1 Psikopat tampan dan Tuan Kucing

Hana terlihat gusar sembari sesekali melihat ke arah handphonenya. Perutnya yang begitu keroncongan membuatnya menjadi terlalu kesal apabila menunggu sampai hujan mereda, namun berlari cepat ditengah deras air langit itu bukanlah pilihan tepatnya baginya. Itulah yang ada difikirannya.

Sebuah bayangan terlihat tenang terasa menghampiri gadis berlesung pipi dua itu. Hana melihat perlahan pemuda jangkung disebelahnya yang terlihat tenang menatap kearah depan dengan payung besar diatas kepalanya, Hana masih ingin menatap lama hidung bagir dari sisi samping wajah tirus pemuda itu sampai tiba-tiba sebuah tatapan lembut mengarah kepadanya, sebuah pandangan syahdu yang mungkin hampir atau bahkan dan pasti akan membuat banyak gadis jatuh cinta. Tapi jika itu gadis atau mahasiswi lain, lalu bagaimana jika itu seorang Hana??

"Mungkin payung ini bisa menangungi kita berdua jika kamu tidak keberatan?!"Sapa Pemuda bermata cipit itu tenang sembari membuang kembali tatapannya ke arah depan. Hana menelan ludahnya, mencoba menguasai perasaan dan kondisi yang ada saat itu.

"Hmm..kebetulan aku terlalu lapar untuk menunggu hujan ini reda. Jadi..(Diam sesaat)..Terima kasih, aku bersedia." Ujar Hana yakin. Namun untuk kesekian kalinya Hana terdiam kaku saat merasakan jemari lembut pemuda itu menarik tangannya hingga membuat tubuh Hana seketika merapat dan langkah kaki pemuda itu berhasil membawa tubuh pasrah Hana berlalu diselipan tetesan air hujan.

"Naiklah!"Ujar pemuda itu membukakan pintu mobil hitam. Hana melotot heran, namun dengan isyarat kecil Pemuda itu berhasil membuat Hana duduk didalam mobilnya.

Hana mencubit keras pahanya hingga membuatnya meringis, saat merasakan semuanya menjadi tidak begitu nyata. Bagaimana bisa dia membiarkan seorang pemuda asing membawanya pergi begitu saja.

"Stooppp!!"Pinta Hana keras saat menyadari mobil itu mulai melaju perlahan, namun dengan acuhnya pemuda itu mengemudikan mobilnya.

"Kamu menghipnotisku ya?? mau menculikku??mau menjualku? atau mau mengambil organ tubuhku??!"Tebak Hana panik namun hanya digubris dengan sebuah senyuman.

"Bagaimana seorang mahasiswi biasa sepertimu bisa membuatku jatuh hati? hmm..tinggi badanmu hanya 150cm, berat badan sekitar 47kg. Dan wajahmu??.."Pemuda itu terlihat menatap lucu Hana yang menutupi dadanya dengan tas ditangannya. "Namun aku menyukaimu!!"Jelas Pemuda itu yakin dengan senyuman manisnya sembari kembali fokus pada jalannya.

"Berhenti!"Pinta Hana tiba-tiba sembari mencoba tetap bersikap tenang.

kreeekk..kreeekk...suara perut Hana membuat Rey tersenyum lucu.

"Bukankah kamu lapar?? bagaimana kalau aku mentraktirmu makan? hmm tapi dimana kita bisa mencari jengkol rendang disini ya??"Rey seakan-akan bermonolog sembari memasang mimik wajah berfikir keras. "Bukankah makanan kesukaanmu jengkol rendang dicampur nasi panas?? hmm aku penasaran bagaimana rasanya makanan favorit itu dan aku ingin mencobanya."Jelas Rey panjang tanpa beban.

Hana kembali menampakan mimik wajah ketakutan, bagaimana bisa dia bertemu langsung dengan seorang psikopat didunia nyatanya.

"Bagaimana kamu tau soal makanan favoritku? psikopat??"Tebak Hana berusaha bersikap tenang.

