webnovel

Mandi Bersama

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Ye Banxia bisa mencium napas bersih pria itu. Ia menahan napas, jantungnya berdebar kencang, dan ia mulai merasa gelisah. Seluruh tubuhnya tampaknya telah kehilangan kendali karena lemas. Ia tidak tahu apakah masih ada sisa rasa takut karena terjatuh ke sungai atau perasaan tercekik karena tenggelam dalam air yang belum hilang. Otak Ye Banxia kosong hingga membuatnya linglung dengan sedikit kepanikan dan sedikit kebingungan.

Ye Banxia hanya bisa mengingat bahwa sebelum ia memejamkan mata, pria itu berlari ke arahnya dan memeluknya erat-erat sebelum ia terjatuh ke air. Pria itu memberinya kekuatan yang meyakinkan hingga ia tidak lagi merasakan takut saat tercebur ke air. Satu-satunya yang tersisa di pikirannya saat itu adalah rasa beruntung. Itu pasti merupakan keberuntungan. Ia beruntung karena ia tidak sendirian.

Seolah tidak puas dengan pengembaraannya, Mo Chenyan menggigit bibir merah Ye Banxia. Ye Banxia merasa sakit dan saat ia lengah, lidah pria itu mencuri celah untuk masuk di antara kedua bibirnya. Mo Chenyan memegang bagian kepala Ye Banxia dan menyelipkan jari-jarinya di antara rambut hitam Ye Banxia yang basah. Bibirnya menggeliat di antara bibir merah Ye Banxia.

Ye Banxia benar-benar linglung hingga ia baru tersadar saat dadanya nyaris kering karena kehabisan napas. Ia terkejut dan menatap pria di depannya dengan malu-malu.

"Ye Banxia, jangan sampai kau coba berani lagi seperti itu!" Mo Chenyan cepat-cepat melepaskan Ye Banxia dan memberinya peringatan dengan suara yang dalam. Mata dan alisnya penuh dengan kemarahan yang suram.

Ye Banxia tertegun saat menatap mata Mo Chenyan yang seperti terbakar. Sementara, Mo Chenyan memandangi bulu mata panjang Ye Banxia yang masih meneteskan air. Bajunya yang basah kuyup membuatnya semakin terlihat menyedihkan dan tersiksa. Kemarahan Mo Chenyan mereda dan ia merapatkan bibirnya. Bibir tipis pria itu tampaknya sedikit ketagihan dan muncul jejak makna yang tidak bisa ia mengerti.

Mo Chenyan membawa Ye Banxia ke tepian terlebih dulu, baru kemudian ia sendiri menyusul naik. Air terus menetes dari kemeja putih dan celana panjang hitamnya. Pakaiannya yang awalnya sangat rapi kini menjadi basah kuyup dan rambut pendeknya menjadi berantakan.

Ye Banxia menatap Mo Chenyan dan menelan ludah dengan gugup. Ia selalu berpikir bahwa ada yang salah dengan tatapan pria itu. Namun, sebelum Ye Banxia bisa menemukan alasannya, pria itu sudah menggendongnya dan berjalan perlahan menuju kembali ke vila. Air terus menetes sepanjang jalan, dari luar vila hingga ke dalam vila, bahkan dari lantai bawah lantai bawah hingga lantai atas. Jejak tetesan air itu seolah menjadi saksi atas sesuatu.

Mo Chenyan membawa Ye Banxia ke kamar mandi dan mau tidak mau mengambilkan pakaian untuknya. Mungkin Ye Banxia masih sangat terkejut sehingga ia benar-benar lupa untuk menolak Mo Chenyan sampai ia merasakan kesejukan yang menerpa tubuhnya. Ia segera mengangkat tangannya untuk melindungi diri dan buru-buru berkata, "Mo Chenyan, kakiku sudah membaik!"

Mo Chenyan sedikit menyipitkan mata dan menatap Ye Banxia. Mata redup pria itu menjadi semakin gelap. "Jadi?" tanyanya.

"Jadi, aku bisa mandi sendiri!"

"Ah…" Senyum konyol terbit dari bibir tipis Mo Chenyan yang indah. Pria itu menatap wajah cantik Ye Banxia sejenak, lalu bibir tipisnya perlahan mengucapkan beberapa kata, "Nyonya Mo, kau menyeberangi sungai untuk menghancurkan jembatan."

Ye Banxia melotot. "Bagaimana bisa itu disebut menyeberangi sungai untuk menghancurkan jembatan?"

