webnovel

Hargai Aku

Menceritakan seorang gadis yang harus menerima perjodohan yang sudah disepakati oleh orang tua mereka, demi memajukan perusahaan yang mereka dirikan. Ayah gadis ini merelakan anak perempuannya untuk dinikahkan dengan pria yang terbilang sangat arogan, yang bermuka dua. Karena pernikahan tanpa cinta ini, gadis itu harus menjalankan kehidupan yang teramat kelam, selama ia menjalankan kehidupan rumah tangga dengan pria yang di jodohkan oleh orang tua nya. Tubuhnya selalu di penuhi luka memar, karena perbuatan suaminya. Ia harus menahan siksaan tersebut, agar sang Suami tidak semakin menyiksanya. Gadis ini seperti boneka oleh suaminya, jika nafsu suaminya tidak bisa tertahan, bersiaplah ia akan merasakan sakit yang teramat sakit atas perbuatan sang Suami.

AQUELLA_0803 · Urban
Not enough ratings
399 Chs

Bab 7 : Kebahagiaan yang aku Tunggu.

Jun memulai permainannya dengan begitu kasar, bukannya merasakan nikmat, malah Syifa merasakan sakit yang teramat sakit. Ia hanya bisa sabar menghadapi sikap suaminya ini.

"Akh, Pelan-pelan Jun, ini sakit." tutur Syifa mencengkeram sprai kasurnya.

"Ahh, sudah aku peringatkan, aku akan bermain kasar," balas Jun yang kenikmatan dengan permainannya. Namun tidak dengan Syifa, wanita itu menetesakan air matanya, karena merasakan sakit di area kewanitaannya.

Jun tiba-tiba menghentikan permainannya dan menghapus air mata istrinya. Untuk pertama kalinya pria ini mau menghapus air mata Syifa. Ya, pastinya wanita itu terkejut dan menatap manik mata suaminya.

"Maaf, apa itu sangat sakit?" tanya Jun.

"I--iya," balas Syifa yang sangat gugup.

Jun turun dari tubuh istrinya dan menyelimuti Syifa. Pria itu memakai baju dan keluar dari kamarnya. Syifa terkejut dengan sikap suaminya yang tiba-tiba berubah. Jun masuk sambil membawa kotak obat dan duduk dihadapan Syifa.

"Sini aku obati, maafkan aku jika sudah berbuat kasar padamu," gumam Jun yang mengobati area tepi milik istrinya yang sudah memerah.

Syifa hanya menatap bingung ke arah suaminya. Kenapa tiba-tiba mendadak menjadi lembut dan memperhatikannya. Jun fokus mengobati daerah area sensitif sang Istri. Syifa menyentuh wajah Jun dengan lembut, memastikan apa dia sedang bermimpi atau bukan, Jun menatapnya dan sedikit tersenyum.

Pertama kalinya ia melihat senyuman suaminya dan ia sangat bahagia saat Jun menatapnya dengan tulus. Pria itu memegang tangan Syifa dengan lembut dan mengusap surai istrinya. Syifa sempat mengelak dan Jun menangkup wajah istrinya dengan kedua tangan kekar yang ia miliki.

"Maaf aku terlalu egois padamu, padahal kau selalu tulus denganku," ucap Jun yang tulus.

Syifa hanya bisa terdiam dan mencoba untuk mengerti. Jun memeluk wanita itu dengan erat, Syifa membalas pelukkan suaminya dan meneteskan air matanya.

"Maaf," sambung Jun.

"Sudah lah, aku sudah memaafkanmu," balas Syifa.

"Dan masalah semalam, iya aku berselingkuh dengan Sekretaris ku. Tapi aku tidak pernah berhubungan dengannya," sambung Jun melepas pelukkannya dan menatap mata istrinya.

"Iya aku pernah berciuman, tapi aku bersumpah tidak pernah melakukan lebih dari itu dengannya," ujar Jun menggenggam tangan istrinya.

"Lupakan itu, jangan pernah melakukannya lagi. Atau kau ceraikan saja aku," balas Syifa dengan tatapan serius.

"Aku tidak akan menceraikanmu," sambung Jun.

"Kalau begitu jangan berselingkuh dibelakangku," balas Syifa.

Jun mengangguk dan memeluk istrinya dengan erat. Mengusap surai milik Syifa dan wanita itu membalas pelukkan suaminya. Setelah itu, Jun memberikan baju istrinya untuk segera di pakai. Syifa memakai baju dan menatap kembali suaminya.

"Aku mau mengajakmu jalan-jalan, kau mau ikutan?" tanya Jun.

"Aku mau," balas Syifa sambil tersenyum.

Jun menggandeng tangan istrinya dan berjalan keluar kamar. Mereka memasuki mobil yang terparkir di basemen apartment mereka dan menuju ke sebuah tempat yang indah.

.