"Apakah menurutmu wajah tampan ini pantas disebut psikopat? Jika menurutmu iya, maka mungkin aku bisa menjadi psikopat tampan untuk kamu."Jelas Rey menggoda sebelum akhirnya memutuskan memberhentikan mobilnya disebuah resto.

"Mungkin bukan saatnya kita makan jengkol favoritmu, ayo turun!" Pinta Rey membuka sabuk pengamannya namun terlihat Hana masih tidak bergerak sedikit pun.

Hening seketika...

"Bagaimana mungkin aku membiarkan pria asing membawaku dibawah payungnya lalu mentraktirku makan?"Hana membuka pintu mobil Rey dan beranjak keluar, dengan sigap Rey menahan Hana agar tidak berlalu pergi.

"HaMidori!!"Panggilan Rey membuat langkah kaki Hana terhenti seketika. Nama inisial itu hanya seorang sahabatnya yang tau, Mika.

Hana menoleh, menatap tajam pria dihadapannya sembari melangkah mendekati. Dalam jarak semeter itu, Hana mengkerutkan dahinya.

"Aku menyukaimu!"Ucap Rey yakin hingga membuat Hana mengkerutkan dahinya aneh. Banyak pertanyaan dibenak gadis berambut panjang itu yang tidak akan mungkin terjawab untuk saat ini.

"Jika benar psikopat tampan sepertimu benar-benar menyukai gadis biasa sepertiku, Maka bersiaplah untuk membuatku menyukaimu."Tantang Hana dengan isengnya, karena semua yang terjadi antara dirinya dan Rey tidak dianggap mahasiswi sastra itu selain lelucon semata.

Hana berlalu seketika dari hadapan Rey yang menatap kepergiannya dengan senyuman. Tampak Rey mengeluarkan sebuah bungkusan merah kecil dari tangannya, Semua untuknya dan karenanya.

* * *

Hana menggigit-gigit ujung penanya sembari berfikir keras bagaimana membuat di Mumu jinak. Sikucing kecil jantan dengan wajahnya yang begitu menggemaskan telah membawa Hana pada penderitaan 3 hari berturut karena harus mengikuti semua perintah Air, Kakak kandung dari Mika sahabatnya.

"Apa loe fikir dengan pena itu si Mumu bakalan menyukaimu??"Tanya Air yang tiba-tiba muncul. Pemuda yang 2 tahun lebih tua darinya. Air meraih kucing Coklat itu dan memanjakannya dipangkuannya.

"Ya Tuan Kucing, mohon bimbingannya." Pinta lesu Hana.

Hana terlihat kesal, kenapa bisa jatuh cinta pandangan pertama pada kucing persia itu padahal Hana tau kualitas dirinya mengurusi hal lain sangat tidak baik (pemalas).

"Mika ikut?"Tanya Hana beranjak duduk disamping Kakak sahabatnya itu. Air menggeleng, melihat bagaimana Hana dan Mika tumbuh besar bersama tidak membuatnya ragu untuk memilih Hana menjadi gadis pujaannya sejak 10 tahun terakhir. Hana mengelus senang kepala Mumu yang ada dipangkuan Air hingga tidak menyadari sorot tatapan Air diwajahnya.

Bagaimana bisa gadis yang suka memanjat pohon jambu ditaman belakang itu tumbuh menjadi gadis yang begitu imut dan menggemaskan?!!, bathin Air terus menikmati tiap sudut wajah mungil Hana.

"Apa perlu gue kesini tiap hari buat mangku si Mumu biar Loe bisa cepet akrab?!"Tawar Air memanfaatkan kondisi. Hana terlihat menatap mata Air, jarak tatapan 15 centimeter itu tidak membuat Hana sedikit pun merasa gugup.

"Bayarannya??"Tanya Hana dengan wajah cemberut.

"Menurut loe??"Balas Air menggoda, hingga membuat wajah Hana sumringah seketika.