"Ketika kakimu sudah membaik, kau tidak menginginkan suamimu. Jika bukan menyeberangi sungai untuk menghancurkan jembatan, lalu apa namanya?"

Ye Banxia hanya bisa tertegun karena ia tersesat dalam logika berpikir Mo Chenyan. Ia berjalan ke pancuran air, menyalakan air panas, dan membiarkan air hangat membasahi tubuhnya. Walaupun sekarang sudah tidak terlalu dingin di bulan Mei, tercebur ke air masih tidak terasa menyenangkan karena membuatnya dingin dan lengket. Ye Banxia tidak mendengar apapun di belakangnya sehingga ia mengerutkan kening dan melihat ke belakang. Bagus jika aku tidak melihatnya. Melihatnya membuatku terkejut saja, batinnya.

Namun, saat Ye Banxia menoleh ke belakang, seluruh tubuhnya mendadak membeku. Ia melihat pria itu telah bertelanjang dada dan sedang ingin melepaskan celananya. "Mo Chenyan, apa yang kau lakukan?"

Mo Chenyan mengabaikan keheranan dalam nada suara Ye Banxia dan menjawab dengan datar, "Melepaskan pakaian."

Tentu saja aku bisa melihat bahwa dia sedang melepas pakaiannya. Tapi, kenapa dia melepaskan pakaiannya ketika aku sedang mandi? batin Ye Banxia. Ia hendak melanjutkan perkataannya, tapi Mo Chenyan masih terus melepaskan pakaiannya. Ye Banxia pun tiba-tiba berseru, lalu memejamkan mata dan buru-buru berbalik.

Jangan lihat! pikir Ye Banxia. Namun, lelaki itu sudah melangkahkan kakinya yang panjang ke arahnya. Lalu, Suara yang dalam terdengar di dekat telinganya. "Ayo mandi bersama."

Suara Mo Chenyan terdengar serak dengan sedikit jejak nafsu. Mo Chenyan awalnya ingin memberikan Ye Banxia waktu untuk menerimanya, tapi sekarang ia berubah pikiran. Lagi pula, ia telah menjadi suami Ye Banxia dan selamanya akan menjadi suaminya. Bukankah akan lebih layak bagi Nyonya Mo untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebagai istri lebih awal?

Jantung Ye Banxia nyaris melompat keluar dari tenggorokan dan wajahnya menjadi panas seperti akan terbakar. Mandi bersama. Ini hanya mandi bersama, pikir Ye Banxia. Ia ingin menggigit lidahnya dan wajahnya memerah ketika ia kembali terbenam di balik pancuran air yang menutupinya seperti tirai.

"Ah…" Tiba-tiba terdengar bisikan. Ye Banxia menatap tajam ke arah tangan Mo Chenyan yang mendarat di pinggangnya, kemudian tangan Mo Chenyan yang lain bergerak ke punggungnya yang halus. Ye Banxia berbicara dengan suara bergetar, "Mo Chenyan, kau, aku… Kakiku sudah membaik, kau tidak perlu... tidak perlu membantuku mandi...." Suaranya yang bergetar membuat bicaranya menjadi berantakan. Ia menggigit bibirnya dengan keras dan berpikir, Dia tidak perlu membantuku mandi saat kakiku sakit! Tanganku juga Banxia tidak patah!

Tawa rendah Mo Chenyan terdengar di telinga Ye Banxia. "Ye Banxia, ​​kau tidak mungkin begitu naif sehingga berpikir bahwa aku hanya membantumu mandi?"

Telapak tangan besar Mo Chenyan yang berada di pinggang Ye Banxia tiba-tiba menarik seluruh tubuh Ye Banxia ke arahnya. Tubuh mereka saling berdekatan tanpa meninggalkan celah sedikit pun. Bahkan, mereka bisa merasakan dada masing-masing yang naik turun dengan kuat karena sesak napas. Ye Banxia merasa ia tidak begitu naif. Orang bodoh juga tahu apa yang akan terjadi pada saat seperti ini.

Ye Banxia tahu bahwa ia tidak bisa menolak. Ia juga tidak memiliki keharusan untuk menolak karena hal semacam ini biasa terjadi antara suami dan istri. Namun, perasaan tegang menyebar ke seluruh tubuhnya tanpa sadar. Kakinya melemas dan seluruh tubuhnya bergetar. "Mo Chenyan…"

"Ye Banxia, ​​aku menginginkanmu sekarang, hm?"

Ini bukan pertanyaan, melainkan sebuah pengumuman arogan yang tidak bisa ditoleransi.