1 Bab 1

"Jangan lari-larian, semuanya! Dengarkan perintah dari pemandu! Ini bukan tempat untuk berfoto, pinggiran jurang sangat sangat berbahaya!" Brian berteriak sangat keras hingga urat-urat lehernya keluar pada sekumpulan orang yang sudah berlarian dengan sendirinya untuk berfoto-foto. Dia menghela napas dengan tak berdaya dan mengusapkan keringat yang banyak muncul di sudut dahinya sebelum pada akhirnya memulai tugasnya untuk membawa kembali para turis bandel ini untuk yang ketiga kalinya.

"Sandi, kamu diamlah dulu dengan orang-orang ini terlebih dahulu. Aku akan mencari seseorang." Kata Brian.

"Oke." Pemuda yang di panggil Sandi itu dengan tenang menjawab, dan dia memimpin sisa kelompok itu untuk menunggu di tempat teduh, dan para turis itu merasa bahagia saat beristirahat dan mulai berbincang di tempat itu sembari berfoto-foto.

Hari ini adalah hari yang sangat panas, dan terik matahari yang memecah-mecah di atas tanah seperti sedang membelah permukaan. Sandi menyesap air yang dia bawa di tangannya, dan setetes keringat mengalir turun di sudut dahinya ketika dia memiringkan kepalanya. Pada saat itu, ada suara *klik* yang membuat Sandi menoleh ke arah tempat di mana suara itu berasal. Seorang perempuan dengan wajah memerah terburu-buru menyembunyikan teleponnya dan mengangguk padanya dengan agak sedikit malu-malu.

"Itu hanya yang pertama? Tapi memang tidak bisa di sangkal, kamu terlalu menarik." Rekannya, Tom, menepuk pundak Sandi dengan nada suara yang menggoda.

Sudah jelas dari komentarnya kalau hal ini telah terjadi lebih dari sekali.

Penampilan Sandi bagus sekali, dia tinggi dan kurus dengan kulitnya yang sangat putih. Dia menggunakan pakaian olahraga berwarna putih, dan di bawah topi pelindung matahari, rambutnya yang terlihat dan berantakan itu juga berwarna putih. Keseluruhan sosoknya berkilau di bawah cahaya matahari dan dia tidak terlihat seperti seorang pemandu sama sekali, lebih terlihat seperti seorang penghibur yang bersiap-siap untuk tampil di sebuah pertunjukan bakat.

Melepaskan topi pelindungnya, Sandi mengipas dirinya sendiri dua kali dengan topi itu, "Apa kamu membicarakan rambutku?" Tanya Sandi.

"Aku tidak mengira kalau kamu benar-benar akan mengubah warna rambutmu menjadi abu-abu keperakan juga." Tom melebarkan kedua tangannya dengan pasrah.

Sandi melirik ke belakang Tom, Brian sudah kembali bersama dengan orang-orang, dan dia dengan perlahan menghela napas. "Ayo jalan. Dita tidak terlalu jauh dari puncak gunung."

"Mengerti, cuacanya benar-benar tidak normal tahun ini. Sekarang sudah musim gugur dan masih saja terasa panas." Tom mengusap keringat yang ada di wajahnya. "Cepat dan akhiri perjalanan ini, jika perjalanan ini di tunda hingga jam satu atau jam dua, aku takut para turis ini akan sakit karena cuaca yang terlalu panas ini."

Tom mulai mendesak para turis untuk melanjutkan perjalanan. dan mereka dengan diam-diam mengubah posisinya dengan Brian dan Sandi. Setelah sebuah gerakan untuk mengikuti, Sandi berjalan di akhir barisan untuk mencegah para turis dari ketinggalan.

Sandi, Brian, dan Tom adalah satu rekan dari agen pariwisata yang sama, proyek utama pariwisata perusahaan ini cukup berbeda dari pelayanan perusahaan lainnya: mereka lebih memilih gunung dan hutan yang lebih curam, oleh karena itu nama mereka adalah Dekat dengan Alam. Karena kesulitan yang sedikit lebih tinggi dan persyaratannya adalah stamina yang bagus untuk terus berolahraga, bisnis perusahaan ini jauh dari kata bagus selama bulan musim panas.