"Free!!"Hana begitu bersemangat hingga menampakkan jelas kedua lesungnya. Air terdiam lama sembari terus mengelus kepala Mumu namun tidak mengalihkan pandangannya dari raut gadis scorpio itu.

"Sebuah kecupan??!! Bagaimana??"Tawar Air tenang melihat kesyokan Hana, yang tidak menyangka sedikitpun atas tawaran dosa manis itu.

Tanpa menunggu jawabannya, Air mengecup pipi Hana secepat kilat sebelum akhirnya berlalu pergi meninggalkan Hana yang masih mematung dikebisuan.

" What!!! Kakak gue nodai kesucian gadis era Joe Seon (Salah satu zaman kerajaan Korea , bisa seraching yaa..) kayak Loe??! Busyeett beruntung amat tuh orang!!"Mika yang tadinya terlihat emosi seketika merubah suasana hatinya dengan tertawa geli diatas ranjang Hana.

"Dasar Loe!! Gue keseeelll!!!" Jerit Hana masih tidak terima atas apa yang diambil Air dari dirinya.

"Masih Pipi doang kaleee Han!! mana zaman sekarang ini, loe tuh harus ngecicipi dikit dosa manis yang loe slalu kumandangi ditelinga gue pas mesraan bareng Dika."Mika terus menggoda melihat wajah gusar Hana yang terus mengelap pipi kanannya dengan tisu basah. "Gue gak keberatan juga klo loe jadi ipar gue!!"Tambah Mika yang semakin meningkatkan level kekesalan Hana.

"Pergi sonoooo!!" Usir Hana kesal.

"Ok sorry gadis suci murniku!! (Mika memeluk Hana dari belakang). Nah sekarang yang jadi masalah karena Air nyuri kecupan Loe!! mau loe diapaain tuh anak kesayangan Mami gue?? apa perlu gue suruh tanggung jawab dengan nikahi loe??!!" Ocehan Mika mendapat tatapan tajam Hana, hingga membuat Mika langsung berlalu pergi dari suasana menyeramkan itu.

* * *

Mika menghampiri Air yang tengah memainkan biolanya ditaman belakang rumah mereka. Kehadiran anak bungsu itu membuat Air menghentikan permainannya seketika.

"Gak gitu juga cara kakak memperlakukan Hana. Dia itu punya cita-cita bahwa sekujur tubuhnya hanya akan diberikan untuk SATU(intonasi ditekan Mika) pria yang kelak dicintainya. Aneh emang di zaman modern gini masih ada impian yang mungkin dianggap konyol oleh banyak orang dan hanya ada didunia fantasi atau dongeng. Tapi itulah Hana, dengan segala keunikan, kepolosan dan keanehannya."Jelas Mika tulus.

"Lalu??" Tanya tenang Air sembari meletakkan biolanya dimeja. Mika mengkerutkan dahinya heran, mencoba menebak apa yang takut ditebaknya.

"Gue suka Hana. Lalu apa masalahnya??"Jelas dan tanya Air singkat sebelum berlalu meninggalkan Adiknya.

"Mustahil!! Bukankah Kakak harusnya cuma anggap dia adik?? Dan berhentilah bersikap konyol! Gue gak akan ngizini Kakak ngerusak atau nyakiti Hana, titik!!!!"Jerit Mika kesal, tidak setuju atas apa yang telah didengarnya. Mika memang tidak pernah serius membiarkan atau mengizinkan persahabatannya dengan Hana berubah menjadi Ipar atau apalah, terlebih kepolosan Hana membuatnya terlihat begitu rapuh jika harus disandingkan dengan si penakluk wanita, Air.

* * *

"Apaan sih Loe Mik?? nyeret gue ke Mall gitu aja tanpa sempet...!!!!" Gerutu Heran Hana menuruti keinginan Mika ke Mall tanpa sempat mengganti pakaiannya.

"Mulai sekarang, Loe jauhi Kakak gue si Air. Ok??!"