Syifa dan Jun sampai di sebuah taman yang letaknya cukup jauh dari Jakarta. Jun masih setia menggandeng istrinya dan membawa Syifa untuk naik ke atas rumah pohon yang ada di taman itu.

Setelah mereka sampai di rumah pohon tersebut. Mereka duduk bersebelahan di tepi rumah pohon. Syifa tersenyum bahagia melihat pemandangan yang begitu indah di hadapannya. Jun menatap wajah sang Istri sambil tersenyum manis dan ikut menatap pemandangan indah yang ada di hadapannya.

'Kenapa aku begitu bahagia ya? Padahal ini hanya pura-pura agar Syifa tidak memberitahu perselingkuhanku pada kedua orang tuaku,-' batin Jun.

Cup!

"Terimakasih," ucap Syifa secara tiba-tiba mengecup bibir Jun.

Pria itu terkejut bukan main, ia tersenyum tipis sambil menatap istrinya.

"Sama-sama, kau bahagia?" tanya Jun.

Syifa mengangguk dan tersenyum bahagia, lalu memeluk suaminya dengan sangat erat. Jujur, Syifa sangat bahagia melihat Jun bersikap lembut padanya. Pria itu membalas pelukkan istrinya dan mulai merasa nyaman saat memeluk Syifa.

"Terimakasih Jun, aku benar-benar bahagai melihat sikapmu yang lembut padaku," sambung Syifa menangis di pelukkan Jun.

"Sudahlah, jangan menangis.." balas Jun mengusap punggung istrinya.

Syifa melepas pelukkannya dan menghapus air mata yang membasahi wajahnya. Wanita itu mencium bibir suaminya dengan sedikit lumatan. Jun menutup matanya dan membalas ciuman itu, ia sangat menikmati ciuman yang diberikan istrinya padanya.

'Entah kenapa aku menyukai setiap ciuman yang ia berikan, bahkan aku menyukai jika berhubungan intim dengan gadis ini,-' batin Jun sambil menikmati lumatan yang diberikan istrinya.

Setelah beberapa detik mereka melakukan ciuman panas. Syifa melepaskan tautan mereka dan tersenyum manis ke arah Jun yang juga tersenyum padanya. Syifa menyandarkan kepalanya di bahu Jun sambil menggenggam erat tangan kekar suaminya. Jun hanya tersenyum dan menghela napas perlahan mengatur napas yang sempat sulit untuk bernapas.

Tanpa ia sadari, Jun mengecup pucuk kepala istrinya dan mereka menatap kembali pemandangan yang begitu indah yang ada di depan mata mereka.

"Apa cita-citamu yang kau tinggalkan karena menikahiku?" tanya Syifa.

"Aku ingin menjadi pengusaha di China, tapi kedua orang tuaku memaksa untuk menikahimu," balas Jun.

"Jujur, itu membuatku kesal dan marah," sambung Jun.

"Maaf, harusnya aku menolak pernikahan kita," ujar Syifa dengan sendu.

"Semua sudah terjadi, kita harus menjalani kehidupan sebagai Suami dan Istri sekarang," balas Jun mengecup pipi istrinya.

"Ayo capai cita-citamu itu, menjadi pengusaha hebat di China dan bahkan terhebat di seluruh Dunia. Aku akan membantumu dan selalu menemanimu sampai kau sukses Jun," ucap Syifa sambil tersenyum untuk menyemangati suami yang mulai ia cintai.

"Itu akan sulit, uang ku dibatasi oleh kedua orang tua ku. Jadi ya mana mungkin aku bisa menjalankan bisnis disana, dulu uang ku sudah cukup untuk berinvestasi, tapi Ayah memotong hasil jerih payah ku bekerja di perusahaannya," balas Jun sambil menatap istrinya.

"Kan ada aku, uang tabunganku sudah banyak loh. Kita investasi dan kembangkan perusahaanmu di China. Jika berhasil kita kembangkan lagi ke seluruh Dunia. Jadi jangan pesimis dulu Jun," ujar Syifa menyemangati suaminya.

"Apa kau percaya padaku? Aku pria jahat yang selalu menyiksamu, dan kau akan membantuku?" tanya Jun.

Syifa mengangguk dan membalas dengan senyuman. Jun memeluk istrinya dan mencengkeram baju yang dikenakan Syifa.

"Terimakasih Syifa. Aku kira kau hanya ingin hartaku," gumam Jun menangis di pelukkan istrinya.

"Pria hebat tidak boleh menangis," balas Syifa.

Jun mengangguk dan menghapus air matanya. Ia melepas pelukkannya dan tersenyum ke arah Syifa yang tengah menatapnya dengan tatapan tulus.

"Terimakasih Syifa, kau memang Istri yang baik, maafkan aku karena sudah menyiksamu selama ini..." ujar Jun sambil menatap Syifa dengan tulus.

"Sama-sama," balas Syifa. [.]