Tahun ini bahkan lebih aneh. Karena cuaca musim gugur yang masih sepanas perapian, bisnis perusahaan ini terlihat menyedihkan.

Karena itulah perusahaan fokus pada Sandi. Sandi adalah pemandu wisata yang paling muda dan paling tampan di perusahaan mereka. Mereka menggunakan pemandu wisata paling tampan sebagai seorang maskot untuk menarik para turis tapi tidak menyangka kalau rencana ini akan benar-benar berjalan baik. Rekan Sandi membuat lelucon padanya kalau misalkan Sandi mengubah warna rambutnya menjadi warna putih dia hampir bisa pergi ke sebuah pertunjukan bakat. Siapa yang menyangka kalau esoknya Sandi benar-benar datang dengan kepala penuh dengan rambut berwarna putih.

Mengenakan seragam pemandu wisata yang berwarna putih, dia terlihat seperti seorang peri yang berambut putih.

"Semuanya, ayo pertahankan! Kita akan segera sampai di puncak gunung!" Tom memimpin para turis ini di barisan paling depan.

Mengikuti gerombolan ini, Sandi menatap ke arah pepohonan di gunung. Pepohonannya begitu rimbun dan hijau, dan mereka bisa mendengar suara desau serangga yang bersembunyi di dedaunan. Bukan hanya karena suhu yang sangat panas, bahkan dedaunan pada pohon tidak gugur berdasarkan musimnya. Tahun lalu, pada saat yang sama, dedaunan pada pepohonan telah gugur hampir separuhnya.

Hembusan angin meniup, dedaunan bergemerisik, tapi yang di bawa hembusan angin itu tidak mendinginkan. Cuacanya masih panas mencekik dan menjadi semakin panas setiap harinya.

Sandi mengeluarkan teleponnya untuk melihat suhu di lokasinya saat ini, dan memang suhunya sangat panas terik.

"Panas." Gerutu salah satu turis.

"Aku seharusnya tahu hal ini lebih baik sehingga tidak perlu datang, aku sedikit kehabisan napas." Gerutu turis lainnya.

"Kapan kita akan sampai di puncak gunung?" Tanya turis lainnya.

Para turis mulai mengeluh, dan Tom yang juga menderita dan berkeringat karena cuaca yang panas, dengan cepat menoleh untuk menenangkan mereka. "Jangan menyerah! Kita akan segera sampai, tahan sedikit lagi!"

Tom menunjuk ke depan, "Apakah kalian melihat paviliun itu? Di atas paviliun itu adalah puncak gunung, ada minuman dingin yang di jual di sana!"

Ketika mereka mendengar minuman dingin, mata para turis menjadi cerah. Mereka berjarak tidak jauh dari paviliun itu, jadi sekumpulan turis itu mengumpulkan napas mereka dan terus mengikuti Tom. Kecepatan berbaris kelompok itu semakin cepat dengan seketika.

"Inilah yang di sebut mencari buah plum untuk memadamkan rasa hausmu." Brian dengan tidak berdaya menghela napas, langkahnya semakin cepat, tidak hanya para wisatawan tapi bahkan para pemandu yang telah mendaki gunung ini berkali-kali juga mempercepat langkah mereka dan tenggorokan mereka sedikit mengencang ketika mereka mendengar kata 'minuman dingin'.

Cuaca ini benar-benar buruk untuk melakukan pendakian.

Segera ketika mereka mencapai puncak gunung, baik itu para turis dan Sandi merasa lega. Tom bercampur dengan para wisatawan dan mengambil tiga botol minuman dingin, dan masih ada banyak waktu bagi para wisatawan selama setengah jam untuk berfoto-foto, setelah itu mereka akan membawa orang-orang ini turun dari gunung untuk menghindari bagian hari yang paling panas.

"Ambil ini." Kata Tom.

Sandi mengambil minuman dingin yang di berikan oleh Tom, "Terima kasih."

"Tidak perlu, pemandangannya benar-benar bagus di sini." Tom menghela napas ketika di berdiri di sebelah Sandi dan menatap ke arah kaki gunung. "Tidak peduli berapa kali aku mendaki, saat aku melihat pemandangan ini aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas sekali saja."

Bersambung

avataravatar
Next chapter