1 Part 1

Di satu ruangan sidang, terlihat para anggota sidang tengah menantikan keputusan akhir.

Sang Hakim agung terlihat menimbang lama berkas yang berada di hadapannya itu.

Lalu dengan nafas berat ia mulai membacakan hasil akhir sidang.

"Dengan ini, saya nyatakan.. keputusan akhir sidang bahwa Rudy Mahendra dan Alia Zatifah resmi bercerai.."

Tok..tok..tok.. suara Palu di ketuk memandangkan keputusan itu kini resmi.

Tatapan Topan pun terpaku pada lawan kliennya, Alia Zatifah.

Wanita itu pun bangun dengan wajah tanpa ekspresi keluar dari siang sidang.

"Pak Topan.." panggil seorang wanita paruh baya dengan wajah gembira.

Topan menoleh.

"Terima kasih, akhir Rudy dan Alia bercerai.." ujarnya dengan rasa lega.

Topan hanya bisa membalas dengan senyum simpul.

Namun ia kembali mencari pada sosok wanita yang sudah meninggalkan ruangan sidang tersebut.

"Terima kasih, Mas Topan.." ujar seorang pria dengan wajah datar.

Topan kembali menoleh, pada klien yang ya menangkan kasusnya, Rudy.

"Bagaimana jika kamu datang kerumah, kita akan rayakan kemenangan ini dengan makan malam bersama.." tawar ibu Rudy.

Topan terlihat ragu.

"Ayolah.. ini sebagai tanda terima kasih, kami.." ujar seorang wanita muda dengan perutnya yang sedikit buncit.

"Hmm, baiklah.." jawab Topan yang akhirnya menerima tawaran. Namun sekilas ia tak bisa melupakan wajah wanita yang terlihat tegar meninggalkan ruangan itu.

**

5 Bulan pun berlalu setelah sidang itu.

Kini Agung berada di ruang seorang dokter spesialis.

"Ibu anda harus ada yang dampingi.. berbahaya jika beliau sendiri dirumah.."

Topan terdiam.

"Penyakit Alzaimer akan semakin parah jika anda mengacuhkan terapi ini.. dan ini akan memperparah kondisi ibu anda.." sambung dr spesialis itu sembari menuliskan resep di sebuah buku.

"Anda harus mencari seorang teman yang bisa menjadi teman terapi ibu anda.. Dan bisa menjaga ibu anda agar tidak terjadi lagi kondisi berbahaya seperti hari ini.." saran dr. Spesialis itu dengan memberikan kertas resep itu pada Topan.

Dan tak lama seorang suster masuk sembari membawa seorang wanita tua yang terlihat tangannya di perban.

Topan menoleh lalu dengan cepat menghampiri sang ibu.

Wajah wanita paruh baya itu terlihat kosong, ia bingung dengan orang yang tiba-tiba datang menghampiri dirinya.

Wajahnya berubah takut.

"Ibu, ini Topan buk" ujar Topan lembut.

Namun wajah wanita itu masih terlihat cemas dan tak percaya sehingga ia masih memegang lengan suster dengan erat.

"Ta..takut" bisik ibu Topan dengan memegang erat lengan suster.

Agung kian mendekat.

"Takut.." ujar ibu dengan memukul Topan.

Sang suster menahan.

"Ibu.. ini anak ibu" kata Suster.

Wajah ibu masih enggan.

"Gak..gak.. bukan..sa-ya gak, anak saya" tolak ibu dengan wajah linglung.

Topan menghela nafas berat, untuk kesekian kalinya ia mendengar ucapan ibu yang melupakan anaknya sendiri.

Lalu Topan memberi kode pada sang suster untuk membiarkan sang ibu.

Ia tak bisa berkeras, karena sang ibu kini sudah benar-benar hilang memori di ingatannya.

Dokter menatap lama pada Topan. Pria yang sudah merawat sang ibu lebih dari dua tahun lamanya.

Mungkin ini adalah ujian untuk sosok pengacara hebat seperti Topan Syahputra.

**

Di satu kamar kost kecil, terlihat seorang wanita tengah menghitung jumlah uang tabungannya yang kian menipis.

Hela nafasnya terdengar berat. Sudah 5 bulan sejak ia bercerai, tapi satu pekerjaan pun belum ia dapat.

Ternyata 6 tahun menjadi nyonya dari seorang pengusaha Rudy Mahendra, sudah membuat Alia lupa menabung. Kehidupan yang bergelimang harta, justru kini berubah 360° menjadi janda miskin tanpa bisa menemukan satu pekerjaan yang bisa ia lakukan.

Alia menatap ijazahnya dengan sedih.

"Usia??" bisiknya pelan. Salah satu penghambat ia untuk mendapatkan kerja adalah usia yang sudah menginjak 28 tahun.

"Apa cari kerja jadi pembantu??" gumamnya putus asa.

avataravatar
Next chapter