bisa melihat masa depan"

"Bagaimana kau tahu....?" Key terlihat terkejut "Aku menceritakan padanya" jawabku

"Aku harus pergi latihan Quidditch" Kata Harry buru – buru

"Aku ingin melihat latihanmu" kata Ron

Harry, Ron dan Hermione pergi "Jangan lakukan hal berbahaya seperti itu lagi..." Ujarku begitu mereka tak terlihat lagi

"Kalau aku tak melakukannya apa yang akan terjadi padamu?" Key memotong ucapanku menatapku lembut.

"Kau tak bisa mempertaruhkan nyawa begitu saja, kau pangeran"

"Jadi seorang pangeran tak boleh melindungi orang lain?" dia tersenyum sinis.

"Aku tak mau... " aku sebenarnya sangat takut dia terluka atau mati saat itu "berutang nyawa padamu, lagipula aku yang harus melindungi Harry bukan kau"

"Aku tak peduli siapa yang melindungi Harry, yang kulihat kau dalam bahaya dan aku harus menyelamatkanmu"

"ya, dan mencelakai dirimu sendiri"

"Bisakah kita berhenti membicarakan ini?" pinta Key

"Kalau begitu aku pergi, get well soon".