"Gara-gara kemarin ya??"Tebak Hana sedih. "Yah gue fikir emang gue terlalu berlebihan. Toh Air juga uda gue anggap sebagai ka..."

"Pokoknya jauhi, titik!!"Tegas Mika tanpa basa-basi hingga membuat Hana terheran akan sikap keras sahabatnya itu.

Sepanjang mengelilingi Mall, raut Mika masih terlihat tidak mengenakkan hingga Hana berinisiatif menghubungi Dika (pacar Mika) untuk segera datang.

Di sebuah Resto di Mall...

Masih dengan raut cemberutnya, Mika terlihat mengaduk gelas isi minumannya. Selang beberapa menit Dika pun muncul.

"Gak salah loe Han?! Ke Mall pake piyama?? Jangan-jangan loe belom mandi lagi!"Tebak Dika Ginting dengan suara khas Medannya.

"Ssstttt!! berisik loe!! tanya pacar loe tuh!!"Jelas Hana beranjak meninggalkan Mika yang masih bengong atas kehadiran Dika.

Hana beranjak cepat sebelum Mika mengikutinya dan baru menyadari pergi tanpa hanphone, dompet dan mobil.

"Duh!!! gimana sih!!"Hana terlihat frustasi saat menyadari harus kembali ke Resto tadi.

"Baru bangun?"Sebuah suara membuyarkan kehebohan fikiran Hana. Menoleh ke arah suara itu berasal. Pria yang sama, psikopat tampan itu berdiri disamping Hana dengan senyum tenangnya.

"Psikopat tampan?? segitunya sampek kamu ngikutin aku kesini??" Mimik wajah Hana memucat seketika.

"Walau pun dengan piyama lusuh ini, keanggunanmu tidak bisa disembunyikan sedikit pun." Pujian Rey memojokkan sebagian kelusuhan style Hana hingga membuat Hana no respon dan memilih berlalu namun dengan sigapnya Rey telah berada disamping Hana, beriring menemani langkah kaki Hana.

"Kaakk Air..."Hana terdiam saat menyadari Air telah menghadang langkah kakinya.

"Tante bilang kalau Mika membawamu ke sini. Mau pulang??!"Tawar Air dengan sikap santainya.

Deeeeggggg.....Jantung Hana berdegup kencang saat menyadari genggaman tangan Rey begitu hangat. Dengan mata dan bibir senyumnya, Rey membalas menatap Hana yang masih menatapnya canggung karena genggaman tangan mereka.

"Saya yang akan mengantarnya pulang." Jelas Rey menatap tajam Air yang terlihat tenang. Air tersenyum memperhatikan lama genggaman tangan Rey.

Sekejap, Rey berhasil membawa Hana berlalu meninggalkan Air.

"Bukankah ituu..itu...itu..Reeeyy Putra Nugraha????!!"Tebak Mika syok tidak percaya. Mika yang ternyata memperhatikan semuanya dari kejauhan bersama Dika.

"Selebgram, Pebisnis plus pengusaha muda dengan banyak gelar dan prestasi, youtober, Penulis hebat?!"Tebak Dika yang hanya diangguki Mika. "Kenapa si Hana bisa kenal?"Tanya Dika bingung.

Mendengar ocehan Sang Adik dan pacarnya, Air terlihat santai. Sebuah tantangan besar akan semakin membuat Hana begitu berarti untuk dimiliki dan dicintai. Air berlalu pergi dengan acuhnya, semua tentang Hana yang telah menjadi salah satu tujuan hidupnya sejak 10 tahun silam. Saat Hana kecil membiarkan tubuhnya dijatuhi batang besar yang rapuh demi melindungi Air yang terlihat senang karena berhasil mengambil jambu matang ditangan kecilnya untuk dihidiahi pada Hana. Tubuh lemah gadis kecil itu sempat tersenyum sebelum akhirnya terjatuh pinsan dipangkuan Air kecil.

avataravatar